Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Kembali Ada Zona Merah di Pekanbaru

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – KASUS positif Covid-19 di Kota Pekanbaru terus mengalami kenaikan. Ada enam kelurahan kini dalam kategori zona merah atau pada risiko tinggi penularan Covid-19. Enam dari 83 kelurahan di ibukota Provinsi Riau ini yang berada dalam kategori zona merah adalah Kelurahan Tampan, Delima, Rejo Sari, Sidomulyo Timur, Air Hitam, dan Labuh Baru Timur.  Di luar ini adapula 15 kelurahan yang masuk ke dalam zona oranye atau risiko penularan sedang.

Sementara, 40 kelurahan berada pada zona kuning dengan risiko rendah, dan 22 kelurahan lainnya berada pada zona hijau atau tidak terdampak. Hal ini berdasarkan data yang di rilis Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Ahad (6/2). Tren kenaikan kasus Covid-19 di Pekanbaru ini berbanding lurus dengan kenaikan kasus yang juga terjadi se-Indonesia. Diperkirakan, Februari dan Maret 2022 ini akan menjadi puncak kenaikan kasus tersebut.

Wali Kota (Wako) Pekanbaru H Firdaus, Senin (7/2) lalu usai mengikuti video conference (vidcon) bersama Presiden RI Joko Widodo dan dilanjutkan dengan vidcon bersama Kapolda Riau Irjen Pol M Iqbal menyampaikan bahwa dirinya menerima arahan penanggulangan kondisi kenaikan kasus Covid-19 dari presiden. "Waspada, waspada, waspada. Itu arahannya (presiden, red). Presiden juga menginstruksikan pada kapolres, dandim dan semuanya untuk mempercepat vaksinasi. Kawal disiplin protokol kesehatan," jelasnya.

Baca Juga:  Persentase Penduduk Miskin Riau Turun 0,12 Persen

Se-Indonesia, kata dia, ada 10 provinsi dan 10 kota yang jadi perhatian karena peningkatan kasus Covid-19, termasuk Pekanbaru. "Intinya kita harus lebih waspada lagi karena apa yang dilaporkan oleh gubernur DKI, di DKI sendiri yang terpapar dalam jumlah lebih banyak dari Covid-19 varian Delta yang lalu. Namun tingkat daya rusak Omicron ini lebih rendah, bukan berarti tidak ada yang fatal. Ada terutama lansia," paparnya.

Oleh karena itu, capaian vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan yang ketat, sambung Firdaus, tetap jadi kunci. "Oleh sebab itu vaksinasi dan prokes itulah strategi. Itu diingatkan semua," imbuhnya.

"Sekarang ini pemetaannya klaster keluarga. Juga ada yang dari luar. Ini juga kami melacaknya. Untuk tracing tingkat kesulitannya 1 berbanding 14. Kalau klaster keluarga, kami tidak bisa melacak banyak," urainya.

Saat ini pula, Satgas Covid-19 Kota Pekanbaru melakukan pengecekan secara acak terhadap penumpang di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II. Ini mengingat tingginya intensitas penerbangan dari Jakarta menuju Pekanbaru.  

"Penerbangan Jakarta-Pekanbaru sudah banyak. Dengan Jakarta posisi tinggi juga jadi jalan masuk. Dua hari lalu kami ambil sampel acak dari penerbangan yang masuk 10 persen. Kami menemukan juga yang reaktif dan positif," jelasnya.

Dalam pada itu Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kota Pekanbaru dr Zaini Rizaldi kepada Riau Pos mengatakan, saat ini terdeteksi ada satu kasus Covid-19 varian Omicron di Pekanbaru.

Baca Juga:  Nasib Guru Non-PNS di Meranti Terancam

"Ini dari DKI Jakarta. Satu orang dari Jakarta Selatan ke Pekanbaru mau bekerja di salah satu perusahaan. Namun karena sebelum masuk diharuskan PCR, didapati positif," jelasnya.

Kepastian satu kasus positif Omicron ini diketahui Jumat (4/2) lalu. "Kemudian dirujuk ke litbang kesehatan pusat dan kemarin Jumat keluar surat yang menyatakan  positif Omicron," imbuhnya.

Sejauh ini, dari Kota Pekanbaru sudah dikirimkan 132 sampel ke litbangkes pusat untuk memastikan apakah probable Omicron memang benar dinyatakan positif Omicron.

"Sampai saat ini kami sudah mengirimkan 123 sampel probable Omicron, baru satu keluar hasilnya, " imbuhnya.

Terkait naiknya kasus dalam sepekan terakhir, dijelaskan dr Bob, begitu Kadiskes Pekanbaru ini akrab disapa, ini mayoritas berasal dari klaster keluarga dan dari luar kota.

"Memang seperti yang disampaikan beberapa waktu lalu oleh pusat, diprediksi peningkatan kasus akan terjadi di Februari dan Maret. Ini sudah mulai dalam beberapa hari ini. Pekan lalu kasus mulai meningkat. Ini dari tracing  kami, mayoritas klaster keluarga dan kontak erat. 40 sampai 50 persen dari kontak erat. Kemudian klaster keluarga ini didapat dari orang yang pulang dari luar kota. Inilah yang harus kita antisipasi," urainya.

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – KASUS positif Covid-19 di Kota Pekanbaru terus mengalami kenaikan. Ada enam kelurahan kini dalam kategori zona merah atau pada risiko tinggi penularan Covid-19. Enam dari 83 kelurahan di ibukota Provinsi Riau ini yang berada dalam kategori zona merah adalah Kelurahan Tampan, Delima, Rejo Sari, Sidomulyo Timur, Air Hitam, dan Labuh Baru Timur.  Di luar ini adapula 15 kelurahan yang masuk ke dalam zona oranye atau risiko penularan sedang.

Sementara, 40 kelurahan berada pada zona kuning dengan risiko rendah, dan 22 kelurahan lainnya berada pada zona hijau atau tidak terdampak. Hal ini berdasarkan data yang di rilis Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Ahad (6/2). Tren kenaikan kasus Covid-19 di Pekanbaru ini berbanding lurus dengan kenaikan kasus yang juga terjadi se-Indonesia. Diperkirakan, Februari dan Maret 2022 ini akan menjadi puncak kenaikan kasus tersebut.

- Advertisement -

Wali Kota (Wako) Pekanbaru H Firdaus, Senin (7/2) lalu usai mengikuti video conference (vidcon) bersama Presiden RI Joko Widodo dan dilanjutkan dengan vidcon bersama Kapolda Riau Irjen Pol M Iqbal menyampaikan bahwa dirinya menerima arahan penanggulangan kondisi kenaikan kasus Covid-19 dari presiden. "Waspada, waspada, waspada. Itu arahannya (presiden, red). Presiden juga menginstruksikan pada kapolres, dandim dan semuanya untuk mempercepat vaksinasi. Kawal disiplin protokol kesehatan," jelasnya.

Baca Juga:  Titik Amblas di Sungai yang Ditimbun

Se-Indonesia, kata dia, ada 10 provinsi dan 10 kota yang jadi perhatian karena peningkatan kasus Covid-19, termasuk Pekanbaru. "Intinya kita harus lebih waspada lagi karena apa yang dilaporkan oleh gubernur DKI, di DKI sendiri yang terpapar dalam jumlah lebih banyak dari Covid-19 varian Delta yang lalu. Namun tingkat daya rusak Omicron ini lebih rendah, bukan berarti tidak ada yang fatal. Ada terutama lansia," paparnya.

- Advertisement -

Oleh karena itu, capaian vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan yang ketat, sambung Firdaus, tetap jadi kunci. "Oleh sebab itu vaksinasi dan prokes itulah strategi. Itu diingatkan semua," imbuhnya.

"Sekarang ini pemetaannya klaster keluarga. Juga ada yang dari luar. Ini juga kami melacaknya. Untuk tracing tingkat kesulitannya 1 berbanding 14. Kalau klaster keluarga, kami tidak bisa melacak banyak," urainya.

Saat ini pula, Satgas Covid-19 Kota Pekanbaru melakukan pengecekan secara acak terhadap penumpang di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II. Ini mengingat tingginya intensitas penerbangan dari Jakarta menuju Pekanbaru.  

"Penerbangan Jakarta-Pekanbaru sudah banyak. Dengan Jakarta posisi tinggi juga jadi jalan masuk. Dua hari lalu kami ambil sampel acak dari penerbangan yang masuk 10 persen. Kami menemukan juga yang reaktif dan positif," jelasnya.

Dalam pada itu Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kota Pekanbaru dr Zaini Rizaldi kepada Riau Pos mengatakan, saat ini terdeteksi ada satu kasus Covid-19 varian Omicron di Pekanbaru.

Baca Juga:  Pekan Ini, Denda Pelanggar Protokol Kesehatan Berlaku

"Ini dari DKI Jakarta. Satu orang dari Jakarta Selatan ke Pekanbaru mau bekerja di salah satu perusahaan. Namun karena sebelum masuk diharuskan PCR, didapati positif," jelasnya.

Kepastian satu kasus positif Omicron ini diketahui Jumat (4/2) lalu. "Kemudian dirujuk ke litbang kesehatan pusat dan kemarin Jumat keluar surat yang menyatakan  positif Omicron," imbuhnya.

Sejauh ini, dari Kota Pekanbaru sudah dikirimkan 132 sampel ke litbangkes pusat untuk memastikan apakah probable Omicron memang benar dinyatakan positif Omicron.

"Sampai saat ini kami sudah mengirimkan 123 sampel probable Omicron, baru satu keluar hasilnya, " imbuhnya.

Terkait naiknya kasus dalam sepekan terakhir, dijelaskan dr Bob, begitu Kadiskes Pekanbaru ini akrab disapa, ini mayoritas berasal dari klaster keluarga dan dari luar kota.

"Memang seperti yang disampaikan beberapa waktu lalu oleh pusat, diprediksi peningkatan kasus akan terjadi di Februari dan Maret. Ini sudah mulai dalam beberapa hari ini. Pekan lalu kasus mulai meningkat. Ini dari tracing  kami, mayoritas klaster keluarga dan kontak erat. 40 sampai 50 persen dari kontak erat. Kemudian klaster keluarga ini didapat dari orang yang pulang dari luar kota. Inilah yang harus kita antisipasi," urainya.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari