BANGKINANG (RIAUPOS.CO) — Banjir yang sudah menjadi langganan bagi sebagian masyarakat Kampar berdampak telak pada perekonomian. Pasalnya, banjir tidak hanya merendam rumah dan fasilitas umum, tapi juga sumber pendapat warga. Banjir yang mulai melanda Kampar sejak 9 Desember 2019 lalu itu telah merendam setidaknya 3.531 hektare kebun dan 517 ekor ternak.
Tak hanya itu, tim terpadu penangan banjir Kampar yang dibentuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kampar memperkirakan, tidak kurang dari 896 rumah di 38 desa dinyatakan terendam banjir. Tercatat, warga yang terdampak banjir mencapai 4.417 kepala keluarga (KK) dan total mencapai 12.653 jiwa.
Warga yang terdampak tersebar di Kampar Kiri, Gunung Sahilan, Kampar Kiri Hilir, Kampa, Siak Hulu, Kampar Utara, Kampar, Rumbio Jaya dan Kecamatan Tambang. Banjir ini tidak hanya disebabkan luapan air sungai yang disebabkan dibukanya pintu air waduk PLTA Koto Panjang. Tapi, juga merupakan luapan dari sungai-sungai yang bersumber air ke perbukitan di perbatasan Riau-Sumbar seperti di kawasan Kampar Kiri, Kampar Kiri Hilir dan Gunung Sahilan.
Kepala Diskominfo dan Persandian Kampar Arizon menyebutkan, dari data yang diterima pihaknya, sejumlah fasilitas umum juga terkena dampak banjir ini, mulai dari PDTA, masjid hingga kantor pemerintahan.
"Dari data yang kami himpun dari stake holder terkait, sebanyak 48 fasilitas umum seperti sekolah mulai dari PDTA, MDA, TK, SD, SMP, masjid hingga perkantoran. Ini masih data sementara yang kami terima. Data akan terus berubah sesuai perkembangan naik atau surutnya air," sebut Arizon.
Sabtu (14/12), anggota Komisi V DPR RI, H Syahrul Aidi Maazat didampingi Basarnas, BPBD Kampar dan Tagana Kampar menyusuri aliran sungai Kampar.
"Kita sangat prihatin atas bencana banjir ini yang menimpa warga Kabupaten Kampar dan Pelalawan. Banjir sungai Kampar ini terjadi tiap tahun. Memang kondisi alam yang memaksanya. Kita berharap masyarakat tabah dan sabar menghadapi cobaan ini," terang Syahrul Aidi.(end/yus)
Editor : Rinaldi