Kamis, 4 Juli 2024

SMA sederajat di Riau Hanya Mampu Tampung 72 Persen Lulusan SMP

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Daya tampung SMA sederajat di Riau tidak sebanding dengan jumlah lulusan SMP. Akibatnya, tidak semua siswa lulusan SMP di Bumi Lancang Kuning bisa tertampung di sekolah negeri. Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Riau Zul Ikram ketika dikonfirmasi melalui Ketua Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Riau Guntur mengatakan, lulusan SMP negeri tahun 2020 mencapai 68.010 orang. Sedangkan daya tampung SMA 55.802 siswa.

"Lulusan SMP tidak sebanding dengan jumlah kuota penerimaan SMA. Daya tampung SMA tahun ajaran ini hanya sekitar 72 persen. Atau masih ada 12 ribu lebih siswa yang tidak bisa tertampung di SMA negeri," kata Guntur.

- Advertisement -

Lebih lanjut dikatakannya, jika dirincikan kuota penerimaan SMA di 12 kabupaten/kota, 4.848 siswa untuk Pekanbaru, 1836 Dumai, 6.084 Rohil, 4.680 Rohul, 2.088 Meranti, 7.260 Bengkalis, 5.508 Siak, 8.731 Kampar, 4.320 Inhil, 3.460 Inhu, 3.531 Kuansing, dan 3.456 Pelalawan.

"Untuk PPDB SMA tahun ini yang diterima adalah siswa lulusan SMP tahun ajaran  2018-2019 dan 2019-2020. Kalau yang lulusan di bawah tahun itu masuk dalam sekolah paket," sebutnya.

Untuk itu, bagi siswa lulusan SMP yang tidak tertampung di SMA negeri, disarankan untuk mendaftar di sekolah swasta. Terkait pembiayaan, sekolah swasta juga sudah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Provinsi Riau melalui dana bantuan operasional sekolah daerah (Bosda).

- Advertisement -
Baca Juga:  Kapolda Agung Setya Pantau Langsung Evakuasi Pasien Covid-19

"Di sinilah peran swasta kita minta juga. Karena mereka juga sudah mendapatkan bantuan dari Pemprov Riau," ujarnya.

Terkait kekurangan kuota penerimaan untuk siswa SMP yang akan menuju jenjang SMA tersebut, menurutnya pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan pemerintah kabupaten/kota di Riau. Jika pemerintah kabupaten/kota memiliki lahan yang bisa dibangun sekolah, pihaknya akan mengusulkan untuk pembangunan tersebut.

"Yang sudah mengatakan ada lahan yang bisa dibangun sekolah SMA, yakni Pemko Pekanbaru dan Dumai. Untuk itu saat ini masih kami usulkan untuk pembangunan sekolah disana," katanya.

Selain akan membangun sekolah formal, pihaknya juga akan membangun sekolah terbuka. Sekolah terbuka ini yakni untuk memfasilitasi para siswa putus sekolah akibat ketidakmampuan orang tua dan juga budaya.

"Sekolah terbuka ini sedikit berbeda dengan sekolah formal pada umumnya. Yakni sekolah tidak perlu pakai seragam, jadwalnya tidak setiap hari," sebutnya.

Pasalnya, ujar Guntur, saat ini anak yang putus sekolah bukan sepenuhnya karena tidak ada sekolah. Melainkan juga karena faktor budaya. Seperti di daerah pinggiran, di mana anak perempuan ketika sudah terlihat dewasa akan dinikahkan.

Baca Juga:  AMSI Riau Bersiap Taja Konferwil II

"Kemudian ada juga anak-anak yang diajak orang tua bekerja sehingga tidak sekolah. Inilah tujuan didirikannya sekolah terbuka ini," katanya.

Untuk sekolah terbuka tersebut, rencananya tahun ini mulai dibuka. Di mana sekolah ini juga akan berinduk di salah satu sekolah formal terdekat. Sehingga guru-gurunya juga nantinya bisa menggunakan guru dari sekolah terdekat.

"Selain dari sekolah formal terdekat, bisa juga dari relawan seperti masyarakat yang mau ikut mengajar atau dari pihak TNI-Polri yang melakukan pengabdian di bidang pendidikan," sebutnya.

Sementara itu Sekretaris Dinas Pendidikan Riau Ahyu Suhendra mengatakan, dari data yang ia terima, untuk angka putus sekolah di Riau pada tahun lalu sebanyak 3.377 orang. Dan data ini dihitungnya setelah mendata dari sekolah-sekolah di 12 kabupaten/kota di Riau.

"Untuk tahun ajaran 2018/2019 anak yang berhenti sekolah alias putus sekolah untuk SMA dan SMK sebanyak 3.377 orang. Rata-rata memang karena kondisi ekonomi yang memaksa mereka tidak bisa bersekolah," jelasnya.(sol)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Daya tampung SMA sederajat di Riau tidak sebanding dengan jumlah lulusan SMP. Akibatnya, tidak semua siswa lulusan SMP di Bumi Lancang Kuning bisa tertampung di sekolah negeri. Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Riau Zul Ikram ketika dikonfirmasi melalui Ketua Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Riau Guntur mengatakan, lulusan SMP negeri tahun 2020 mencapai 68.010 orang. Sedangkan daya tampung SMA 55.802 siswa.

"Lulusan SMP tidak sebanding dengan jumlah kuota penerimaan SMA. Daya tampung SMA tahun ajaran ini hanya sekitar 72 persen. Atau masih ada 12 ribu lebih siswa yang tidak bisa tertampung di SMA negeri," kata Guntur.

Lebih lanjut dikatakannya, jika dirincikan kuota penerimaan SMA di 12 kabupaten/kota, 4.848 siswa untuk Pekanbaru, 1836 Dumai, 6.084 Rohil, 4.680 Rohul, 2.088 Meranti, 7.260 Bengkalis, 5.508 Siak, 8.731 Kampar, 4.320 Inhil, 3.460 Inhu, 3.531 Kuansing, dan 3.456 Pelalawan.

"Untuk PPDB SMA tahun ini yang diterima adalah siswa lulusan SMP tahun ajaran  2018-2019 dan 2019-2020. Kalau yang lulusan di bawah tahun itu masuk dalam sekolah paket," sebutnya.

Untuk itu, bagi siswa lulusan SMP yang tidak tertampung di SMA negeri, disarankan untuk mendaftar di sekolah swasta. Terkait pembiayaan, sekolah swasta juga sudah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Provinsi Riau melalui dana bantuan operasional sekolah daerah (Bosda).

Baca Juga:  DPRD Minta Dishub Akomodir Kepentingan Warga

"Di sinilah peran swasta kita minta juga. Karena mereka juga sudah mendapatkan bantuan dari Pemprov Riau," ujarnya.

Terkait kekurangan kuota penerimaan untuk siswa SMP yang akan menuju jenjang SMA tersebut, menurutnya pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan pemerintah kabupaten/kota di Riau. Jika pemerintah kabupaten/kota memiliki lahan yang bisa dibangun sekolah, pihaknya akan mengusulkan untuk pembangunan tersebut.

"Yang sudah mengatakan ada lahan yang bisa dibangun sekolah SMA, yakni Pemko Pekanbaru dan Dumai. Untuk itu saat ini masih kami usulkan untuk pembangunan sekolah disana," katanya.

Selain akan membangun sekolah formal, pihaknya juga akan membangun sekolah terbuka. Sekolah terbuka ini yakni untuk memfasilitasi para siswa putus sekolah akibat ketidakmampuan orang tua dan juga budaya.

"Sekolah terbuka ini sedikit berbeda dengan sekolah formal pada umumnya. Yakni sekolah tidak perlu pakai seragam, jadwalnya tidak setiap hari," sebutnya.

Pasalnya, ujar Guntur, saat ini anak yang putus sekolah bukan sepenuhnya karena tidak ada sekolah. Melainkan juga karena faktor budaya. Seperti di daerah pinggiran, di mana anak perempuan ketika sudah terlihat dewasa akan dinikahkan.

Baca Juga:  Kapolda Agung Setya Pantau Langsung Evakuasi Pasien Covid-19

"Kemudian ada juga anak-anak yang diajak orang tua bekerja sehingga tidak sekolah. Inilah tujuan didirikannya sekolah terbuka ini," katanya.

Untuk sekolah terbuka tersebut, rencananya tahun ini mulai dibuka. Di mana sekolah ini juga akan berinduk di salah satu sekolah formal terdekat. Sehingga guru-gurunya juga nantinya bisa menggunakan guru dari sekolah terdekat.

"Selain dari sekolah formal terdekat, bisa juga dari relawan seperti masyarakat yang mau ikut mengajar atau dari pihak TNI-Polri yang melakukan pengabdian di bidang pendidikan," sebutnya.

Sementara itu Sekretaris Dinas Pendidikan Riau Ahyu Suhendra mengatakan, dari data yang ia terima, untuk angka putus sekolah di Riau pada tahun lalu sebanyak 3.377 orang. Dan data ini dihitungnya setelah mendata dari sekolah-sekolah di 12 kabupaten/kota di Riau.

"Untuk tahun ajaran 2018/2019 anak yang berhenti sekolah alias putus sekolah untuk SMA dan SMK sebanyak 3.377 orang. Rata-rata memang karena kondisi ekonomi yang memaksa mereka tidak bisa bersekolah," jelasnya.(sol)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari