BANGKINANG (RIAUPOS.CO) – Lima pintu pelimpahan (spillway gate) Waduk PLTA Koto Panjang Kampar dikurangi menjadi 50 sentimeter (cm), Rabu (31/1). Sebelumnya, lima pintu pelimpahan waduk ini dibuka 100 cm (1 meter). Hal ini dilakukan karena curah hujan di hulu waduk tidak tinggi lagi. Hari ini (kemarin, red) pukul 11.00 WIB, bukaan pintu pelimpahan Waduk PLTA Koto Panjang diturunkan 5×50 sentimeter (cm). Jadi saat ini total bukaan pintu pelimpahan waduk 5×50 sentimeter,” ujar Manajer PLTA Koto Panjang, Cecep Sofhan Munawar, Rabu (31/1).
Cecep menambahkan, pengurangan tinggi bukaan pintu waduk ini dilakukan karena debit air masuk ke waduk berkurang dan elevasi waduk mulai berkurang atau surut. “Ada sedikit penurunan elevasi dibanding hari sebelumnya,” ujarnya.
Cecep menjelaskan, dengan pengurangan tinggi bukan lima pintu pelimpahan waduk ini maka diperkirakan ada pengurangan permukaan sungai setinggi 50 cm sampai dengan 60 cm dari kondisi terakhir.
Pj Bupati Kampar Hambali menjelaskan, Pemkab Kampar akan selalu menginformasikan keadaan waduk PLTA Koto Panjang untuk masyarakat Kampar melalui Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kabupaten Kampar. ‘’Kami imbau masyarakat yang beraktivitas atau yang bertempat tinggal di sepanjang aliran Sungai Kampar untuk selalu waspada,’’ ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Buluh Cina Azrianto menjelaskan, banjir telah melanda Desa Buluh Cina sejak 5 Desember 2023 dan sampai sekarang. Hampir 95 persen rumah warga yang terendam banjir. ‘’Sebanyak 535 KK di Desa Buluh Cina dan sekitar 325 rumah warga yang terendam banjir. Fasilitas sekolah SD dan TK juga terendam banjir. Para siswa juga terpaksa juga diliburkan,’’ jelas Azrianto.
Azrianto menambahkan, sementara ini warga masih tetap bertahan di rumahnya masing-masing dengan membuat panggung di dalam rumah. ‘’Warga tidak mencari nafkah karena kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan, bertani, dan buruh. Saat ini warga mengalami kesulitan sejak banjir melanda Desa Buluh Cina,’’ jelas Azrianto.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru memprediksi kondisi cuaca di Riau masih akan bervariasi dimulai dengan keadaan udara kabur dan cerah berawan. Sedangkan untuk siang hingga sore hari diprediksi didominasi cuaca cerah berawan atau panas terik.
Namun terdapat peluang hujan ringan hingga sedang di beberapa wilayah Kabupaten Indragiri Hilir, Rokan Hulu, dan Rokan Hilir dengan suhu udara berkisar antara 23.0 °C-32.0 °C, kelembapan udara sekitar 55 persen-95 persen, dan kecepatan angin bertiup dari arah Utara-Timur sekitar 10-30 km/jam.
Untuk prakiraan gelombang laut di perairan Riau menunjukkan tinggi gelombang berkisar antara 0.50-1.25 m (rendah). BMKG Pekanbaru mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terkini dan menjaga kewaspadaan mengingat kemungkinan perubahan cuaca yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
“Sampai saat ini masih ada hujan dengan intensitas rendah hingga sedang terutama akhir pekan ini ada potensi hujan yang perlu diwaspadai oleh masyarakat di Riau,” ujar Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun SSK II Riau Irwansyah Nasution, Rabu (31/1).
Perpanjang Status Siaga Bencana Hidrometeorologi
Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, dan puting beliung) berakhir pada 31 Januari 2024. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau memperpanjang status ini hingga 29 Februari mendatang.
“Berkasnya sudah diparaf, hanya tinggal ditandatangani oleh Pak Gubernur. Kebetulan beliau sedang berada di luar kota,” kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau M Edy Afrizal, Rabu (31/1).
Perpanjangan status tersebut disebabkan hingga saat ini di sejumlah wilayah di Riau masih dilanda banjir. Selain itu, juga masih ada warga terdampak banjir yang masih mengungsi seperti di Kabupaten Indragiri Hulu, Pelalawan, Rokan Hilir dan di Bengkalis.
Kemudian banjir juga masih terjadi di Kabupaten Kampar, Kuantan Singingi, Rokan Hulu, dan Pekanbaru. “Jadi selain masih ada yang mengungsi akibat banjir, juga masih ada daerah di Riau yang terjadi banjir,” sebutnya.
Disebutkan M Edy, perpanjangan status siaga tersebut juga memperhatikan kondisi cuaca di provinsi tetangga. Yakni Sumatera Barat dan juga Sumatera Utara, karena beberapa sungai di Riau hulunya berada di dua provinsi tetangga tersebut.
“Kalau di Riau memang curah hujan belakangan ini sudah menurun, tapi kita juga harus perhatikan kondisi cuaca di provinsi tetangga. Karena hulu sungai kita ada di dua provinsi itu,” ujarnya.
Terkait untuk bantuan kepada para korban banjir, selain bantuan dari Provinsi Riau, saat ini bantuan dari pemerintah pusat juga sudah mulai datang berupa paket makanan dan juga obat-obatan. “Bantuan dari pemerintah pusat sudah datang, bantuan tersebut langsung diserahkan ke kabupaten/kota,” sebutnya.
Banjir dan Abrasi di Rohil
Bencana banjir yang berkepanjangan di sejumlah wilayah kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) mengakibatkan kerusakan infrastruktur terutama jalan lintas.
Kalaksa BPBD Rohil, Hari Dharma Putra didampingi Sekretaris Edo Rendra melalui Fungsional Penata Penanggulangan Bencana Devita Trimaily, menyebutkan saat ini fenomena terjadinya abrasi semakin intens terjadi.
“Ya terpantau pada 27 Januari terjadi abrasi atau jalan amblas di Kepenghuluan Air Hitam, Kecaamatan Pujud, tersebar di sejumlah titik,” kata Devita, Rabu (31/1).
Ia menerangkan kerusakan jalan karena kejadian abrasi terdapat di Dusun I dan II Kepenghuluan Air Hitam, di mana tebing sungai amblas lebih kurang 1,5 kilometer (km) dan lebar 1,5 meter.
Kerusakan juga terdapat di dusun IV. Untuk akses jalan panjang terjadi kerusakan sepanjang 10 meter dan lebar 12 meter. Hal yang sama juga terjadi di Dusun IV, V, dan VI di mana tebing sungai rusak sepanjang satu kiloemter dengan lebar 1,5 meter.
“Terkait hal itu BPBD Rohil telah melakukan kaji cepat dan pendataan di lokasi kejadian,” katanya.
Kejadian abrasi tambah Devita juga didapati di Kecamatan Rimba Melintang, tepatnya di RT 05 Rw 02. “Ada dua pekarangan rumah warga rusak berat, serta tebing Sungai Rokan sepanjang dua kilometer serta lebar dua meter ambruk,” katanya.
Selain itu di daerah Karya Mukti, Rimba Melintang juga terdapat tebing yang tergerus oleh aliran sungai yakni tebing sungai Navigasi N11 sepanjang lebih kurang 30 meter dan lebar dua meter.
“Abrasi juga terdapat di Pematang Sikek, Rimba Melintang karena air deras dan hantaman bono, di mana tebing Sungai Rokan sepanjang lima kilometer rusak dan ambruk selebar dua meter,” kata Devita.(kom/sol/ayi/fad)