Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Generasi Robbani di Era Milenial

Didiklah anak-anak kita sesuai zamannya. Peran ayah dan ibulah yang harus upgrade pengetahuannya.  Ibu-ibu alias para istri jangan sampai ketinggalan untuk menimba ilmu agama ataupun pengetahuan umum  karena peran ibulah sangat penting untuk melahirkan generasi robani. Kita pingin hidup seperti  zaman khoiru ummah yaitu zaman terbaik. Untuk mewujudkannya diawali dari ibu-ibu yang salehah dahulu.

Setiap bulan dua kali, ibu-ibu men-charger diri meghadiri taklim. Kehadiran diniatkan untuk mencari rida-Nya, sekaligus mencari bekal agar ibu-ibu melahirkan generasi yang kuat dan tangguh menjalani kehidupan. Di tangan ibu-ibu yang tangguh akan lahir jiwa-jiwa yang tangguh. Percayalah, tantangan kehidupan nanti semakin berat untuk generasi penerus. Jadi seorang ibu perlu bekal ilmu yang sebanyak-banyaknya agar bisa mengikuti dan mendampingi putra-putrinya.

Musuh kita sekarang ini nyata bagi generasi penerus yang akan datang. Jika kita gagal fokus dengan kondisi putra-putri kita, penyesalaan tiada guna. Para orangtua harus menyadari banyak musuh-musuh secara terang-terangan disekeliling kita yang menginginkan rusaknya generasi muda.  Generasi muda dihancurkan melalui media sosial penuh dengan pornografi, buku-buku disisipkan pelajaran yang tidak mendidik, bioskop diajarkan LGBT, dan lainnya. Muncul film-film tanpa norma sopan santun masyarakat ketimuran, maka yang sangat dirugikan adalah generasi kita. Generasi penerus yang menggemari film-film yang jauh dari dasar akidah yang lurus, maka secara tidak sadar pola pikirnya akan dipengaruhi alur film itu. Akhirnya, dengan mudahnya genarasi muda meniru pola hidup yang jauh menyimpang dari norma-norma ketimuran.

Sepuluh, dua puluh, tiga pulung tahun lagi, negeri ini perlu perubahan. Untuk mengubah diperlukan generasi robbani. Generasi yang kenal dengan Rob-nya, kenal dengan Rasulnya, kenal dengan Kitab Sucinya. Untuk mewujudkan generasi diawali dari keluarga kecil kita. Siapa keluarga kecil itu, yaa ayah, ibu, dan anak-anaknya. Oleh karena itu, kehadiran ibu ibu dalam taklim menguatkan azam untuk belajar bersama mengenal Allh, mengenal Rasul dan mengenal kitab sucinya agar menjadi pelopor mencetak generasi robani.

Mengenal Rob-Nya
Langkah awal mewujudkan generasi robbani, dengan mengenalkan Tuhannya yaitu Allah SWT dalam kehidupan ini. Barang siapa ingin mengenal Tuhannya, maka kenali dirimu sendiri. Dari apa kita berasal, untuk apa kita diciptakan, dan mau ke mana setelah mati. Pertanyaan sederhana namun mengena di hati, jika masukkan dalam akal pikiran.

Baca Juga:  Konstruksi Berita Bencana Alam di Indonesia

Bagaimana asal usul manusia? Kita berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Tanah adalah tempat kita berpijak, berdasarkan posisinya tanah sangat hina karena selalu terinjak-ijak. Namun, tanah akan menjadi mulia, karena manfaatnya sangat penting untuk menopang kehidupan. Tanah sebagai media mampu menumbuhkan tanaman, tanah mampu menyerap air dan menampung air hujan. Hal ini, identik dengan manusia. Manusia dari asal muasalnya bisa menjadi hina atau bisa menjadi mulia tergantung seberapa mampu memberikan manfaat tentunya dengan mengoptimalkan akal dan pikirannya. Manusia yang mengunakan potensi akalnya pasti akan menjadi mulia kedudukannya di mata Allah SWT. Memiliki generasi rabbani adalah dambaan setiap pasangan. Bagaimana tidak menjadi impian setiap keluarga, karena generasi rabbani adalah generasi qurrota a’yun. Di mana,  buah hati belahan jiwa jika dipandang menyejukkan mata dan akhlaknya menentramkan hati orang tuanya. Bagaimana karakter generasi rabbani itu ditumbuhkan dalam jiwa generasi muda sekarang.

Mengenal Rasulnya
Dalam membentuk generasi rabbani perlu diteladani bagaimana sikap Rasulullah dalam keluarga, bagaimana Khodijah sang istri yang setia mendampingi Rasulullah dalam suka dan duka. Bagaimana Rasulullah memperlakukkan isterinya dalam rumah tangganya.

Khodijah, adalah bangsawan Quraisy yang kaya raya. Saat bersuamikan Rasulullah, Khodijah perempuan pertama masuk Islam dan menguatkan ajarannya. Di saat orang-orang mendustakannya, khodijahlah yang pertama mempercayai ajaran itu dan rela memberikan seluruh hartanya untuk menyokong dakwah Rasullullah. Bukti ketulusan cinta akan ajaran yang disiarkan dan rasa kasih sayangnya pada Rasulullah, ia buktikan dengan setia  mendampingi Rasulullah di pengasingan tinggal di pinggiran Kota Makkah selama tiga tahun. Pemboikotan dan pengasingan selama tiga tahun, adalah waktu yang sangat panjang. Akibat,  pemboikotan itu Bani Hasyim  kekurangan makan.

Dengan bekal mengenal Rasul, para jamaah taklim bisa mengambil pelajaran dalam mendidik putra-putrinya. Contoh pada saat, anak-anak meminta sepeda baru lagi, maka para ibu dapat menangguhkan pada saat yang tepat dengan menceritakan kembali kisah-kisah Rasul saat pemboikotan. Dengan mengkomunikasikan dan melatih kesederhanaan pada putra-putri kita, insya Allah anak-anak akan memahami.

Baca Juga:  Inovasi Berbasis Pengetahuan

Bagaimana Membangun Generasi Robbani?
Bagaimana caranya? Pertama, dibangun generasi yang ter-tarbiah secara rutin guna menguatkan keimanan dan keyakinannya. Seorang yang telah ter-tarbiah, mereka akan secara total akan menancap kuat keimanannya dan ada perubahan. Perubahan tarbiyah berupa perubahan pikirannya, jalan hidupnya, perilakunya, dan bahkan seleranya. Dalam menjalani kehidupan hanya satu tujuan yaitu mencari ridho Allah. Itulah orang yang ter-sibghoh Allah SWT.

Generasi rabbani adalah generasi yang hidupnya benar-benar ter-sibghoh oleh ayat-ayat Allah. Ter-sibghoh hatinya, akal pikirannya, seleranya, kebiasaannya, pekerjaannya, penampilannya, dan cara dia mengelola kehidupannya benar-benar berpedoman pada firman Allah. Kita melihat kehidupan generasi yang seperti ini penuh dengan ketawadhuan, jauh dari kesombongan, sederhana dalam tutur kata, dan cara berpakaian sesuai aturan takwa.  Bahkan ketika mengenakan perhiasan pun menampakan kesederhanaan inilah generasi dambaan atau generasi idaman. Inilah yang dimaksud oleh Allah dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 138.

Kedua, orang yang ter-tarbiah adalah orang-orang yang berilmu. Dengan ilmunya, mereka mengenal hakikat kebenaran dan mengenal siapa Robbnya. Mereka itu, seperti Nabi Ibrahim yang berusaha mencari Tuhan. Setelah Allah memberikan hidayah kepadanya, maka Nabi Ibrahim berserah diri kepada Allah. Akhirnya, Nabi Ibrahim berkata, “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya kupersembahkan kepada Allah Robb-ku. Sesuai dengan firman Allah SWt dalam Alquran surat Al An’am ayat 79. Bagaimana Beliau pasrah dan mengabdi secara total kepada Rabb-nya setelah mengenal siapa yang menciptakan dirinya. Seperti itulah generasi rabbani dilahirkan. Akhirnya seluruh hidupnya diberikan kepada Allah dan mengikuti apa maunya Allah,  sehingga tidak ditemukan sedikitpun waktu untuk bermaksiat kepadanya.

Ketiga, generasi yang aktif mengajarkan firman Allah kepada saudara-saudaranya yang lain dan rekan-rekannya yang lain agar bersama-sama menjadi pengabdi Allah. Dia menjadi juru dakwah yang bukan hanya secara lisan tapi juga bisa menjadi teladan. Hal ini, sesuai firman Allah  di dalam Alquran surah Ali Imran ayat 79.

Jadi karakter dari generasi rabbani, yaitu berilmu pengetahuan, mengenal yang menciptakan dirinya dengan pengenalan mendalam, hidupnya hanya semata-mata untuk mengabdi kepada Rabb-nya, dan siap menjadi orang yang menjadi pewaris para Nabi yaitu orang penerus dakwah.***

Didiklah anak-anak kita sesuai zamannya. Peran ayah dan ibulah yang harus upgrade pengetahuannya.  Ibu-ibu alias para istri jangan sampai ketinggalan untuk menimba ilmu agama ataupun pengetahuan umum  karena peran ibulah sangat penting untuk melahirkan generasi robani. Kita pingin hidup seperti  zaman khoiru ummah yaitu zaman terbaik. Untuk mewujudkannya diawali dari ibu-ibu yang salehah dahulu.

Setiap bulan dua kali, ibu-ibu men-charger diri meghadiri taklim. Kehadiran diniatkan untuk mencari rida-Nya, sekaligus mencari bekal agar ibu-ibu melahirkan generasi yang kuat dan tangguh menjalani kehidupan. Di tangan ibu-ibu yang tangguh akan lahir jiwa-jiwa yang tangguh. Percayalah, tantangan kehidupan nanti semakin berat untuk generasi penerus. Jadi seorang ibu perlu bekal ilmu yang sebanyak-banyaknya agar bisa mengikuti dan mendampingi putra-putrinya.

- Advertisement -

Musuh kita sekarang ini nyata bagi generasi penerus yang akan datang. Jika kita gagal fokus dengan kondisi putra-putri kita, penyesalaan tiada guna. Para orangtua harus menyadari banyak musuh-musuh secara terang-terangan disekeliling kita yang menginginkan rusaknya generasi muda.  Generasi muda dihancurkan melalui media sosial penuh dengan pornografi, buku-buku disisipkan pelajaran yang tidak mendidik, bioskop diajarkan LGBT, dan lainnya. Muncul film-film tanpa norma sopan santun masyarakat ketimuran, maka yang sangat dirugikan adalah generasi kita. Generasi penerus yang menggemari film-film yang jauh dari dasar akidah yang lurus, maka secara tidak sadar pola pikirnya akan dipengaruhi alur film itu. Akhirnya, dengan mudahnya genarasi muda meniru pola hidup yang jauh menyimpang dari norma-norma ketimuran.

Sepuluh, dua puluh, tiga pulung tahun lagi, negeri ini perlu perubahan. Untuk mengubah diperlukan generasi robbani. Generasi yang kenal dengan Rob-nya, kenal dengan Rasulnya, kenal dengan Kitab Sucinya. Untuk mewujudkan generasi diawali dari keluarga kecil kita. Siapa keluarga kecil itu, yaa ayah, ibu, dan anak-anaknya. Oleh karena itu, kehadiran ibu ibu dalam taklim menguatkan azam untuk belajar bersama mengenal Allh, mengenal Rasul dan mengenal kitab sucinya agar menjadi pelopor mencetak generasi robani.

- Advertisement -

Mengenal Rob-Nya
Langkah awal mewujudkan generasi robbani, dengan mengenalkan Tuhannya yaitu Allah SWT dalam kehidupan ini. Barang siapa ingin mengenal Tuhannya, maka kenali dirimu sendiri. Dari apa kita berasal, untuk apa kita diciptakan, dan mau ke mana setelah mati. Pertanyaan sederhana namun mengena di hati, jika masukkan dalam akal pikiran.

Baca Juga:  Inovasi Berbasis Pengetahuan

Bagaimana asal usul manusia? Kita berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Tanah adalah tempat kita berpijak, berdasarkan posisinya tanah sangat hina karena selalu terinjak-ijak. Namun, tanah akan menjadi mulia, karena manfaatnya sangat penting untuk menopang kehidupan. Tanah sebagai media mampu menumbuhkan tanaman, tanah mampu menyerap air dan menampung air hujan. Hal ini, identik dengan manusia. Manusia dari asal muasalnya bisa menjadi hina atau bisa menjadi mulia tergantung seberapa mampu memberikan manfaat tentunya dengan mengoptimalkan akal dan pikirannya. Manusia yang mengunakan potensi akalnya pasti akan menjadi mulia kedudukannya di mata Allah SWT. Memiliki generasi rabbani adalah dambaan setiap pasangan. Bagaimana tidak menjadi impian setiap keluarga, karena generasi rabbani adalah generasi qurrota a’yun. Di mana,  buah hati belahan jiwa jika dipandang menyejukkan mata dan akhlaknya menentramkan hati orang tuanya. Bagaimana karakter generasi rabbani itu ditumbuhkan dalam jiwa generasi muda sekarang.

Mengenal Rasulnya
Dalam membentuk generasi rabbani perlu diteladani bagaimana sikap Rasulullah dalam keluarga, bagaimana Khodijah sang istri yang setia mendampingi Rasulullah dalam suka dan duka. Bagaimana Rasulullah memperlakukkan isterinya dalam rumah tangganya.

Khodijah, adalah bangsawan Quraisy yang kaya raya. Saat bersuamikan Rasulullah, Khodijah perempuan pertama masuk Islam dan menguatkan ajarannya. Di saat orang-orang mendustakannya, khodijahlah yang pertama mempercayai ajaran itu dan rela memberikan seluruh hartanya untuk menyokong dakwah Rasullullah. Bukti ketulusan cinta akan ajaran yang disiarkan dan rasa kasih sayangnya pada Rasulullah, ia buktikan dengan setia  mendampingi Rasulullah di pengasingan tinggal di pinggiran Kota Makkah selama tiga tahun. Pemboikotan dan pengasingan selama tiga tahun, adalah waktu yang sangat panjang. Akibat,  pemboikotan itu Bani Hasyim  kekurangan makan.

Dengan bekal mengenal Rasul, para jamaah taklim bisa mengambil pelajaran dalam mendidik putra-putrinya. Contoh pada saat, anak-anak meminta sepeda baru lagi, maka para ibu dapat menangguhkan pada saat yang tepat dengan menceritakan kembali kisah-kisah Rasul saat pemboikotan. Dengan mengkomunikasikan dan melatih kesederhanaan pada putra-putri kita, insya Allah anak-anak akan memahami.

Baca Juga:  Istiqomah

Bagaimana Membangun Generasi Robbani?
Bagaimana caranya? Pertama, dibangun generasi yang ter-tarbiah secara rutin guna menguatkan keimanan dan keyakinannya. Seorang yang telah ter-tarbiah, mereka akan secara total akan menancap kuat keimanannya dan ada perubahan. Perubahan tarbiyah berupa perubahan pikirannya, jalan hidupnya, perilakunya, dan bahkan seleranya. Dalam menjalani kehidupan hanya satu tujuan yaitu mencari ridho Allah. Itulah orang yang ter-sibghoh Allah SWT.

Generasi rabbani adalah generasi yang hidupnya benar-benar ter-sibghoh oleh ayat-ayat Allah. Ter-sibghoh hatinya, akal pikirannya, seleranya, kebiasaannya, pekerjaannya, penampilannya, dan cara dia mengelola kehidupannya benar-benar berpedoman pada firman Allah. Kita melihat kehidupan generasi yang seperti ini penuh dengan ketawadhuan, jauh dari kesombongan, sederhana dalam tutur kata, dan cara berpakaian sesuai aturan takwa.  Bahkan ketika mengenakan perhiasan pun menampakan kesederhanaan inilah generasi dambaan atau generasi idaman. Inilah yang dimaksud oleh Allah dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 138.

Kedua, orang yang ter-tarbiah adalah orang-orang yang berilmu. Dengan ilmunya, mereka mengenal hakikat kebenaran dan mengenal siapa Robbnya. Mereka itu, seperti Nabi Ibrahim yang berusaha mencari Tuhan. Setelah Allah memberikan hidayah kepadanya, maka Nabi Ibrahim berserah diri kepada Allah. Akhirnya, Nabi Ibrahim berkata, “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya kupersembahkan kepada Allah Robb-ku. Sesuai dengan firman Allah SWt dalam Alquran surat Al An’am ayat 79. Bagaimana Beliau pasrah dan mengabdi secara total kepada Rabb-nya setelah mengenal siapa yang menciptakan dirinya. Seperti itulah generasi rabbani dilahirkan. Akhirnya seluruh hidupnya diberikan kepada Allah dan mengikuti apa maunya Allah,  sehingga tidak ditemukan sedikitpun waktu untuk bermaksiat kepadanya.

Ketiga, generasi yang aktif mengajarkan firman Allah kepada saudara-saudaranya yang lain dan rekan-rekannya yang lain agar bersama-sama menjadi pengabdi Allah. Dia menjadi juru dakwah yang bukan hanya secara lisan tapi juga bisa menjadi teladan. Hal ini, sesuai firman Allah  di dalam Alquran surah Ali Imran ayat 79.

Jadi karakter dari generasi rabbani, yaitu berilmu pengetahuan, mengenal yang menciptakan dirinya dengan pengenalan mendalam, hidupnya hanya semata-mata untuk mengabdi kepada Rabb-nya, dan siap menjadi orang yang menjadi pewaris para Nabi yaitu orang penerus dakwah.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari