- Advertisement -
KAMPAR (RIAUPOS.CO) — Penggalian sumur resapan di kawasan inti areal cagar budaya Candi Muara Takus tak hanya dipermasalahkan pucuk adat, namun juga yayasan kebudayaan setempat.
Ketua Yayasan Matankari Amirullah mempermasalahkan penggalian sumur yang dinilainya harus berkonsultasi lebih dulu bersama tetua adat yang menjadi pewaris Candi Muara Takus.
- Advertisement -
Amirullah mengatakan, pentingnya pihak BPCB berkoordinasi dengan para ahli waris. "Ini sudah Kami ingatkan sejak 2013 silam, sebelum Pak Nurmatian jadi Kepala BPCB. Kami minta museum terlebih dulu dibangun di Muara Takus. Agar benda-benda artefaknya tidak kemana-mana. Dalam hal pemugaran, kami hanya minta didampingi ahli waris. Sebab banyak hal-hal yang tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Walaupun pihak BPCB adalah tangan pemerintah pusat untuk urusan cagar budaya, namun sebaiknya bersama-sama dengan ahli waris, selaku pemilik sah candi ini secara turun temurun,’’ sebut Amirullah, Senin (16/9).
Koordinasi itu, menurut Amirullah, termasuk penempatan atau pemetaan arena bermain pengunjung untuk anak-anak. Ini, menurutnya, mesti dilihat dan diperhatikan baik-baik. Karena tidak semua areal atau lokasi bisa dijadikan untuk fasilitas seperti itu.
"Apalagi sumur yang notabenenya penggalian, yang mesti pasti itu bukan bagian dalam wilayah candi atau situs. Ada tempat-tempat yang disakralkan. Ada tempat para dhatu, para dewi, para puti dan lainnya. Hal-hal inilah yang harus dilakukan koordinasi dengan ahli waris,’’ terang mantan Penyuluh Budaya Kemendikbud itu.
- Advertisement -
Amirullah menyatakan dukungan penuh kepada Ninik Datuok Ghajo Dubalai selaku Pucuok Soko Pisoko jo Limbago Kedatuan Muara Takus yang memprotes penggalian sumur oleh BPBC Batusangkar itu.
Dirinya meminta BPBC Batusangkar untuk melibatkan puncak adat Muara Takus itu dalam hal yang berkaitan dengam Candi Muara Takus. Setidaknya berkoordinasi dengan mereka.
Laporan : Hendrawan Kariman (Kampar)
Editor : Deslina
KAMPAR (RIAUPOS.CO) — Penggalian sumur resapan di kawasan inti areal cagar budaya Candi Muara Takus tak hanya dipermasalahkan pucuk adat, namun juga yayasan kebudayaan setempat.
Ketua Yayasan Matankari Amirullah mempermasalahkan penggalian sumur yang dinilainya harus berkonsultasi lebih dulu bersama tetua adat yang menjadi pewaris Candi Muara Takus.
- Advertisement -
Amirullah mengatakan, pentingnya pihak BPCB berkoordinasi dengan para ahli waris. "Ini sudah Kami ingatkan sejak 2013 silam, sebelum Pak Nurmatian jadi Kepala BPCB. Kami minta museum terlebih dulu dibangun di Muara Takus. Agar benda-benda artefaknya tidak kemana-mana. Dalam hal pemugaran, kami hanya minta didampingi ahli waris. Sebab banyak hal-hal yang tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Walaupun pihak BPCB adalah tangan pemerintah pusat untuk urusan cagar budaya, namun sebaiknya bersama-sama dengan ahli waris, selaku pemilik sah candi ini secara turun temurun,’’ sebut Amirullah, Senin (16/9).
Koordinasi itu, menurut Amirullah, termasuk penempatan atau pemetaan arena bermain pengunjung untuk anak-anak. Ini, menurutnya, mesti dilihat dan diperhatikan baik-baik. Karena tidak semua areal atau lokasi bisa dijadikan untuk fasilitas seperti itu.
- Advertisement -
"Apalagi sumur yang notabenenya penggalian, yang mesti pasti itu bukan bagian dalam wilayah candi atau situs. Ada tempat-tempat yang disakralkan. Ada tempat para dhatu, para dewi, para puti dan lainnya. Hal-hal inilah yang harus dilakukan koordinasi dengan ahli waris,’’ terang mantan Penyuluh Budaya Kemendikbud itu.
Amirullah menyatakan dukungan penuh kepada Ninik Datuok Ghajo Dubalai selaku Pucuok Soko Pisoko jo Limbago Kedatuan Muara Takus yang memprotes penggalian sumur oleh BPBC Batusangkar itu.
Dirinya meminta BPBC Batusangkar untuk melibatkan puncak adat Muara Takus itu dalam hal yang berkaitan dengam Candi Muara Takus. Setidaknya berkoordinasi dengan mereka.
Laporan : Hendrawan Kariman (Kampar)
Editor : Deslina