Jumat, 20 September 2024

80 Persen Pasien Covid-19 tanpa Gejala

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — DELAPAN puluh persen pasien positif Covid-19 di Riau sebagaimana halnya di Indonesia adalah tanpa gejala sebelum akhirnya diketahui positif. Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Riau dr Indra Yovi mengimbau masyarakat tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan.

"Dari 100 persen penderita Covid-19 di Indonesia, 80 persennya dalam kondisi baik-baik saja atau tanpa gejala hingga akhirnya diketahui positif Covid-19. Artinya, orang yang terlihat sehat dan baik-baik belum tentu tidak menderita Covid-19," ujar Indra.

Pasalnya, lanjut Indra, jika Covid-19 menjangkiti orang dengan usia muda, orang tersebut bisa tidak bergejala. Tidak seperti jika orang dengan usia 50 tahun ke atas menderita Covid-19, yang tampak menimbulkan gejala.

"Untuk itu, agar tidak tertular atau menularkan Covid-19, gunakanlah jala, sekarang kita sulit membedakan mana orang yang terkena Covid-19 dan tidak," sebutnya.

- Advertisement -

Dari pengamatan pihaknya, hanya sekitar 15 persen pasien yang bergejala, seperti batuk, pilek, demam dan sesak napas. Sedangkan lima persennya, itu menimbulkan gejala yang berat hingga menimbulkan kematian.

"Nah, masalahnya yang lima persen ini terjadi pada orang yang berusia 50 tahun ke atas. Untuk itu, jangan sampai mereka yang meninggal gara-gara tertular dari orang yang terkena Covid-19 dan tidak memakai masker," ujarnya.

- Advertisement -

Untuk itu, jika ada pelaksaaan rapid test atau swab secara massal, masyarakat diminta mengikutinya dan bukan justru mengelak. Jika hasilnya nanti negatif, berarti orang tersebut sudah bisa menyatakan dirinya aman.

"Dan seandainya jika positif, maka bisa segera diberikan pengobatan agar tidak menularkan kepada orang lain, termasuk keluarganya," ajaknya.

Dalam kesempatan tersebut Indra Yovi juga mengumumkan adanya penambahan tiga pasien positif Covid-19 di Riau per Kamis (25/6). Penambahan tiga pasien positif tersebut semuanya berasal dari luar Riau.

"Dengan adanya penambahan tiga pasien positif tersebut, total pasien positif Covid-19 di Riau saat ini menjadi 220 pasien dari sebelumnya 217 kasus," katanya.

Pasien positif ke 218 tersebut yakni TP (32) warga asal Provinsi Sumatera Selatan. Yang bersangkutan datang ke Riau untuk keperluan bekerja di salah satu perusahaan di Riau, yang mana perusahaan tersebut mewajibkan yang bersangkutan melakukan swab terlebih dahulu.

"Dari hasil swab mandiri tersebut, ternyata diketahui positif Covid-19 dan saat ini yang bersangkutan sudah dirawat," sebutnya.

Pasien positif ke-219 yakni IM (27) dan pasien ke-220 yakni AD (23) yang keduanya merupakan warga Provinsi Jawa Timur. Keduanya juga akan bekerja di salah satu perusahaan di Riau dan diwajibkan melakukan swab dan hasilnya positif.

"Pada hari ini (kemarin, red), juga terdapat satu pasien positif Covid-19 di Riau yang meninggal dunia. Yakni GW (65) yang merupakan warga Kabupaten Kampar. Yang bersangkutan dirawat di  RSUD Arifin Achmad sejak Senin kemarin," ujarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, hari ini (26/6) akan dilakukan tes swab massal di kawasan Plaza Sukaramai Pekanbaru bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. "Besok (hari ini, red) akan dilaksanakan tes swab massal di Plaza Sukaramai. Sasaran utamanya pedagang dan pengunjung di sana. Bagi masyarakat lain yang ingin dilakukan tes swab juga boleh datang langsung, tidak dikenakan biaya. Targetnya yakni akan mengambil sampel swab sebanyak-banyaknya," sebut Mimi.

Baca Juga:  Dukung Percepatan Penurunan Stunting dan Peningkatan Kesertaan Ber-KB

6 ASN Pekanbaru Positif, Puluhan Jalani Swab
Penularan Covid-19 di Pekanbaru pada gelombang kedua (second wave) saat ini dinilai lebih berbahaya ketimbang saat awal menyebar. Sekarang pula, ada enam orang aparatur sipil negara (ASN) Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru terkonfirmasi positif Covid-19. Di luar itu, puluhan ASN lainnya dari beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) yang merupakan kontak erat nya menjalani swab test.

Jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Pekanbaru pada Kamis (25/6) kemarin sudah menyentuh angka 82 orang. Ini dengan rincian, 33 dirawat, 43 sembuh, dan enam orang meninggal. Dalam empat hari terakhir tercatat ada 30 penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 baru. Dari penambahan baru itu, diantaranya adalah ASN Pemko Pekanbaru.

Kondisi ini membuat, Wali Kota (Wako) Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT menerapkan work from home (WFH) bagi jajarannya. Kebijakan ini mulai berlaku, kemarin (25/6). Dari enam ASN ini, lima adalah bagian dari klaster Palembang yang ada di kantor Camat Bukitraya yang tertular dari almarhum NC, orang pertama yang menjadi penular generasi pertama asal Palembang yang kemudian disebut klaster Palembang. Sementara, satu orang lagi adalah D, Sekretaris Camat Bukitraya. Wanita warga Pandau Permai ini tercatat sebagai pasien positif di Kabupaten Kampar.

Dirincikan, ASN yang pertama tertular adalah GSN (41/wanita) warga Kelurahan Limbungan Baru, Kecamatan Rumbai Pesisir. Dia adalah istri dari NC. GSN diumumkan positif Senin (22/6). Bersama dirinya juga dinyatakan positif NM (43/wanita) warga Kelurahan Tangkerang Tengah, Kecamatan Marpoyan Damai, dan YZ (25) pria warga Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai. NM dan YZ adalah generasi ketiga atau penularan lokal dan merupakan kontak erat dari pasien positif GSN. Kedua pasien tersebut merupakan teman sekantor dari pasien GSN. Ketiganya adalah pegawai kantor Camat Bukitraya.

Kemudian, pada Rabu (24/6) dua lagi ASN Pemko Pekanbaru diumumkan positif Covid-19. Yakni dua pegawai kantor Camat Bukitraya juga. Mereka adalah DOI (24/wanita) warga Kelurahan Sidomulyo Timur, Kecamatan Marpoyan Damai dan LA (42/wanita) warga Kelurahan Rejo Sari, Kecamatan Tenayan Raya. Keduanya kontak erat dari pasien positif GSN.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Pekanbaru dr Mulyadi SpBP dikonfirmasi, Kamis (25/6) membenarkan adanya ASN yang positif Covid-19 ini.

"Ya, enam ASN di kantor Camat Bukitraya itu. Lima tercatat di kita (Pekanbaru, red). Satu orang di Kampar, karena dia berdomisili di sana. Ini penularan dari klaster Palembang," jelas dia.

Dampak dari temuan ini, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Pekanbaru kemudian agresif melakukan swab test terhadap kontak erat para pasien positif ini. Kontak erat ini tersebar di beberapa OPD jajaran Pemko Pekanbaru.

"Sekarang kami sedang isolasi ASN yang terduga mempunyai kontak erat dengan kasus positif. Kami rumahkan, juga dilakukan pengambilan swab untuk tracing,’’ urainya.

Dipaparkan Mulyadi, beberapa OPD yang sudah melakukan swab test terhadap kontak erat yang ada di sana adalah Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) sekitar 15 orang, Inspektorat 13 orang, Puskesmas Rumbai 52 orang, Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap sembilan orang, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (DPP) 50 an orang dan Dinas Perhubungan sekitar belasan orang juga.

Baca Juga:  Harga TBS Sawit Riau Naik Jadi Rp2.658 per Kg

"Inspektorat hasilnya sudah keluar, negatif semua. Yang lain ada yang masih nunggu hasil," ungkapnya.

ASN di beberapa OPD yang di-swab test ini bukan hanya kontak erat klaster Palembang, tapi juga klaster BRI. Dia mencontohkan, pegawai DPP banyak di-swab karena Sekcam Bukitraya yang positif memiliki suami yang bertugas di DPP. "Karena kontak erat. Begitu juga di Dishub. Ini kontak erat dari klaster BRI," paparnya.

Kepada Mulyadi, Riau Pos kemudian menanyakan bagaimana pelacakan terhadap kontak erat yang ikut hadir saat melayat pemakaman NC, suami GSN.

‘’Saya belum dapat informasinya. Ya ASN ada melayat. Tapi saat itu belum tahu bahwa terkait Covid-19. Memang situasi ini complicated (kompleks) sebenarnya. kemarin banyak pula kita dapat informasi dari rapat kemarin ada rangkaian kesana. Mudah-mudahan berhenti di satu kontak saja," urainya.

Kepadanya pula, Riau Pos menanyakan apakah penularan Covid-19 di kantor Camat Bukitraya sudah bisa dikategorikan sebagai klaster sendiri. Di menjawab dari penyebaran yang terjadi, bisa."Penataan klaster itu menghitung basic reprodution number dan efektif reprodution number itu  R 0. Kalau saya hitung sudah bisa masuk dalam satu klaster. Ada orang ada jaringnya.  Bukitraya sudah punya jaring, Palembang punya jaringnya juga," jelasnya.

Berbagai upaya yang dilakukan apakah juga sebagai langkah untuk mencegah terjadi dan munculnya klaster ASN, dia menyebut bukan hanya itu. Kondisi penularan saat ini disebutnya cukup mengkhawatirkan.

Dia kemudian memberikan ilustrasi. Dilihat dari data yang ada, dalam tiga bulan sejak pra pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga transisi menuju new normal, penambahan hanya 40 kasus. Sementara dalam sepekan terakhir disebut penambahan sudah hampir menyamai data tiga bulan tersebut.

"Data seminggu saja hampir menyamai data tiga bulan itu. Pada gelombang pertama kemarin itu (penularan, red) landai dan lambat. Sementara gelombang kedua cepat dan datanya lebih tinggi. Sudah masuk gelombang kedua kita," ungkapnya.

Dia tak menampik pula saat ini Pekanbaru sudah masuk pada penularan gelombang kedua dan memang kondisi cukup mengkhawatirkan. "Iya (lebih mengkhawatirkan sekarang, red). Karena tiga PSBB hampir disamai dengan yang seminggu terakhir," imbuhnya.

Sementara itu, Kamis (25/6) kemarin terjadi tiga penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 baru. Yakni DP (32) laki-laki, warga Desa Mariana Ilir, Kecamatan Banyu Asin I, Kabupaten Banyu Asin, Sumatera Selatan. Kemudian IMRA (27) laki-laki warga Desa Demangan, Kecamatan Bangkalan, Jawa Timur, dan AD (25) laki-laki, warga Desa Pepelegi, Kecamatan Buatan Siak, Jawa Timur. Mereka diketahui positif Covid-19 saat screening di perusahaan tempat mereka akan bekerja.

Kondisi ini pula memunculkan pertanyaan tentang bagaimana ketiganya bisa berangkat dari daerah asal hingga sampai ke Pekanbaru tanpa terlebih dahulu diketahui positif. Mulyadi menyebut hal ini terjadi kemungkinan karena mereka datang melalui jalur darat.(ted)

Laporan: SOLEH SAPUTRA dan M ALI NURMAN (Pekanbaru)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — DELAPAN puluh persen pasien positif Covid-19 di Riau sebagaimana halnya di Indonesia adalah tanpa gejala sebelum akhirnya diketahui positif. Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Riau dr Indra Yovi mengimbau masyarakat tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan.

"Dari 100 persen penderita Covid-19 di Indonesia, 80 persennya dalam kondisi baik-baik saja atau tanpa gejala hingga akhirnya diketahui positif Covid-19. Artinya, orang yang terlihat sehat dan baik-baik belum tentu tidak menderita Covid-19," ujar Indra.

Pasalnya, lanjut Indra, jika Covid-19 menjangkiti orang dengan usia muda, orang tersebut bisa tidak bergejala. Tidak seperti jika orang dengan usia 50 tahun ke atas menderita Covid-19, yang tampak menimbulkan gejala.

"Untuk itu, agar tidak tertular atau menularkan Covid-19, gunakanlah jala, sekarang kita sulit membedakan mana orang yang terkena Covid-19 dan tidak," sebutnya.

Dari pengamatan pihaknya, hanya sekitar 15 persen pasien yang bergejala, seperti batuk, pilek, demam dan sesak napas. Sedangkan lima persennya, itu menimbulkan gejala yang berat hingga menimbulkan kematian.

"Nah, masalahnya yang lima persen ini terjadi pada orang yang berusia 50 tahun ke atas. Untuk itu, jangan sampai mereka yang meninggal gara-gara tertular dari orang yang terkena Covid-19 dan tidak memakai masker," ujarnya.

Untuk itu, jika ada pelaksaaan rapid test atau swab secara massal, masyarakat diminta mengikutinya dan bukan justru mengelak. Jika hasilnya nanti negatif, berarti orang tersebut sudah bisa menyatakan dirinya aman.

"Dan seandainya jika positif, maka bisa segera diberikan pengobatan agar tidak menularkan kepada orang lain, termasuk keluarganya," ajaknya.

Dalam kesempatan tersebut Indra Yovi juga mengumumkan adanya penambahan tiga pasien positif Covid-19 di Riau per Kamis (25/6). Penambahan tiga pasien positif tersebut semuanya berasal dari luar Riau.

"Dengan adanya penambahan tiga pasien positif tersebut, total pasien positif Covid-19 di Riau saat ini menjadi 220 pasien dari sebelumnya 217 kasus," katanya.

Pasien positif ke 218 tersebut yakni TP (32) warga asal Provinsi Sumatera Selatan. Yang bersangkutan datang ke Riau untuk keperluan bekerja di salah satu perusahaan di Riau, yang mana perusahaan tersebut mewajibkan yang bersangkutan melakukan swab terlebih dahulu.

"Dari hasil swab mandiri tersebut, ternyata diketahui positif Covid-19 dan saat ini yang bersangkutan sudah dirawat," sebutnya.

Pasien positif ke-219 yakni IM (27) dan pasien ke-220 yakni AD (23) yang keduanya merupakan warga Provinsi Jawa Timur. Keduanya juga akan bekerja di salah satu perusahaan di Riau dan diwajibkan melakukan swab dan hasilnya positif.

"Pada hari ini (kemarin, red), juga terdapat satu pasien positif Covid-19 di Riau yang meninggal dunia. Yakni GW (65) yang merupakan warga Kabupaten Kampar. Yang bersangkutan dirawat di  RSUD Arifin Achmad sejak Senin kemarin," ujarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, hari ini (26/6) akan dilakukan tes swab massal di kawasan Plaza Sukaramai Pekanbaru bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. "Besok (hari ini, red) akan dilaksanakan tes swab massal di Plaza Sukaramai. Sasaran utamanya pedagang dan pengunjung di sana. Bagi masyarakat lain yang ingin dilakukan tes swab juga boleh datang langsung, tidak dikenakan biaya. Targetnya yakni akan mengambil sampel swab sebanyak-banyaknya," sebut Mimi.

Baca Juga:  Undangan Paripurna HUT Riau Dibatasi

6 ASN Pekanbaru Positif, Puluhan Jalani Swab
Penularan Covid-19 di Pekanbaru pada gelombang kedua (second wave) saat ini dinilai lebih berbahaya ketimbang saat awal menyebar. Sekarang pula, ada enam orang aparatur sipil negara (ASN) Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru terkonfirmasi positif Covid-19. Di luar itu, puluhan ASN lainnya dari beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) yang merupakan kontak erat nya menjalani swab test.

Jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Pekanbaru pada Kamis (25/6) kemarin sudah menyentuh angka 82 orang. Ini dengan rincian, 33 dirawat, 43 sembuh, dan enam orang meninggal. Dalam empat hari terakhir tercatat ada 30 penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 baru. Dari penambahan baru itu, diantaranya adalah ASN Pemko Pekanbaru.

Kondisi ini membuat, Wali Kota (Wako) Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT menerapkan work from home (WFH) bagi jajarannya. Kebijakan ini mulai berlaku, kemarin (25/6). Dari enam ASN ini, lima adalah bagian dari klaster Palembang yang ada di kantor Camat Bukitraya yang tertular dari almarhum NC, orang pertama yang menjadi penular generasi pertama asal Palembang yang kemudian disebut klaster Palembang. Sementara, satu orang lagi adalah D, Sekretaris Camat Bukitraya. Wanita warga Pandau Permai ini tercatat sebagai pasien positif di Kabupaten Kampar.

Dirincikan, ASN yang pertama tertular adalah GSN (41/wanita) warga Kelurahan Limbungan Baru, Kecamatan Rumbai Pesisir. Dia adalah istri dari NC. GSN diumumkan positif Senin (22/6). Bersama dirinya juga dinyatakan positif NM (43/wanita) warga Kelurahan Tangkerang Tengah, Kecamatan Marpoyan Damai, dan YZ (25) pria warga Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai. NM dan YZ adalah generasi ketiga atau penularan lokal dan merupakan kontak erat dari pasien positif GSN. Kedua pasien tersebut merupakan teman sekantor dari pasien GSN. Ketiganya adalah pegawai kantor Camat Bukitraya.

Kemudian, pada Rabu (24/6) dua lagi ASN Pemko Pekanbaru diumumkan positif Covid-19. Yakni dua pegawai kantor Camat Bukitraya juga. Mereka adalah DOI (24/wanita) warga Kelurahan Sidomulyo Timur, Kecamatan Marpoyan Damai dan LA (42/wanita) warga Kelurahan Rejo Sari, Kecamatan Tenayan Raya. Keduanya kontak erat dari pasien positif GSN.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Pekanbaru dr Mulyadi SpBP dikonfirmasi, Kamis (25/6) membenarkan adanya ASN yang positif Covid-19 ini.

"Ya, enam ASN di kantor Camat Bukitraya itu. Lima tercatat di kita (Pekanbaru, red). Satu orang di Kampar, karena dia berdomisili di sana. Ini penularan dari klaster Palembang," jelas dia.

Dampak dari temuan ini, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Pekanbaru kemudian agresif melakukan swab test terhadap kontak erat para pasien positif ini. Kontak erat ini tersebar di beberapa OPD jajaran Pemko Pekanbaru.

"Sekarang kami sedang isolasi ASN yang terduga mempunyai kontak erat dengan kasus positif. Kami rumahkan, juga dilakukan pengambilan swab untuk tracing,’’ urainya.

Dipaparkan Mulyadi, beberapa OPD yang sudah melakukan swab test terhadap kontak erat yang ada di sana adalah Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) sekitar 15 orang, Inspektorat 13 orang, Puskesmas Rumbai 52 orang, Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap sembilan orang, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (DPP) 50 an orang dan Dinas Perhubungan sekitar belasan orang juga.

Baca Juga:  Dukung Percepatan Penurunan Stunting dan Peningkatan Kesertaan Ber-KB

"Inspektorat hasilnya sudah keluar, negatif semua. Yang lain ada yang masih nunggu hasil," ungkapnya.

ASN di beberapa OPD yang di-swab test ini bukan hanya kontak erat klaster Palembang, tapi juga klaster BRI. Dia mencontohkan, pegawai DPP banyak di-swab karena Sekcam Bukitraya yang positif memiliki suami yang bertugas di DPP. "Karena kontak erat. Begitu juga di Dishub. Ini kontak erat dari klaster BRI," paparnya.

Kepada Mulyadi, Riau Pos kemudian menanyakan bagaimana pelacakan terhadap kontak erat yang ikut hadir saat melayat pemakaman NC, suami GSN.

‘’Saya belum dapat informasinya. Ya ASN ada melayat. Tapi saat itu belum tahu bahwa terkait Covid-19. Memang situasi ini complicated (kompleks) sebenarnya. kemarin banyak pula kita dapat informasi dari rapat kemarin ada rangkaian kesana. Mudah-mudahan berhenti di satu kontak saja," urainya.

Kepadanya pula, Riau Pos menanyakan apakah penularan Covid-19 di kantor Camat Bukitraya sudah bisa dikategorikan sebagai klaster sendiri. Di menjawab dari penyebaran yang terjadi, bisa."Penataan klaster itu menghitung basic reprodution number dan efektif reprodution number itu  R 0. Kalau saya hitung sudah bisa masuk dalam satu klaster. Ada orang ada jaringnya.  Bukitraya sudah punya jaring, Palembang punya jaringnya juga," jelasnya.

Berbagai upaya yang dilakukan apakah juga sebagai langkah untuk mencegah terjadi dan munculnya klaster ASN, dia menyebut bukan hanya itu. Kondisi penularan saat ini disebutnya cukup mengkhawatirkan.

Dia kemudian memberikan ilustrasi. Dilihat dari data yang ada, dalam tiga bulan sejak pra pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga transisi menuju new normal, penambahan hanya 40 kasus. Sementara dalam sepekan terakhir disebut penambahan sudah hampir menyamai data tiga bulan tersebut.

"Data seminggu saja hampir menyamai data tiga bulan itu. Pada gelombang pertama kemarin itu (penularan, red) landai dan lambat. Sementara gelombang kedua cepat dan datanya lebih tinggi. Sudah masuk gelombang kedua kita," ungkapnya.

Dia tak menampik pula saat ini Pekanbaru sudah masuk pada penularan gelombang kedua dan memang kondisi cukup mengkhawatirkan. "Iya (lebih mengkhawatirkan sekarang, red). Karena tiga PSBB hampir disamai dengan yang seminggu terakhir," imbuhnya.

Sementara itu, Kamis (25/6) kemarin terjadi tiga penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 baru. Yakni DP (32) laki-laki, warga Desa Mariana Ilir, Kecamatan Banyu Asin I, Kabupaten Banyu Asin, Sumatera Selatan. Kemudian IMRA (27) laki-laki warga Desa Demangan, Kecamatan Bangkalan, Jawa Timur, dan AD (25) laki-laki, warga Desa Pepelegi, Kecamatan Buatan Siak, Jawa Timur. Mereka diketahui positif Covid-19 saat screening di perusahaan tempat mereka akan bekerja.

Kondisi ini pula memunculkan pertanyaan tentang bagaimana ketiganya bisa berangkat dari daerah asal hingga sampai ke Pekanbaru tanpa terlebih dahulu diketahui positif. Mulyadi menyebut hal ini terjadi kemungkinan karena mereka datang melalui jalur darat.(ted)

Laporan: SOLEH SAPUTRA dan M ALI NURMAN (Pekanbaru)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari