Jumat, 22 November 2024

Sultan Mencintai dan Dicintai Masyarakatnya

- Advertisement -

Setiap berkunjung ke Siak, wisatawan akan berziarah ke Makam Sultan Syarif Kasim. Di samping makam ada Masjid Syahabuddin yang menawan berada di tepi Sungai Siak dengan halaman luas dari keramik.

(RIAUPOS.CO) – Masjid Syahabuddin berada tidak jauh dari Istana Asserayah Alhasyimiah, hanya sekitar 200 meter dari istana. Setiap masuk waktu salat, Sultan akan hadir dan menjadi imam.

- Advertisement -

Demikian diceritakan budayawan Said Muzani. Menurutnya, dia merupakan saksi hidup sejarah masjid sultan yang menjadi kebanggaan masyarakat Siak.

Meski hanya sekitar 10×10 meter, masjid begitu indah dengan bangunan gaya Eropa  dan Timur Tengah. Masjid semakin sempurna dengan mimbar kayu berukir warna hijau. Dan mimbar itu berusia ratusan tahun sesuai tahun pembuatannya menempel di atas mimbar.

Baca Juga:  MTQ Kabupaten Siak Habiskan Anggaran Hampir Rp3 M

Dulu, masih ada menara, posisinya tidak jauh dari tepi sungai. Muazin atau bilal akan mengumandangkan azan dari menara, biasanya itu dilakukan pada Subuh.

- Advertisement -

Seiring berjalannya waktu dan dilakukan pemugaran, menara kini sudah tidak ada, muazin setiap Jumat mengundangkan azan pertama di selasar, azan kedua di dekat mimbar.

“Hal itu bertujuan untuk memanggil warga Salat Jumat. Warga akan berdatangan menggunakan perahu jika berempat tinggal di seberang, atau di pesisir,” terang Said Muzani.

Ada yang unik pada masa itu, setiap Kamis petang selesai Salat Ashar, bedug akan ditabuh. Bedug ditabuh sebagai pertanda hari Jumat telah menjelang.

“Ketika itu banyak warga yang tidak punya almanak atau kalender, tidak punya jam, hanya sultan yang punya jam, jam sultan adalah jam pasir,” jelas Said Muzani.

Baca Juga:  DPC Demokrat Siak Gelar Vaksinasi di 14 Kecamatan

Untuk semakin menyemarakkan masjid, sultan mendatangkan seorang mufti dari kerajaan Besilam Langkat bernama Abdul Muthalib, dialah yang menyeleksi imam dan bilal masjid sultan.

Seorang berakhlak mulia dari Sulit Air, Sumbar, Fakih Abdullah terpilih menjadi imam di masjid sultan. Dia sehari-hari bekerja sebagai tukang cukur (pangkas) dan berjualan pisang.

Setiap ditanya berapa harga pisang ini? Dia akan menjawab terserah lah, sambil menyebutkan modalnya. (eca)

Laporan MONANG LUBIS, Siak

 

Setiap berkunjung ke Siak, wisatawan akan berziarah ke Makam Sultan Syarif Kasim. Di samping makam ada Masjid Syahabuddin yang menawan berada di tepi Sungai Siak dengan halaman luas dari keramik.

(RIAUPOS.CO) – Masjid Syahabuddin berada tidak jauh dari Istana Asserayah Alhasyimiah, hanya sekitar 200 meter dari istana. Setiap masuk waktu salat, Sultan akan hadir dan menjadi imam.

- Advertisement -

Demikian diceritakan budayawan Said Muzani. Menurutnya, dia merupakan saksi hidup sejarah masjid sultan yang menjadi kebanggaan masyarakat Siak.

Meski hanya sekitar 10×10 meter, masjid begitu indah dengan bangunan gaya Eropa  dan Timur Tengah. Masjid semakin sempurna dengan mimbar kayu berukir warna hijau. Dan mimbar itu berusia ratusan tahun sesuai tahun pembuatannya menempel di atas mimbar.

- Advertisement -
Baca Juga:  Pendistribusian 15 Unit Ambulans Tunggu STNK

Dulu, masih ada menara, posisinya tidak jauh dari tepi sungai. Muazin atau bilal akan mengumandangkan azan dari menara, biasanya itu dilakukan pada Subuh.

Seiring berjalannya waktu dan dilakukan pemugaran, menara kini sudah tidak ada, muazin setiap Jumat mengundangkan azan pertama di selasar, azan kedua di dekat mimbar.

“Hal itu bertujuan untuk memanggil warga Salat Jumat. Warga akan berdatangan menggunakan perahu jika berempat tinggal di seberang, atau di pesisir,” terang Said Muzani.

Ada yang unik pada masa itu, setiap Kamis petang selesai Salat Ashar, bedug akan ditabuh. Bedug ditabuh sebagai pertanda hari Jumat telah menjelang.

“Ketika itu banyak warga yang tidak punya almanak atau kalender, tidak punya jam, hanya sultan yang punya jam, jam sultan adalah jam pasir,” jelas Said Muzani.

Baca Juga:  Segera Berlakukan PSBB Lokal

Untuk semakin menyemarakkan masjid, sultan mendatangkan seorang mufti dari kerajaan Besilam Langkat bernama Abdul Muthalib, dialah yang menyeleksi imam dan bilal masjid sultan.

Seorang berakhlak mulia dari Sulit Air, Sumbar, Fakih Abdullah terpilih menjadi imam di masjid sultan. Dia sehari-hari bekerja sebagai tukang cukur (pangkas) dan berjualan pisang.

Setiap ditanya berapa harga pisang ini? Dia akan menjawab terserah lah, sambil menyebutkan modalnya. (eca)

Laporan MONANG LUBIS, Siak

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari