Jumat, 22 November 2024

Pasca-Idulfitri di Era New Normal

- Advertisement -

Pasca-Idulfitri mari kita sama-sama pasang niat untuk mendobrak kebekuan ekonomi melalui kegiatan bisnis. Bisnis yang sukses adalah bisnis yang dibuka dan dimulai, bukan bisnis yang hanya sekadar wacana dan angan-angan semata.  Menatap masa depan yang lebih produktif merupakan hal yang wajib dilakukan sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup, cermati, pelajari dan laksanakan peluang apa yang bisa diimplementasikan sebagai sebuah gagasan bisnis baru di era new normal.

Dengan mewabahnya virus corona, semua orang merasa perlu untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku guna menghindari tertularnya virus.   

- Advertisement -

New Normal
Ada satu fenomena yang sangat menarik untuk kita analisa guna menjawab tantangan masa depan. Apa yang harus kita perbuat untuk meningkatkan kualitas hidup pasca-Idulfitri pada era new normal? Covid-19 berdampak pada semua lini kehidupan, di mana sektor  bisnis mengalami turbulensi, yaitu terjadinya kelesuan dalam semua sektor, harga naik, penjualan turun, daya beli masyarakatpun terjun bebas. Demikian pula perkembangan teknologi yang berubah dengan cepat sehingga alat bantu yang tadinya terasa canggih, tiba-tiba terasa using. Tuntutan pelanggan tiba-tiba berubah, karena adanya perubahan gaya hidup sehat dan bersih guna menghindari tertularnya virus yang mematikan tersebut. Seiring dengan situasi dan kondisi yang dirasakan masyarakat selama masa pembatasan social bersekala besar (PSBB), secara keseluruhan telah terjadi perubahan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan  sehat. kita telah memasuki era new normal yang  ditandai dengan beberapa hal berikuit.

Baca Juga:  Aksi Konvergensi Penurunan Stunting di Riau

Pertama, telah terjadi perubahan yang cepat, besar dan dinamis (volatility). Sanggupkah kita semua mengikuti pola tersebut? Dunia ini sudah berubah, penuh tantangan, penuh turbulensi yang berbentuk tuntutan pelanggan, harga yang ekstrem murah, persaingan ketat, dan kompleksitas yang tidak pernah berhenti. Untuk situasi yang volatile, kita perlu meningkatkan kejelasan dan meyakinkan diri sendiri bahwa kita mampu menghadapinya. Apapun kondisinya pada situasi new normal akan terjadi dinamika perubahan seperti itu. Namun demikian kita harus optimis bahwa badai ini pasti pada suatu saat akan berlalu.

Kedua, kita tidak mampu memprediksi situasi, (uncertainty). Segala sesuatunya sulit diprediksi, sehingga  kita semua dituntut untuk fleksibel agar mampu menyesuaikan diri dengan keadaan pasar. Hanya pemimpin yang dapat beradaptasi yang mampu memberikan solusi. Anehnya saat musibah corona terjadi masih ada pemimpin yang lamban untuk berubah dan tidak konsisten dalam mengambil keputusan. Uncertainty bisa kita tanggulangi dengan memandang dari sudut pandang yang berbeda, sehingga mendapatkan perspektif yang segar, dan bila perlu, bersikap fleksibel.

- Advertisement -

Ketiga, terjadi berbagai isu yang saling tumpang tindih bahkan menimbulkan chaos (complexity), Pemimpin yang berteropong hitam-putih, penuh stereotip, tak akan setuju bahwa keadaan harus disikapi secara positif. Individu yang pernah sukses, biasanya mempunyai pandangan bahwa generasi baru akan gagal, padahal untuk mendapatkan kesuksesan tidak ada jalan lebih baik, selain belajar. Menghadapi complexity, pemimpin perlu menguatkan kemampuan kolaborasinya, dan perlu memahami bahwa tidak ada solusi yang permanen dalam menghadapi situasi yang tak jelas.

Baca Juga:  Menilik Perdagangan Rusia dan Ukraina

Keempat, realitas terlihat samar dan sulit diartikan (ambiguity). kita perlu meningkatkan kekuatan mendengar, sambil berfikir secara divergen. Satu-satunya Jalan untuk menghadapi turbulensi ini adalah sikap yang terbuka sehingga kita mampu bekerja dengan kontradiksi. Kita pun harus bersiap untuk membuat lebih dari satu pilihan dan berdiri diatas kebingungan ini. Misalnya, melihat gen Y sebagai generasi yang menghambat, tanpa menyadari bahwa mereka adalah generasi yang dominan. Pemimpin masih berharap kondisi lalu yang menghantar pada kesuksesan, bahkan jika ada program yang menuntut mereka untuk beradaptasi, mereka merasa bahwa generasi baru lah yang seharusnya menyesuaikan dan beradaptasi dengan keadaan di sekitar dirinya. Karena itu era new normal menuntut kita semua harus mempunyai energy positif yang mampu menembus masuk ke dunia adaptabilitas.***

Pasca-Idulfitri mari kita sama-sama pasang niat untuk mendobrak kebekuan ekonomi melalui kegiatan bisnis. Bisnis yang sukses adalah bisnis yang dibuka dan dimulai, bukan bisnis yang hanya sekadar wacana dan angan-angan semata.  Menatap masa depan yang lebih produktif merupakan hal yang wajib dilakukan sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup, cermati, pelajari dan laksanakan peluang apa yang bisa diimplementasikan sebagai sebuah gagasan bisnis baru di era new normal.

Dengan mewabahnya virus corona, semua orang merasa perlu untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku guna menghindari tertularnya virus.   

- Advertisement -

New Normal
Ada satu fenomena yang sangat menarik untuk kita analisa guna menjawab tantangan masa depan. Apa yang harus kita perbuat untuk meningkatkan kualitas hidup pasca-Idulfitri pada era new normal? Covid-19 berdampak pada semua lini kehidupan, di mana sektor  bisnis mengalami turbulensi, yaitu terjadinya kelesuan dalam semua sektor, harga naik, penjualan turun, daya beli masyarakatpun terjun bebas. Demikian pula perkembangan teknologi yang berubah dengan cepat sehingga alat bantu yang tadinya terasa canggih, tiba-tiba terasa using. Tuntutan pelanggan tiba-tiba berubah, karena adanya perubahan gaya hidup sehat dan bersih guna menghindari tertularnya virus yang mematikan tersebut. Seiring dengan situasi dan kondisi yang dirasakan masyarakat selama masa pembatasan social bersekala besar (PSBB), secara keseluruhan telah terjadi perubahan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan  sehat. kita telah memasuki era new normal yang  ditandai dengan beberapa hal berikuit.

Baca Juga:  Jaga Kepercayaan, Bangun Peradaban (Catatan Tiga Dekade Riau Pos)

Pertama, telah terjadi perubahan yang cepat, besar dan dinamis (volatility). Sanggupkah kita semua mengikuti pola tersebut? Dunia ini sudah berubah, penuh tantangan, penuh turbulensi yang berbentuk tuntutan pelanggan, harga yang ekstrem murah, persaingan ketat, dan kompleksitas yang tidak pernah berhenti. Untuk situasi yang volatile, kita perlu meningkatkan kejelasan dan meyakinkan diri sendiri bahwa kita mampu menghadapinya. Apapun kondisinya pada situasi new normal akan terjadi dinamika perubahan seperti itu. Namun demikian kita harus optimis bahwa badai ini pasti pada suatu saat akan berlalu.

- Advertisement -

Kedua, kita tidak mampu memprediksi situasi, (uncertainty). Segala sesuatunya sulit diprediksi, sehingga  kita semua dituntut untuk fleksibel agar mampu menyesuaikan diri dengan keadaan pasar. Hanya pemimpin yang dapat beradaptasi yang mampu memberikan solusi. Anehnya saat musibah corona terjadi masih ada pemimpin yang lamban untuk berubah dan tidak konsisten dalam mengambil keputusan. Uncertainty bisa kita tanggulangi dengan memandang dari sudut pandang yang berbeda, sehingga mendapatkan perspektif yang segar, dan bila perlu, bersikap fleksibel.

Ketiga, terjadi berbagai isu yang saling tumpang tindih bahkan menimbulkan chaos (complexity), Pemimpin yang berteropong hitam-putih, penuh stereotip, tak akan setuju bahwa keadaan harus disikapi secara positif. Individu yang pernah sukses, biasanya mempunyai pandangan bahwa generasi baru akan gagal, padahal untuk mendapatkan kesuksesan tidak ada jalan lebih baik, selain belajar. Menghadapi complexity, pemimpin perlu menguatkan kemampuan kolaborasinya, dan perlu memahami bahwa tidak ada solusi yang permanen dalam menghadapi situasi yang tak jelas.

Baca Juga:  Menilik Perdagangan Rusia dan Ukraina

Keempat, realitas terlihat samar dan sulit diartikan (ambiguity). kita perlu meningkatkan kekuatan mendengar, sambil berfikir secara divergen. Satu-satunya Jalan untuk menghadapi turbulensi ini adalah sikap yang terbuka sehingga kita mampu bekerja dengan kontradiksi. Kita pun harus bersiap untuk membuat lebih dari satu pilihan dan berdiri diatas kebingungan ini. Misalnya, melihat gen Y sebagai generasi yang menghambat, tanpa menyadari bahwa mereka adalah generasi yang dominan. Pemimpin masih berharap kondisi lalu yang menghantar pada kesuksesan, bahkan jika ada program yang menuntut mereka untuk beradaptasi, mereka merasa bahwa generasi baru lah yang seharusnya menyesuaikan dan beradaptasi dengan keadaan di sekitar dirinya. Karena itu era new normal menuntut kita semua harus mempunyai energy positif yang mampu menembus masuk ke dunia adaptabilitas.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari