JAKARTA (RIAUPOS. CO) – Dana kelolaan (asset under management/AUM) melalui produk exchange trade fund (ETF) IndoPremier melonjak dari semula hanya Rp557 miliar menjadi Rp15,2 triliun. Produk investasi ETF ini diterbitkan oleh PT Indo Premier Sekuritas (IndoPremier) sejak 18 Desember 2017. Ini menjadi bukti produk investasi ini mendapat sambutan positif di pasaran.
Perkembangan ETF IndoPremier ini berkat pengembangan platform ETF yang sangat memudahkan investor institusi maupun ritel untuk memantau pergerakan harganya. Platform itu, juga diklaim underlying saham bisa secara transparan diketahui sehingga memudahkan investor dalam mengeksekusi secara real time. Hal ini menjadi peluang yang sangat baik bagi investor khusus institusi untuk menjadikan produk ini sebagai alternatif instrumen investasi.
"Sejak diluncurkan pertama kali 12 tahun lalu, kami hanya punya satu partner management asset dengan total AUM saat itu Rp557 miliar. Berkat inovasi dengan potensinya, akhirnya kami bisa melangkah lebih jauh. Ini karena salah satunya berkat platform ETF," kata Moelonoto The dalam acara Indonesia ETF Conference 2019 di Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Sebagai dealer participant, lanjutnya, perlu melakukan inovasi dan bertransformasi agar produk-produk ETF bisa berkembang lebih pesat. Terlebih saat ini Indonesia sedang memasuki era revolusi industri 4.0.
Moelonoto menambahkan, IndoPremier sebagai perusahaan sekuritas karya anak bangsa mencoba untuk terus menjawab tantangan di era revolusi industri 4.0 dengan terus melakukan inovasi tersebut. Dia optimis pasar ETF ke depan di Indonesia masih akan terus berkembang pesat.
"Sesuai perkembangan era industri di mana industri pasar modal harus transformasi tak terkecuali industri ETF sendiri ini komitmen kami bersama regulator SRO dan pelaku pasar untuk terus melakukan inovasi dalam pengembangan produk ETF. Semoga pasar ETF akan berkembang pesat di masa mendatang," pungkas Moelonoto The.
Acara Indonesia ETF Conference 2019 dihadiri oleh Direktur Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sujanto dan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi.(rls)