Prestasi itu kemudian dipertahankan dan dipertajam oleh KONI Bengkalis, di bawah kepemimpinan Syaukani, pada Porprov IX Kampar, dengan raihan 86 Emas, 58 Perak, dan 80 Perunggu.
Sementara pada Porwil IX, di Bangka Belitung, kata dia, Bengkalis menyumbang 19 medali emas dari 38 medali emas yang diperoleh Riau, atau 50 persen.
Bahkan jika ditotal, secara keseluruhan, sumbangan Bengkalis pada porwil X di Bengkulu hanya 37,89 persen dari total 35 medali yang diraih Bengkalis.
Karena Riau meraih 95 medali dari 11 cabang olahraga yang diikuti.
Sementara pada Porwil sebelumnya, Bengkalis menyumbang 47,25 persen atau 43 medali dari total 91 medali yang diperoleh Riau, dari sepuluh cabang olahraga.
Kata Victor lagi, jika dilihat dari jumlah atlet, justru pada Porwil X, Bengkalis lebih banyak mengirim atlet.Yaitu sebanyak 42 atlet, sementara pada porwil sebelumnya di Babel KONI Bengkalis hanya mengirimkan 31 atlet. “Sebagai masyarakat pecinta olahraga, kita tentu sangat risau dengan keadaan ini. Apalagi jika dihubungkan dengan event Porprov 2021,†ucap Victor.
Kerisauan yang sama juga diungkapkan salah satu pengurus cabang olahraga (cabor) Kabupaten Bengkalis, M Junaidy. Pria yang lebih akrab disapa dengan Edi ini mengaminkan soal penurunan kualitas atlet Bengkalis tersebut.
“Kita prihatin dengan keadaan ini, dan pada hemat saya, ini disebabkan karena KONI Bengkalis, belum berhasil menentukan prioritas pembinaan. Banyak cabor yang menjadi pendulang medali kurang mendapat perhatian, dan sebaliknya, cabor yang bukan penyumbang medali mendapat perhatian lebih.
“Ironisnya, perhatian lebih itu diberikan, bukan karena prestasi, tapi karena kedekatan,” jelas peria yang akrab disapa Edi ini.
KONI perlu memperbaiki ini, khususnya dalam menghadapi porprov yang akan datang. “Yang membuat kita heran, penurunan ini terjadi, justru disaat Pemda memberikan dukungan maksimal.Jika kita bandingkan dengan anggaran sebelumnya, anggaran KONI periode ini justru lebih besar,†kata Edi.
Lebih jauh Edi mengatakan, bahwa kegagalan menentukan prioritas itu terlihat dari dukungan peralatan yang diberikan kepada cabor dalam anggaran 2019. “Cabor yang berprestasi justru tak mendapat dukungan peralatan. Sementara, cabor yang minim prestasi mendapat dukungan yang luar biasa.
Edi berharap KONI kembali fokus dalam pembinaan atlet, melalui pengkab cabor terkait. Selama ini, menurut Edi, KONI kurang berorientasi prestasi dalam memberikan dukungan kepada Pengkab. “Banyak Pengkab Cabor yang kurang berprestasi justru mendapat bantuan lebih besar dari pengkab yang berprestasi. Kita tak tahu, apa ukurannya. KONI harus segera berbenah,†pungkas Edi.
Editor: Deslina
Sumber: jawapos.com