Senin, 13 Oktober 2025
spot_img
spot_img

Gajah Rusak Rumah Warga di Muara Fajar

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Aktivitas pergerakan gajah sumatra di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Syarif Hasyim kembali meningkat. Setelah merusak rumah milik warga di Rantau Bertuah, Kecamatan Minas, Siak dan Desa Kota Garo, Tapung Hilir, Kampar beberapa waktu lalu, selanjutnya sejak Kamis (3/2), kawanan gajah kembali merusak rumah warga di Muara Fajar Barat, Rumbai, Pekanbaru.

Hingga Sabtu (5/2), gajah liar yang dikelompokkan sebagai Kelompok 11 atau Gajah Kantong Petapahan ini merusak tiga unit rumah warga yang tidak jauh dari kawasan Tahura di Muara Fajar Barat. Hendra Saputra, salah seorang pemilik rumah menyebutkan gajah sudah menyambangi rumah pekerja kebunnya itu sejak Kamis (3/2) malam lalu.

Menurut Hendra salah seorang pekerja kebunnya yang menempati rumah itu hampir jadi korban serangan gajah. "Ini hitungannya sudah tiga malam gajah-gajah itu berada di sana. Pekerja kebun sudah saya ungsikan dari sana sekarang. Ini sudah kami laporkan, tapi mereka masih di sana. Sudah ada beberapa rumah rusak. Yang saya ketahui saja ada tiga," kata Hendra.

Bukan hanya rumah yang berpenghuni, rumah permanen yang baru saja dibangun juga tidak luput dari serangan gajah. Salah satu rumah yang rusak bahkan seperti baru kemasukan mobil jenis truk besar akibat ulah gajah tersebut.

Baca Juga:  Kuasa Hukum Andi Putra: JPU Tak Bisa Tunjukkan Barang Bukti Rp250 Juta

Hendra dan beberapa warga di sana berharap pihak berwenang cepat melakukan sesuatu. Karena menurut warga, gajah masih berada di sekitar Muara Fajar Barat dan kerap datang kembali ke lokasi rumah-rumah warga yang telah dirusak.

Terkait kejadian ini, Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau Mahfud mengatakan, timnya sudah berada di lokasi untuk melakukan upaya pengusiran. Dirinya mengimbau masyarakat untuk waspada dan menjauh untuk sementara waktu dari lokasi aktivitas gajah liar tersebut.

Soal aktivitas gajah kawasan Tahura yang meningkat selama dua pekan terakhir, Mahfud menyebutkan, memang sedang terjadi siklus meningkatnya aktivitas dan daya jelajah gajah sumatra yang bersarang di Tahura tersebut. Gajah Kantong Petapahan itu menurutnya sedang berada pada fase siklus alamiahnya, yaitu mencari mineral bersifat asin seperti garam.

"Kalau dicermati memang mereka (kawanan gajah, red) sedang pada siklus memerlukan mineral seperti garam. Ini alamiah, di mana pada waktu-waktu tertentu dalam siklusnya gajah memang memerlukan itu. Makanya mereka masuk ke rumah, dapur, dan bekas tempat memasak. Mereka mencari garam untuk meningkatkan metabolisme tubuhnya," kata Mahfud, Sabtu (5/2).

Baca Juga:  Teliti Pemberdayaan Perempuan dan Kesetaraan Gender, Lena Farida Raih Gelar Doktor

Menurut Mahfud, gajah punya insting alami untuk menemukan apa yang dicarinya. Sementara sumber mineral serupa garam ini biasanya didapatkan gajah dari bekas atau sisa-sisa pembakaran, seperti arang. Bila itu tidak ditemukan di alam, maka instinglah yang membawa mereka ke pemukiman warga yang berada di homerange atau wilayah jelajah kawanan gajah tersebut .

Sementara soal tanaman yang dirusak, tidak serta merta gajah mengincar jenis tanaman tertentu seperti sawit. Semua tanaman dan benda-benda bersifat organik akan dilahap hewan tersebut di sepanjang wilayah jelajahnya.

"Ketika mereka mencari  mereka tidak milih-milih, lurus saja. Namun hewan ini kan makan sambil berjalan. Apa yang mereka lewati ya mereka makan di sana. Bukan mereka mutar, pilih-pilih begitu," kata Mahfud.

Menghadapi siklus alamiah hewan dilindingi itu, menurut Mahfud, pihaknya hanya bisa melalukan upaya penggiringan kembali ke kawasan inti tahura.(end)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Aktivitas pergerakan gajah sumatra di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Syarif Hasyim kembali meningkat. Setelah merusak rumah milik warga di Rantau Bertuah, Kecamatan Minas, Siak dan Desa Kota Garo, Tapung Hilir, Kampar beberapa waktu lalu, selanjutnya sejak Kamis (3/2), kawanan gajah kembali merusak rumah warga di Muara Fajar Barat, Rumbai, Pekanbaru.

Hingga Sabtu (5/2), gajah liar yang dikelompokkan sebagai Kelompok 11 atau Gajah Kantong Petapahan ini merusak tiga unit rumah warga yang tidak jauh dari kawasan Tahura di Muara Fajar Barat. Hendra Saputra, salah seorang pemilik rumah menyebutkan gajah sudah menyambangi rumah pekerja kebunnya itu sejak Kamis (3/2) malam lalu.

Menurut Hendra salah seorang pekerja kebunnya yang menempati rumah itu hampir jadi korban serangan gajah. "Ini hitungannya sudah tiga malam gajah-gajah itu berada di sana. Pekerja kebun sudah saya ungsikan dari sana sekarang. Ini sudah kami laporkan, tapi mereka masih di sana. Sudah ada beberapa rumah rusak. Yang saya ketahui saja ada tiga," kata Hendra.

Bukan hanya rumah yang berpenghuni, rumah permanen yang baru saja dibangun juga tidak luput dari serangan gajah. Salah satu rumah yang rusak bahkan seperti baru kemasukan mobil jenis truk besar akibat ulah gajah tersebut.

Baca Juga:  Ketua DPRD Minta Dana CSR Perusahaan Harus Transparan

Hendra dan beberapa warga di sana berharap pihak berwenang cepat melakukan sesuatu. Karena menurut warga, gajah masih berada di sekitar Muara Fajar Barat dan kerap datang kembali ke lokasi rumah-rumah warga yang telah dirusak.

- Advertisement -

Terkait kejadian ini, Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau Mahfud mengatakan, timnya sudah berada di lokasi untuk melakukan upaya pengusiran. Dirinya mengimbau masyarakat untuk waspada dan menjauh untuk sementara waktu dari lokasi aktivitas gajah liar tersebut.

Soal aktivitas gajah kawasan Tahura yang meningkat selama dua pekan terakhir, Mahfud menyebutkan, memang sedang terjadi siklus meningkatnya aktivitas dan daya jelajah gajah sumatra yang bersarang di Tahura tersebut. Gajah Kantong Petapahan itu menurutnya sedang berada pada fase siklus alamiahnya, yaitu mencari mineral bersifat asin seperti garam.

- Advertisement -

"Kalau dicermati memang mereka (kawanan gajah, red) sedang pada siklus memerlukan mineral seperti garam. Ini alamiah, di mana pada waktu-waktu tertentu dalam siklusnya gajah memang memerlukan itu. Makanya mereka masuk ke rumah, dapur, dan bekas tempat memasak. Mereka mencari garam untuk meningkatkan metabolisme tubuhnya," kata Mahfud, Sabtu (5/2).

Baca Juga:  Turunkan 200 Ribu Tim Pendamping untuk Pelayanan KB

Menurut Mahfud, gajah punya insting alami untuk menemukan apa yang dicarinya. Sementara sumber mineral serupa garam ini biasanya didapatkan gajah dari bekas atau sisa-sisa pembakaran, seperti arang. Bila itu tidak ditemukan di alam, maka instinglah yang membawa mereka ke pemukiman warga yang berada di homerange atau wilayah jelajah kawanan gajah tersebut .

Sementara soal tanaman yang dirusak, tidak serta merta gajah mengincar jenis tanaman tertentu seperti sawit. Semua tanaman dan benda-benda bersifat organik akan dilahap hewan tersebut di sepanjang wilayah jelajahnya.

"Ketika mereka mencari  mereka tidak milih-milih, lurus saja. Namun hewan ini kan makan sambil berjalan. Apa yang mereka lewati ya mereka makan di sana. Bukan mereka mutar, pilih-pilih begitu," kata Mahfud.

Menghadapi siklus alamiah hewan dilindingi itu, menurut Mahfud, pihaknya hanya bisa melalukan upaya penggiringan kembali ke kawasan inti tahura.(end)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Aktivitas pergerakan gajah sumatra di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Syarif Hasyim kembali meningkat. Setelah merusak rumah milik warga di Rantau Bertuah, Kecamatan Minas, Siak dan Desa Kota Garo, Tapung Hilir, Kampar beberapa waktu lalu, selanjutnya sejak Kamis (3/2), kawanan gajah kembali merusak rumah warga di Muara Fajar Barat, Rumbai, Pekanbaru.

Hingga Sabtu (5/2), gajah liar yang dikelompokkan sebagai Kelompok 11 atau Gajah Kantong Petapahan ini merusak tiga unit rumah warga yang tidak jauh dari kawasan Tahura di Muara Fajar Barat. Hendra Saputra, salah seorang pemilik rumah menyebutkan gajah sudah menyambangi rumah pekerja kebunnya itu sejak Kamis (3/2) malam lalu.

Menurut Hendra salah seorang pekerja kebunnya yang menempati rumah itu hampir jadi korban serangan gajah. "Ini hitungannya sudah tiga malam gajah-gajah itu berada di sana. Pekerja kebun sudah saya ungsikan dari sana sekarang. Ini sudah kami laporkan, tapi mereka masih di sana. Sudah ada beberapa rumah rusak. Yang saya ketahui saja ada tiga," kata Hendra.

Bukan hanya rumah yang berpenghuni, rumah permanen yang baru saja dibangun juga tidak luput dari serangan gajah. Salah satu rumah yang rusak bahkan seperti baru kemasukan mobil jenis truk besar akibat ulah gajah tersebut.

Baca Juga:  Tangguh di Lapangan, Dekat dengan Banyak Kalangan

Hendra dan beberapa warga di sana berharap pihak berwenang cepat melakukan sesuatu. Karena menurut warga, gajah masih berada di sekitar Muara Fajar Barat dan kerap datang kembali ke lokasi rumah-rumah warga yang telah dirusak.

Terkait kejadian ini, Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau Mahfud mengatakan, timnya sudah berada di lokasi untuk melakukan upaya pengusiran. Dirinya mengimbau masyarakat untuk waspada dan menjauh untuk sementara waktu dari lokasi aktivitas gajah liar tersebut.

Soal aktivitas gajah kawasan Tahura yang meningkat selama dua pekan terakhir, Mahfud menyebutkan, memang sedang terjadi siklus meningkatnya aktivitas dan daya jelajah gajah sumatra yang bersarang di Tahura tersebut. Gajah Kantong Petapahan itu menurutnya sedang berada pada fase siklus alamiahnya, yaitu mencari mineral bersifat asin seperti garam.

"Kalau dicermati memang mereka (kawanan gajah, red) sedang pada siklus memerlukan mineral seperti garam. Ini alamiah, di mana pada waktu-waktu tertentu dalam siklusnya gajah memang memerlukan itu. Makanya mereka masuk ke rumah, dapur, dan bekas tempat memasak. Mereka mencari garam untuk meningkatkan metabolisme tubuhnya," kata Mahfud, Sabtu (5/2).

Baca Juga:  Turunkan 200 Ribu Tim Pendamping untuk Pelayanan KB

Menurut Mahfud, gajah punya insting alami untuk menemukan apa yang dicarinya. Sementara sumber mineral serupa garam ini biasanya didapatkan gajah dari bekas atau sisa-sisa pembakaran, seperti arang. Bila itu tidak ditemukan di alam, maka instinglah yang membawa mereka ke pemukiman warga yang berada di homerange atau wilayah jelajah kawanan gajah tersebut .

Sementara soal tanaman yang dirusak, tidak serta merta gajah mengincar jenis tanaman tertentu seperti sawit. Semua tanaman dan benda-benda bersifat organik akan dilahap hewan tersebut di sepanjang wilayah jelajahnya.

"Ketika mereka mencari  mereka tidak milih-milih, lurus saja. Namun hewan ini kan makan sambil berjalan. Apa yang mereka lewati ya mereka makan di sana. Bukan mereka mutar, pilih-pilih begitu," kata Mahfud.

Menghadapi siklus alamiah hewan dilindingi itu, menurut Mahfud, pihaknya hanya bisa melalukan upaya penggiringan kembali ke kawasan inti tahura.(end)

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari