Senin, 12 Agustus 2024

Pembangunan Dibiayai Salah Seorang Warga Tionghoa

(RIAUPOS.CO) — Ragam masjid menjadi ciri khas tersendiri, baik dari arsitektur, filosofi dan lainnya. Seperti masjid yang didominasi warna kuning dan keemasan pada ornamennya ini, menjadi ciri khas dari Masjid Al Mujahidin di Jalan Jendral, Labuh Baru, Payung Sekaki.

Mulanya, masjid tersebut didirikan pada 1983. Wakaf tanah dari almarhum H Saridin Datuk Bendaro Jambak. Selain itu, ia pun yang memodali pembangunan masjid. Dikatakan Ketua Umum Pengurus Masjid Al Mujahidin, Jabar Nur Said, dana yang dikucurkan sebesar Rp1 miliar di atas tanah 90 x 50 meter yang juga merupakan hasil dari pembebasan lahan.

- Advertisement -

Lebih lanjut, seiring berjalannya waktu, masjid pun terus mengalami renovasi. Hingga akhirnya pada 2008 direnovasi dan yang meletakan batu pertama adalah Gubernur Riau saat itu, Rusli Zainal. ‘’Pembangunan berlangsung selama kurun waktu dua tahun dan dibiayai oleh salah satu warga Thionghoa di sini sebesar Rp5 miliar,’’ jelasnya yang juga Ketua RT 2/RW 2 tersebut.

Sejak pembangunan selesai, pada Agustus 2011, Jabar diajaknya keluar. Katanya, untuk mengganti agama di KTP. ‘’Sejak saat itu ia masuk muslim dan namanya menjadi Aseng Marsudi. Setelah itu disusul istrinya. Kini mereka pun kerap melakukan jamaah di masjid,’’ tuturnya.

Baca Juga:  Cemburu, Jadi Alasan Pria Ini Bunuh dan Kubur Istri Dekat Septic Tank

Lalu, masjid yang berdiri kokoh tersebut dominan warna kuning dan keemasan karena melambangkan Melayu. Baik dari segi corak maupun ornamennya. Sehingga, pengrajin pun didatangkan khusus yang membuat ornamen Melayu.

- Advertisement -

Sementara, gaya Eropa ditampilkan di pintu masuk masjid yang mirip segitiga. Beberapa bentuk tulisan Arab yang melambangkan orang sujud di dinding bagian luar masjid.

Keunikan lainnya, menara yang dibangun setinggi 17 meter melambangkan jumlah rakaat salat wajib. Sementara kubah yang berjumlah empat adalah sahabat dari Rasulullah. ‘’Masjid kami pun menjadi salah satu masjid paripurna yang ada di Pekanbaru. Saat hari biasa bisa menampung jamaah di lantai dasar 1.000 orang dan di lantai dua 500 orang,’’ ungkapnya.

Tak hanya itu, di pekarangan masjid pun terdapat pohon kurma yang ditanam sejak 2016 lalu. Yang mana pokok kurma tersebut di dapat dari Masjid Raya An-Nur. Terdapat 9 jumlah pohon kurma. Katanya, wali kota dan gubernur saat itu turut serta menanam pohon kurma tersebut.

Baca Juga:  Mahasiswa Kecewa, Tak Dapat Sampaikan Aspirasi ke Gubri

Saat puasa Ramadan tiba, kegiatan pun berlangsung sebagaimana masjid-masjid pada umumnya menyelenggarakan. Katanya, yang membedakan saat pagi pukul 09.00  WIB sampai pukul 12.00 WIB para jamaah perempuan tadarus. Lalu malam hari selepas tarawih giliran jamaah baik orangtua maupum remaja melafaskan tadarus.

‘’Alhamdulillah selama puasa kegiatan di masjid berjalan dengan lancar. Saat Subuh, Zuhur dan isya selalu kami beri kajian. Saat berbuka kami beri takjil untuk para jamaah maupun musafir,’’ ujarnya.

Namun, untuk malam 17 Ramadan akan membuat tablig akbar. Sementara untuk iktikaf di masjid tersebut belum ada agenda khusus. Para jamaah masih menjalankan ibadah sendiri-sendiri.

Lanjutnya, untuk santunan anak yatim akan dilangsungkan menjelang tujuh hari terakhir Ramadan. ‘’Terdapat 53 anak yatim maupun piatu yang akan disantuni. Untuk saat ini dana yang sudah mencapai Rp150 juta,’’ paparnya.

Di setiap bulannya pun anak yatim selalu mendapat pesangon. Untuk anak SD diberi Rp100 ribu, SMP diberi Rp150 ribu dan SMA diberi Rp250 ribu.(*3)

Laporan Marrio Kisaz, Kota

(RIAUPOS.CO) — Ragam masjid menjadi ciri khas tersendiri, baik dari arsitektur, filosofi dan lainnya. Seperti masjid yang didominasi warna kuning dan keemasan pada ornamennya ini, menjadi ciri khas dari Masjid Al Mujahidin di Jalan Jendral, Labuh Baru, Payung Sekaki.

Mulanya, masjid tersebut didirikan pada 1983. Wakaf tanah dari almarhum H Saridin Datuk Bendaro Jambak. Selain itu, ia pun yang memodali pembangunan masjid. Dikatakan Ketua Umum Pengurus Masjid Al Mujahidin, Jabar Nur Said, dana yang dikucurkan sebesar Rp1 miliar di atas tanah 90 x 50 meter yang juga merupakan hasil dari pembebasan lahan.

Lebih lanjut, seiring berjalannya waktu, masjid pun terus mengalami renovasi. Hingga akhirnya pada 2008 direnovasi dan yang meletakan batu pertama adalah Gubernur Riau saat itu, Rusli Zainal. ‘’Pembangunan berlangsung selama kurun waktu dua tahun dan dibiayai oleh salah satu warga Thionghoa di sini sebesar Rp5 miliar,’’ jelasnya yang juga Ketua RT 2/RW 2 tersebut.

Sejak pembangunan selesai, pada Agustus 2011, Jabar diajaknya keluar. Katanya, untuk mengganti agama di KTP. ‘’Sejak saat itu ia masuk muslim dan namanya menjadi Aseng Marsudi. Setelah itu disusul istrinya. Kini mereka pun kerap melakukan jamaah di masjid,’’ tuturnya.

Baca Juga:  Promo PLN Tambah Daya Akan Segera Berakhir

Lalu, masjid yang berdiri kokoh tersebut dominan warna kuning dan keemasan karena melambangkan Melayu. Baik dari segi corak maupun ornamennya. Sehingga, pengrajin pun didatangkan khusus yang membuat ornamen Melayu.

Sementara, gaya Eropa ditampilkan di pintu masuk masjid yang mirip segitiga. Beberapa bentuk tulisan Arab yang melambangkan orang sujud di dinding bagian luar masjid.

Keunikan lainnya, menara yang dibangun setinggi 17 meter melambangkan jumlah rakaat salat wajib. Sementara kubah yang berjumlah empat adalah sahabat dari Rasulullah. ‘’Masjid kami pun menjadi salah satu masjid paripurna yang ada di Pekanbaru. Saat hari biasa bisa menampung jamaah di lantai dasar 1.000 orang dan di lantai dua 500 orang,’’ ungkapnya.

Tak hanya itu, di pekarangan masjid pun terdapat pohon kurma yang ditanam sejak 2016 lalu. Yang mana pokok kurma tersebut di dapat dari Masjid Raya An-Nur. Terdapat 9 jumlah pohon kurma. Katanya, wali kota dan gubernur saat itu turut serta menanam pohon kurma tersebut.

Baca Juga:  Berdayakan UMKM, Pemprov Gandeng E-Commerce

Saat puasa Ramadan tiba, kegiatan pun berlangsung sebagaimana masjid-masjid pada umumnya menyelenggarakan. Katanya, yang membedakan saat pagi pukul 09.00  WIB sampai pukul 12.00 WIB para jamaah perempuan tadarus. Lalu malam hari selepas tarawih giliran jamaah baik orangtua maupum remaja melafaskan tadarus.

‘’Alhamdulillah selama puasa kegiatan di masjid berjalan dengan lancar. Saat Subuh, Zuhur dan isya selalu kami beri kajian. Saat berbuka kami beri takjil untuk para jamaah maupun musafir,’’ ujarnya.

Namun, untuk malam 17 Ramadan akan membuat tablig akbar. Sementara untuk iktikaf di masjid tersebut belum ada agenda khusus. Para jamaah masih menjalankan ibadah sendiri-sendiri.

Lanjutnya, untuk santunan anak yatim akan dilangsungkan menjelang tujuh hari terakhir Ramadan. ‘’Terdapat 53 anak yatim maupun piatu yang akan disantuni. Untuk saat ini dana yang sudah mencapai Rp150 juta,’’ paparnya.

Di setiap bulannya pun anak yatim selalu mendapat pesangon. Untuk anak SD diberi Rp100 ribu, SMP diberi Rp150 ribu dan SMA diberi Rp250 ribu.(*3)

Laporan Marrio Kisaz, Kota

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari