PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Ketua Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau Datuk Seri Al Azhar menyampaikan orasi budaya dalam iven pembukaan Galeri Hang Nadim dan Pameran Rudraka I yang ditaja di Anjungan Kampar, Komplek Bandar Serai, Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru, Ahad (19/1/2020) malam.
Bersempena itu, Datuk Azhar merasa tersanjung, sebab dirinya dikondisikan khusus untuk orasi budaya. "Pagi tadi saya sudah berorasi budaya di iven lain, tapi melihat pengantar Jonkobet yang panjang lebar, jadi muncul kembali ilham saya," kata Al Azhar.
Di sisi lain, dirinya berharap galeri seni rupa ini tidak hanya di sini (Pekanbaru, red) saja, tapi di mana-mana khususnya di Riau. Apalagi, kehadiran galeri tersebut ditopang oleh kurator yang baik.
"Jadi, dengan adanya kurator menjadikan situs seni itu jadi lebih baik. Itu harapan saya," ungkapnya.
Dirinya yakin, tanpa dukungan dari pihak lain galeri ini akan tetap ada dan selalu ada. "Kita berada di dalam komunitas seniman, galeri ini akan tetap bertahan karena motivasinya eksisentialisme. Kalau ini kita bawa ke pasar matrealisme, gak akan bisa dinilai harganya ini," tuturnya.
Datur Seri Al Azhar meminta kepada semua kalangan agar galeri tersebut jangan dilihat hanya sebatas milik komunitas. Tapi diliat dalam kerangka yang lebih besar, yaitu untuk membangun tanda-tanda madaniah. Menurutnya, tanpa perangkat teknologi secanggih apapun, madani itu tetap bisa dilihat, yaitu dari pusat keseniannya, seperti adanya galeri ini salah satunya.
"Tanda-tanda peradaban itu dilihat dari aktivitas seni di tempat tersebut," katanya.
Dia mencontohkan, misal orang pergi ke Italia bukan untuk melihat kebun anggurnya. Tapi karena ingin merasakan suasana yang melahirkan seniman besar dan karya-karyanya. Kemudian, orang pergi ke Belanda bukan hanya melihat hamparan bunga tulip, tapi orang ingin menghirup suasana negeri yang melahirkan maestro hebat.
Jadi, kita juga ingin, orang pergi ke Pekanbaru bukan hanya mencari ketam talam durian. Bukan hanya isi perut dan kebutuhan fisikal saja, tapi orang datang untuk ekspresi seninya.
"Makanya, seni itu bukan soal uang, tapi soal cinta," katanya.
Laporan: Eka Gusmadi Putra/*1
Editor: E Sulaiman