PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru mendeteksi 1.362 titik panas (hot spot) di Sumatera dengan level konfiden di atas 50 persen. Di antaranya ada 151 titik di Riau yang tersebar di delapan kabupaten/kota, Jumat (20/9).
Sementara kualitas udara masih fluktuatif. Malam tadi, pantauan di situs BMKG, kualitas udara di Kota Pekanbaru kembali mencapai level berbahaya dari pukul 19.00-22.00 WIB. Pantauann Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) untuk PM 10 mencapai angka 399 alias masuk kategori berbahaya.
"Terbanyak berada di Inhil 45 titik, Pelalawan 44 titik, Rohil 28 titik, Kampar 9 titik, Inhu 8 titik, Kuansing 7 titik, Bengkalis 7 titik, Meranti dua titik dan Dumai satu titik," ungkap Kasi Data dan Informasi BMKG Pekanbaru, Marzuki.
Hal itu membuat kabut asap sisa karhutla hingga saat ini masih menyelimuti udara wilayah di Riau. Dari pencitraan satelit terpantau dua kabupaten jarak pandang kurang dari satu kilometer, yakni Pelalawan hanya 400 meter dan Pekanbaru 600 meter pada pagi hari.
"Di Rengat jarak pandang satu km dan Dumai 1,5 km," ucapnya.
Sementara, hot spot dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen atau diduga merupakan titik api (fire spot) terhitung ada 107 di tujuh kabupaten. Yakni Pelalawan 35 titik, Inhil 31, Rohil 21, Bengkalis 7 titik, Kampar 5, Kuansing 4 titik, dan Inhu 4.
Dari Jakarta dilaporkan, BMKG bersama dengan TNI, BNPB, dan BPPT sejak awal musim kemarau terus berupaya dalam mitigasi dampak kemarau panjang, termasuk juga kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Mitigasi tersebut di antaranya dengan melaksanakan teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau yang lebih dikenal dengan nama hujan buatan.
Kepala Pusat Meteorologi Publik A Fachri Radjab mengatakan bahwa hingga saat ini telah disiapkan tiga posko TMC yaitu di Pekanbaru, Pontianak, dan Palangkaraya.
"BMKG aktif memberikan dukungan penyediaan informasi kondisi cuaca dan penugasan personel. Informasi rutin yang diberikan berupa prediksi potensi pertumbuhan awan hujan dan sebarannya, yang berlaku hingga dua hari ke depan, serta pemantauan rutin kondisi pertumbuhan dan perkembangan awan menggunakan radar cuaca setiap 10 menit," ungkap Fachri.
>>Berita selengkapnya baca Riau Pos hari ini.
Laporan : Tim Riau Pos
Editor : Rinaldi