DUMAI (RIAUPOS.CO) — Maraknya orang dengan gangguan jiwa yang berkeliaran di Kota Dumai membuat masyarakat resah. Pasalnya orang dengan gangguan jiwa itu menganggu masyarakat ketika melintas di jalan.
Untuk itu bagi masyarakat yang anggota keluarganya mengidap gangguan jiwa bisa segera diobati atau melaporkannya ke Dinas Sosial Kota Dumai.
“Gangguan jiwa memang merupakan penyakit yang bisa disembuhkan, untuk itulah, kita meminta kepada masyarakat agar melaporkan jika ada anggota keluarga mengalami gangguan jiwa untuk diobati,” ujar Kepala Dinas Sosial Hasan Basri, Senin (14/10).
Hasan mengatakan selama ini pihaknya tidak membiarkan saja, namun tidak dinafikan ada yang tidak terpantau. “Selama ini ada 50 orang gangguan jiwa yang kami kirim ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan Pekanbaru untuk menjalani pengobatan kejiwaan,” tuturnya.
Ia mengatakan bahkan orang dengan gangguan jiwa yang sudah dikirim tersebut, sudah banyak yang sembuh dan sehat. “Mereka sudah banyak yang dikembalikan kepada keluarga,” ujarnya.
Hasan mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memasung saudara-saudaranya yang terkena gangguan jiwa, pasalnya gangguan jiwa bisa disembuhkan dan diobati. “Gangguan jiwa masih bisa diobati dan ini menjadi tugas bersama baik kami maupun pihak keluarga, pasalnya setelah dinyatakan sembuh, harus tetap mendapatkan pengawalan keluarga dengan memperhatikan kejiwaan serta obatnya,” tuturnya.
Pihaknya melihat banyak orang yang sudah mulai sembuh dari sakit jiwa, ketika dikembalikan lagi ke kekeluraganya malah tidak diperhatikan, seperti minum obat dan perhatian keluarga. Untuk sembuh 100 persen dari gangguan jiwa, perhatian keluarga terdekat merupakan faktor utama dalam kesembuhan, pasalnya RSJ hanya mengatasi kejiwaan sebatas medis dan lainnya,” jelasnya.
Ia mengatakan akan sangat berarti bagi kesembuhan anggotanya yang mengalami gangguan jiwa, sehingga bagi yang sudah sembuh 70 persen akan bisa mencapai kesembuhan 100 persen. “Kami juga menyediakan rumah singgah bagi orang gangguan jiwa sebelum dikirim ke RSJ untuk dilakukan pengobatan,” terangnya.
Namun, tak jarang pasien yang sudah sembuh 70 persen dari gangguan jiwa dan diserahkan ke keluarganya, malah balik lagi. “Karena tidak ada perhatian dari keluarga dan seperti dikucilkan. Saya berharap peran dari keluarga bisa didapat oleh pasien gangguan jiwa,” tutupnya.(hsb)