JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pelatih pelatnas artistik Indra Sibarani mengatakan sangat heran soal pengakuan atlet muda Shalfa Avrila Siani yang tiba-tiba heboh di seluruh Indonesia.
Sebelumnya, ibunda Shalfa, Ayu Kurniawati mengatakan bahwa anaknya dikeluarkan dari skuad SEA Games 2019 karena dituding tidak perawan. Ayu mengaku bahwa pelatih senam pelatnas dan Jawa Timur yang mengeluarkan tuduhan menyakitkan tersebut.
Bahkan pada 20 November, karena sudah dalam posisi kalut, Ayu mengajak Shalfa untuk melakukan tes keperawanan di Rumah Sakit Bhayangkara, Kediri. Itu dilakukan karena beberapa rumah sakit di Surabaya menolak permintaan Ayu.
Namun, menurut pengakuan Ayu, tim pelatih senam tidak menerima hasil yang dikeluarkan RS Bhayangkara. Mereka meminta Ayu untuk melakukan tes ulang di Rumah Sakit Petrokimia, Gresik. Anjuran yang akhirnya ditolak oleh Ayu dan keluarga.
Indra Sibarani membantah keras pengakuan Ayu tersebut. Menurut pria yang juga pelatih kepala senam Jawa Timur itu, kenyataan yang sesungguhnya, tidak seperti tuduhan pesenam asal Kediri tersebut.
Indra mengatakan, pencoretan itu terjadi murni karena prestasi Shalfa yang melorot drastis dalam kualifikasi PON yang berlangsung 1 sampai 4 November. Dengan status sebagai atlet SEA Games, tambah Indra, seharusnya Shalfa bisa menjadi juara pada nomor balance beam maupun floor.
Namun, kenyataannya, Shalfa malah hanya berada di peringkat ke-13 pada balance beam dan nomor tujuh di nomor floor. Fakta ini sangat mengecewakan tim pelatih.
"Nggak berprestasi, dibawa SEA Games? Kok enak! Kalau prestasi tinggi nggak apa, tapi masuk final SEA Games saja belum tentu," kata Indra ketika ditemui Jawa Pos di Century Park Hotel, Manila, Filipina, kemarin malam.
Reaksi kemarahan juga diungkapkan pelatih pelatnas artistik putri Zahari. Zahari merupakan sosok yang selama ini melatih Shalfa dalam pemusatan latihan nasional di GOR Petrokimia, Gresik.
Surat rekomendasi untuk mengeluarkan Shalfa ditulis sendiri oleh Zahari pada 15 November. Setelah permohonan tersebut, PB Persani menindaklanjutinya dengan menerbitkan surat penggantian atlet. Keputusannya, Shalfa digantikan oleh Yogi Novia Laila Ramadhani.
Dalam surat tersebut, terdapat empat alasan yang mendasari mengapa Shalfa akhirnya tidak masuk skuad SEA Games 2019.
Pertama, Shalfa tidak disiplin dalam istirahat. Dia juga tidak mampu mengatur pola makan dengan baik sehingga berat badannya tak terjaga. Shalfa, tambah Zahari, juga melanggar peraturan asrama. Ini semua bermuara pada terjadinya penurunan performanya sebagai atlet nasional.
"Saat PraPON saya sudah ngomong ke dia. Sebagai atlet pelatnas, jangan sampai kalah dengan non-pelatnas. Ternyata penampilannya jelek. Terus setelah itu kami punya aturan bahwa setiap atlet tidak boleh keluar malam, tidak boleh pacaran, dan tidak boleh menginap di rumah cowok. Di situlah dia melakukan tindakan indisipliner," kata Zahari Jawa Pos.
Jika saja Shalfa bisa memperoleh medali emas saat kualifikasi PON, menurut Zahari, tentu dia tidak dikeluarkan dari skuad SEA Games.
Zahari yang juga merupakan pelatih pemusatan latihan daerah (puslatda) Jatim itu mempertanyakan bagaimana isu soal keperawanan bisa mencuat dan jadi konsumsi publik. Padahal itu bukan alasan utama Shalfa dikeluarkan dari pelatnas.
"Saya emosi. Kenapa dia malah membuka soal cerita perawan, padahal kami berupaya membackup biar nggak keluar. Itu masalah internal Jatim, tidak ada kaitannya sama pelatnas. Dalam surat itu juga nggak ada kata perawan!" ucap Zahari.
Shalfa sendiri masuk ke pelatnas karena menggantikan Tazsa Miranda yang mengalami cedera kaki dan harus naik ke meja operasi. Jika seandainya masuk dalam skuad SEA Games, Shalfa sama sekali tidak ditargetkan emas.
Sebagai atlet muda berusia 18 tahun, Shalfa diberikan kesempatan untuk memperbanyak jam terbang. Dia rencananya dipersiapkan sebagai bagian dalam regenerasi atlet nasional.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi