Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Sebulan, Sekolah Tiga Kali

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Dia biasa dipanggil Ani. Nama panjangnya Afri Afni. Setiap hari ia berkurung di dalam rumah. Apalagi ibunya, Wasni (40), sangat cerewet dan marah besar kalau Ani sering bermain di luar. Tapi, namanya juga anak-anak.

Sulit dicegah. Asal lengah, ia berlari keluar rumah, bermain dengan teman-temannya. Padahal ia sedang diserang ISPA. Parah. Karena sakit inilah Ani lama tidak sekolah. Sebulan terakhir, atau sejak musim asap parah, ia hanya sekolah tiga kali. Masuk terakhir, ia muntah-muntah dan diantar pulang oleh gurunya.

Jumat (13/9) tengah hari, saat Riau Pos berkunjung ke rumahya di Jalan Dagang dekat Pasar Loket, Ani juga sedang bermain di rumah tetangganya. Tepatnya di depan rumah. Ibunya, yang sedang sibuk di dalam rumah, langsung menjemput Ani. Ani berusia 8 tahun. Tubuhnya kecil. Kedua bahunya teta terlihat naik meski jilbab sudah menutupinya. Itu tersebab penyakit asma yang dideritanya.

Baca Juga:  Sehari, Tujuh Pasien Covid-19 Meninggal di Riau

"Kalau kambuh asmanya, napasnya sangat keras. Bahunya naik turun. Sampai sekarang, bahunya naik, jadi cekung dan kurus," kata Wasni.

Wasni ibu yang single parent. Suaminya sudah lama meninggalkan dia. Sejak saat itu ia tinggal bersama ketiga anaknya, Ilham, Iqbal dan Afri Afni. Rumah berbentuk ruko yang ditinggalinya saat ini merupakan rumah kakeknya. Wasni menumpang di lantai bawah. Ruko plong itulah yang disekatnya degan triplek. Sebagian menjadi kamar dan sebagian lain untuk dapur.

Ani anak palling bungsu.  Tidak punya riwayat asma sejak kecil. Bahkan dia sangat sehat. Tapi entah mengapa, sejak setahun lalu, tepatnya saat duduk di kelas II SD, ia mulai mengidap penyakit ini. Bolak-balik ke rumah sakit. Jika sehat ia sekolah. Jika tidak ia berkurung dalam rumah. Sedangkan biaya berobat tidaklah murah. Untuk pengasapan saat asmanya kambuh, dokter selalu menggratiskan.

Baca Juga:  PTUN Kabulkan Gugatan Akhmad Mujahidin, Rektor UIN Suska Riau: Itu Wilayah Kemenag RI

"Tidak ada BPJS. Kalau Ani sakit, ya dibawa ke dokter. Kalau diasap, dokter gratiskan. Tapi obatnya bayar. Sakit terakhir kemarin gurunya yang menolong dan mengantar ke rumah," sambung Wasni lagi.

Setiap hari Wasni menjual goreng; sala lauk dan lontong. Buat sendiri, jual sendiri. Sala lauk yang paling laku. Hasil yang pas-pasan, pas pula untuk jajan anak-anaknya. Dapat sehari, habis sehari. Begitulah Wasni. Asap saat ini sangat mengganggu, memperparah kesehatan Ani.

"Sekarang lagi tidak sakit. Dua pekan lalu yang parah. Tapi Senin kemarin Ani muntah di sekolah. Itu sekolah terakhirnya. Sebelum itu Ani lama tidak sekolah. Dalam waktu tiga bulan ini, hanya beberapa kali sekolah. Ya, kalau bisa cepat hilanglah asap ini. Pak Presiden, kasihanilah anakku, Ani. Bantu kami," jelas wasni.

>>Berita selengkapnya baca Riau Pos hari ini.

Laporan : Tim Riau Pos

Editor Rinaldi

 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Dia biasa dipanggil Ani. Nama panjangnya Afri Afni. Setiap hari ia berkurung di dalam rumah. Apalagi ibunya, Wasni (40), sangat cerewet dan marah besar kalau Ani sering bermain di luar. Tapi, namanya juga anak-anak.

Sulit dicegah. Asal lengah, ia berlari keluar rumah, bermain dengan teman-temannya. Padahal ia sedang diserang ISPA. Parah. Karena sakit inilah Ani lama tidak sekolah. Sebulan terakhir, atau sejak musim asap parah, ia hanya sekolah tiga kali. Masuk terakhir, ia muntah-muntah dan diantar pulang oleh gurunya.

- Advertisement -

Jumat (13/9) tengah hari, saat Riau Pos berkunjung ke rumahya di Jalan Dagang dekat Pasar Loket, Ani juga sedang bermain di rumah tetangganya. Tepatnya di depan rumah. Ibunya, yang sedang sibuk di dalam rumah, langsung menjemput Ani. Ani berusia 8 tahun. Tubuhnya kecil. Kedua bahunya teta terlihat naik meski jilbab sudah menutupinya. Itu tersebab penyakit asma yang dideritanya.

Baca Juga:  Tim Karhutla Patroli di Tualang

"Kalau kambuh asmanya, napasnya sangat keras. Bahunya naik turun. Sampai sekarang, bahunya naik, jadi cekung dan kurus," kata Wasni.

- Advertisement -

Wasni ibu yang single parent. Suaminya sudah lama meninggalkan dia. Sejak saat itu ia tinggal bersama ketiga anaknya, Ilham, Iqbal dan Afri Afni. Rumah berbentuk ruko yang ditinggalinya saat ini merupakan rumah kakeknya. Wasni menumpang di lantai bawah. Ruko plong itulah yang disekatnya degan triplek. Sebagian menjadi kamar dan sebagian lain untuk dapur.

Ani anak palling bungsu.  Tidak punya riwayat asma sejak kecil. Bahkan dia sangat sehat. Tapi entah mengapa, sejak setahun lalu, tepatnya saat duduk di kelas II SD, ia mulai mengidap penyakit ini. Bolak-balik ke rumah sakit. Jika sehat ia sekolah. Jika tidak ia berkurung dalam rumah. Sedangkan biaya berobat tidaklah murah. Untuk pengasapan saat asmanya kambuh, dokter selalu menggratiskan.

Baca Juga:  Dwita, si "Anak Kebun" Paskibraka Istana Disambut Keluarga Besar PTPN V

"Tidak ada BPJS. Kalau Ani sakit, ya dibawa ke dokter. Kalau diasap, dokter gratiskan. Tapi obatnya bayar. Sakit terakhir kemarin gurunya yang menolong dan mengantar ke rumah," sambung Wasni lagi.

Setiap hari Wasni menjual goreng; sala lauk dan lontong. Buat sendiri, jual sendiri. Sala lauk yang paling laku. Hasil yang pas-pasan, pas pula untuk jajan anak-anaknya. Dapat sehari, habis sehari. Begitulah Wasni. Asap saat ini sangat mengganggu, memperparah kesehatan Ani.

"Sekarang lagi tidak sakit. Dua pekan lalu yang parah. Tapi Senin kemarin Ani muntah di sekolah. Itu sekolah terakhirnya. Sebelum itu Ani lama tidak sekolah. Dalam waktu tiga bulan ini, hanya beberapa kali sekolah. Ya, kalau bisa cepat hilanglah asap ini. Pak Presiden, kasihanilah anakku, Ani. Bantu kami," jelas wasni.

>>Berita selengkapnya baca Riau Pos hari ini.

Laporan : Tim Riau Pos

Editor Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari