TELUKKUANTAN (RIAUPOS.CO) – Insiden tenggelamnya perahu hias atau berondo yang ditumpangi Bupati Kuantan Singingi (Kuansing) H Suhardiman Amby dan istri saat melepas jalur pacu di Tepian Rajo Pangean, Jumat (4/7), menjadi pelajaran penting bagi panitia penyelenggara pacu jalur ke depan.
Peristiwa ini terjadi ketika sang bupati bersama istri, Hj Yulia Herma, ikut menghadiri pembukaan hilir pertama pacu jalur rayon III. Tepat pukul 14.10 WIB, mereka berada di atas berondo saat melepas pertandingan antara dua jalur juara: Putri Anggun Sibiran Tulang dari Banjar Padang dan juara Rayon I dari Cerenti. Di tengah momen seremonial itulah, berondo mendadak tenggelam.
Meski tidak ada korban jiwa, kejadian ini menimbulkan keprihatinan dan menjadi bahan evaluasi. Terlebih, rangkaian acara pacu jalur masih akan berlangsung di beberapa kecamatan: Rayon IV di Kari (18-20 Juli), event budaya di Basrah (14-16 Agustus), dan pacu jalur tradisional Tepian Narosa (20-24 Agustus 2025).
Kepala Dinas Pariwisata Kuansing, Drs Azhar MM, mengingatkan agar panitia lebih ketat dalam pengaturan tamu VIP yang menaiki berondo atau perahu kompang. “Jumlahnya harus dibatasi. Kalau ada yang ingin ikut lebih banyak, bisa gunakan perahu pendamping seperti boat panitia,” ujarnya, Sabtu (5/7).
Selain pembatasan penumpang, panitia juga diminta menyediakan pelampung untuk semua kepala daerah dan tamu VIP. Hal ini penting, apalagi di pacu jalur Tepian Narosa nanti diperkirakan banyak tamu penting yang akan menyapa masyarakat dari atas perahu hias.
“Kita harus belajar dari kejadian ini. Keselamatan tamu dan pejabat yang hadir adalah prioritas,” tegas Azhar, berharap kejadian serupa tak terulang kembali.(dac)