JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Masyarakat Indonesia khususnya di perdesaan sudah harus mengurangi konsumsi nasi. Pasalnya, jumlah penderita diabetes di Indonesia terbanyak keeanam se-dunia. Dan, terbanyak tinggal di wilayah perdesaan.
"Ini salah satunya dipicu kebiasaan warga desa yang senang minum teh sangat manis. Belum lagi mereka selalu mengkonsumsi nasi baru (beras yang baru panen)," kata Iwan Santoso, selaku Direktur Utama GITA Food di sela-sela pameran International Exhibition on Food & Beverage Product, Technology, Ingredient, Additive, Raw Materials, Services, Equipment and Supplies di Jakarta, Kamis (14/11).
Robertus Budi Setiono, direktur keuangan GITA Food mengungkapkan, berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes di dunia telah mencapai lebih dari 425 juta jiwa di tahun 2017 dan akan meningkat terus sehingga diperkirakan mencapai 629 juta jiwa di 2045.
Indonesia adalah negara ke-6 dengan jumlah penderita diabetes mencapai 10,3 juta jiwa di bawah China (114,4 juta), India (72,9 juta), Amerika Serikan (30,2 juta), Brazil (12,5 juta) dan Meksiko (12 juta).
Jadi sudah menjadi keharusan bagi pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Kesehatan memberikan perhatian khusus dalam menurunkan resiko kematian akibat penyakit diabetes ini.
Pola hidup berupa menjaga keseimbangan makanan dan olah raga adalah kunci pencegahan dari penyakit diabetes ini.
"Di sini kami ikut membantu pemerintah dalam menekan jumlah penderita diabetes dengan melakukan inovasi-inovasi menciptakan produk makanan sehat. Salah satunya sego (nasi) jagung dan sego singkong. Dari penampilan fisik tidak ada bedanya dengan beras padi. Rasanya juga cukup enak jika dibandingkan beras merah," tuturnya.
Iwan menambahkan, kedua produk beras analog yang dibuat dari bahan baku jagung dan singkong segar ini, diproduksi tanpa pengawet dan pewarna buatan sehingga produk ini bebas dari bahan kimia apapun. Produk ini sudah menjalani uji laboratorium dan terbukti mengandung kandungan serat yang tinggi.
Kandungan serat dari jagung mencapai 10 dan singkong mencapai 8. Juga memiliki indeks Glikemik (angka yang menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat yang tersedia pada pangan) rendah yaitu 45 (jagung) dan 54 (singkong) sehingga bisa dikonsumsi oleh para penderita diabetes dengan aman.
"Kandungan serat yang sangat tinggi akan sangat membantu proses pencernaan. Dengan proses pencernaan yang baik bisa dipastikan akan menjaga kesehatan lebih baik. Yang terpenting produk ini sangat baik untuk semua konsumen baik penderita diabetes maupun orang-orang yang masih sehat, karena produk ini bisa mencegah meningkatnya kadar gula dalam darah," terangnya.
Mengenai harganya, Iwan mengatakan sangat murah di bawah Rp 20 ribu per pack. Berbeda dengan produk makanan sehat lainnya di atas Rp 40 ribu. Prinsipnya kata Iwan, margin keuntungan diambil sedikit asal masyarakat bebas dari diabetes.
Junaedi Saputro, Direktur Manufaktur dan Teknologi menambahkan, dari hasil testimoni para konsumen Sego Jagung dan Sego Singkong, terbukti penderita diabetes mengalami penurunan kadar gula darahnya dan kembali mencapai titik normal setelah mengkonsumsi produk ini selama 2 – 3 bulan berturut-turut.
"Produk ini benar-benar bisa menjadi alternatif pengganti makanan pokok penduduk Indonesia. Selain sehat, bisa melangsingkan juga," ucap Junaedi.
Berkat inovasi tersebut, Sego Jagung dan Sego Singkong ini dinobatkan sebagai runner up dengan mendapatkan penghargaan silver dalam pameran yang diikuti 27 negara tersebut. Penghargaan gold diberikan kepada produk Frozen Nasi Bakar dari Universitas Ciputra dan bronze diraih Bytow dari Polandia.
"Produk kami dinilai inovatif dari sisi proses produksi yang bisa mengubah tepung jagung atau singkong menjadi seperti butiran beras. Produknya sehat tanpa zat kimia tanpa pewarna buatan dan bermanfaat bagi kesehatan," kata Iwan.
Dia mengaku, tidak menyangka bisa menang, karena selama pameran ini terdapat lebih dari 15 ribu jenis produk dan hanya ada 93 masuk sebagai peserta yang dinilai oleh juri dari Indonesia dan internasional. Dari 93 produk terpilih, disaring lagi menjadi 27 produk dan akhirnya 10 produk yang masuk ke tingkat final untuk diambil 3 pemenang utama. (esy/jpnn)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal