PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Selama kurun waktu tiga bulan yakni sejak Januari hingga Maret 2020. Sudah sebanyak 1.775 warga Riau dari 12 kabupaten/kota di Riau yang terkena demam berdarah dengue (DBD) akibat gigitan nyamuk aedes aegypti.
Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, pada Januari total masyarakat Riau yang terkena DBD sebanyak 790 orang. Di mana daerah yang paling banyak ditemukan pasien DBD yakni Kabupaten Bengkalis dengan 136 pasien, kemudian Kota Pekanbaru 116 pasien, Kuantan Singingi 102 pasien dengan dua pasien meninggal, Kampar dengan 64 pasien dan satu meninggal, Siak 68 pasien dengan satu orang meninggal dan Kepulauan Meranti 47 pasien dengan satu orang meninggal.
"Jadi di bulan Januari, ada 790 pasien DBD dan lima di antaranya meninggal dunia," katanya.
Untuk bulan Februari, lanjut Mimi, ada 565 orang yang terkena DBD di Riau. Di mana, daerah yang paling banyak ditemukan kasus DBD yakni Kota Pekanbaru dengan 98 pasien, dan satu meninggal. Dumai 84 pasien, Bengkalis 75 pasien, Indragiri Hulu 57 pasien, Kampar 44 pasien dan Indragiri Hilir 15 pasien dengan dua pasien meninggal dunia.
"Total yang meninggal di bulan Februari ada tiga pasien. Untuk bulan Maret, total ada 420 orang yang terkena DBD. Yang paling banyak ditemukan di antaranya di Kota Pekanbaru 82 pasien, Dumai 70 pasien, Bengkalis 60 pasiendan Siak 55 pasien dengan satu orang meninggal dunia," jelasnya.
Untuk mencegah penyebaran penyakit DBD, bisa dilakukan dengan cara kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) mulai dari lingkungan rumah masing-masing. Kegiatan PSN harus difokuskan pada tempat-tempat yang disukai nyamuk Aedes Aegypti tersebut. "Kegiatan PSN harus difokuskan pada genangan air yang tidak bersentuhan dengan tanah secara langsung. Seperti misalnya bak kamar mandi, tempat penampungan air, air pembuangan kulkas tempat minum burung, pot bunga, dispenser air minum (wadah limpahan airnya), atau barang bekas di sekitar rumah," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, pada tempat-tempat tersebut, hendaknya dapat dipastikan tidak terdapat jentik nyamuk. Karena satu jentik nyamuk betina, dalam 12-14 hari akan berubah jadi nyamuk dewasa. Dan satu nyamuk betina dewasa sekali bertelur bisa mencapai 100-150 butir telur. “Dalam masa hidup nyamuk betina dewasa berkisar satu bulan, bisa bertelur hingga lebih kurang empat kali. Jadi bisa dibayangkan satu nyamuk betina bisa bertelur hingga 600 telur sebulan. Jadi jika melihat ada jentik berarti kita terancam demam bisa,” ujarnya.
Dijelaskan Mimi, bahwa jam kerja nyamuk aedes agypti pada pagi hari mulai pukul 09.00-10.00 WIB. Dan sore hari pada pukul 15.00-16.00 WIB. Untuk itu, ia mengimbau pakai selalu lotion anti nyamuk terutama bagi anak-anak pada saat pagi atau sebelum berangkat sekolah dan sore saat bermain.
"Sekali lagi kami ingatkan, jangan salah sasaran dalam melakukan PSN. PSN bukan dilakukan dengan cara memotong pohon, bersih-bersih rumput, menata bunga dan lainnya. Karena jentik tidak bersarang di rerumputan," jelasnya.(sol)