Kamis, 19 September 2024

Selatbaru Peringkat Empat Nasional Festival Gapura

(RIAUPOS.CO) — Selamat dan tahniah buat Desa Selatbaru, Kecamatan Bantan, yang telah mengharumkan nama Bengkalis bahkan Provinsi Riau di level nasional.  Selatbaru menyandang posisi keempat pada ajang Festival Gapura Cinta Negeri 2019 Tingkat Nasional.

Berdasarkan pengumuman dari pihak penyelenggara, sebanyak 40 gapura dari kategori umum yang menerima apresiasi. Pada urutan pertama, diraih Kampung Ciwassiat RT01 RW 12 Kelurahan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat. Posisi kedua, Kelurahan Dulanpokpok, Distrik Pariwari, Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Posisi ketiga, Cik Lanang, RT 15 RW 5 Desa Jobokubo, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dan posisi keempat Dusun Beringin, Desa Selatbaru Kecamatan Bantan Bengkalis.

Desa yang dinakhodai Rahayu Nandang ini berhasil menyisihkan ribuan peserta pada ajang dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri.

- Advertisement -

“Alhamdulillah, Desa Selatbaru bisa mengharumkan Kabupaten Bengkalis sekaligus Provinsi Riau di ajang nasional. Ini merupakan hadiah bagi masyarakat Selatbaru dan daerah ini,” ungkap Rahayu Endang.

Pada ajang festival ini, masyarakat RW 04 Dusun Beringin Desa Selatbaru, mengusung konsep Tanjak.

- Advertisement -

Mengapa harus mengusung tema Tanjak, padahal mayoritas masyarakat Selatbaru adalah keturunan Jawa. Ketua RW 04 Supri menjelaskan, alasan mengusung Tanjak, karena tema yang tepatkan pihak penyelenggara adalah “Cinta Negeri”.

Baca Juga:  Peserta Terlambat Langsung Gugur

Meskipun mayoritas keturunan Jawa, namun mereka merasa tinggal di tanah Melayu, tentu harus menjunjung tinggi budaya “di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung”.

“Atas dasar itu, kami sepakat mengusung Tanjak, tanda kebesaran Melayu untuk ditampilkan pada Festival Gapura  Cinta Negeri 2019,” ungkap Supri.

Siapa desainer dibalik “Tanjak” ini, tak lain adalah putra Selatbaru jebolan Institut Seni Indonesia (ISI)  Padangpanjang, Deby Prima Setya. Bersama  seluruh pemuda didukung masyarakat Dusun Beringin bergotong royong. Proses pembuatannya, tergolong lama, yakni sekitar 20 hari.

Pemuda dan masyarakat bergotong royong mencari bahan baku dan termasuk iuran biaya. Karena keterbatasan anggaran, mereka memanfaatkan bahan-bahan bekas seperti bekas baleho, triplek dan kayu karet yang merupakan sumbangan dari masyarakat.

“Budaya gotong royong  yang masih melekat, sehingga mampu menghasilkan sebuah gapura yang sangat sederhana dengan penggunaan biaya yang minim, dengan bermodalkan kain spanduk (baleho) bekas mampu menghasilkan karya yang sedemikian rupa.  Pemikiran dan kerja sama yang baik, melahirkan  seni kreasi  yang selalu menjunjung tinggi adat dan budaya yang dimiliki,” ungkap Supri.(kom)

Tanjak Gapura Cinta Negeri dipadukan dengan ciri khas suku Jawa. Perpaduan tersebut melambangkan keanekaragaman suku bangsa di wilayah RW 04 Dusun Beringin Selatbaru, Kecamatan Bantan.

Baca Juga:  Pemprov Ajukan 10 Ribu Lebih Kuota CPNS dan PPPK

Sebenarnya, tidak hanya tanjak yang ditampilkan. Masyarakat Dusun Beringin memadukan, ciri khas Melayu dan Jawa. Yakni Tanjak, ukiran Melayu, ukiran Selembayung dan kain Tenun Lejo Pucuk Rebung.

Adapun makna atau filosofi dari tampilan itu, yakni Tanjak, pilosopi tanjak pada suku Melayu yaitu orang yang mempunyai kekuatan, kehormatan, serta amanah.  Sejalan dengan pepatah “Yang didahulukan selangkah, yang ditinggikan seranting dan yang dilebihkan serambut.  Ketika Tanjak ditabalkan berarti kewajiban dan tanggung jawab harus diutamakan.’’

Kemudian, ukiran Jawa, yakni mengambil bentuk ukiran daun dari relung pakis yang mejalar bebas namun berirama dengan bentuk cembung dan cekung.  Bentuk ukiran ini menggambarkan watak dan keperibadian suku Jawa yang selalu bekerja keras  serta kebersamaan yang kuat.

Ukiran Selembayung, adalah hiasan pada bangunan rumah adat Melayu Riau yang terletak pada setiap pertemuan sudut atap. Selembayung rumah adat Melayu melambangkan perwujudan kasih sayang, tahu adat dan tahu diri.

 

Kain Tenun Lejo Pucuk Rebung, merupakan hasil pengrajin Suku Melayu Riau, yang beraneka ragam corak atau warna yang dihiasi motif dedaunan. Pilosopinya melambang kan berbagai macam kekayaan alam yang dimiliki.(esi)

 

Laporan ERWAN SANI, Bantan

(RIAUPOS.CO) — Selamat dan tahniah buat Desa Selatbaru, Kecamatan Bantan, yang telah mengharumkan nama Bengkalis bahkan Provinsi Riau di level nasional.  Selatbaru menyandang posisi keempat pada ajang Festival Gapura Cinta Negeri 2019 Tingkat Nasional.

Berdasarkan pengumuman dari pihak penyelenggara, sebanyak 40 gapura dari kategori umum yang menerima apresiasi. Pada urutan pertama, diraih Kampung Ciwassiat RT01 RW 12 Kelurahan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat. Posisi kedua, Kelurahan Dulanpokpok, Distrik Pariwari, Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Posisi ketiga, Cik Lanang, RT 15 RW 5 Desa Jobokubo, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dan posisi keempat Dusun Beringin, Desa Selatbaru Kecamatan Bantan Bengkalis.

Desa yang dinakhodai Rahayu Nandang ini berhasil menyisihkan ribuan peserta pada ajang dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri.

“Alhamdulillah, Desa Selatbaru bisa mengharumkan Kabupaten Bengkalis sekaligus Provinsi Riau di ajang nasional. Ini merupakan hadiah bagi masyarakat Selatbaru dan daerah ini,” ungkap Rahayu Endang.

Pada ajang festival ini, masyarakat RW 04 Dusun Beringin Desa Selatbaru, mengusung konsep Tanjak.

Mengapa harus mengusung tema Tanjak, padahal mayoritas masyarakat Selatbaru adalah keturunan Jawa. Ketua RW 04 Supri menjelaskan, alasan mengusung Tanjak, karena tema yang tepatkan pihak penyelenggara adalah “Cinta Negeri”.

Baca Juga:  Kegiatan Ramadan Di-upload ke Youtube

Meskipun mayoritas keturunan Jawa, namun mereka merasa tinggal di tanah Melayu, tentu harus menjunjung tinggi budaya “di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung”.

“Atas dasar itu, kami sepakat mengusung Tanjak, tanda kebesaran Melayu untuk ditampilkan pada Festival Gapura  Cinta Negeri 2019,” ungkap Supri.

Siapa desainer dibalik “Tanjak” ini, tak lain adalah putra Selatbaru jebolan Institut Seni Indonesia (ISI)  Padangpanjang, Deby Prima Setya. Bersama  seluruh pemuda didukung masyarakat Dusun Beringin bergotong royong. Proses pembuatannya, tergolong lama, yakni sekitar 20 hari.

Pemuda dan masyarakat bergotong royong mencari bahan baku dan termasuk iuran biaya. Karena keterbatasan anggaran, mereka memanfaatkan bahan-bahan bekas seperti bekas baleho, triplek dan kayu karet yang merupakan sumbangan dari masyarakat.

“Budaya gotong royong  yang masih melekat, sehingga mampu menghasilkan sebuah gapura yang sangat sederhana dengan penggunaan biaya yang minim, dengan bermodalkan kain spanduk (baleho) bekas mampu menghasilkan karya yang sedemikian rupa.  Pemikiran dan kerja sama yang baik, melahirkan  seni kreasi  yang selalu menjunjung tinggi adat dan budaya yang dimiliki,” ungkap Supri.(kom)

Tanjak Gapura Cinta Negeri dipadukan dengan ciri khas suku Jawa. Perpaduan tersebut melambangkan keanekaragaman suku bangsa di wilayah RW 04 Dusun Beringin Selatbaru, Kecamatan Bantan.

Baca Juga:  Seni Itu Bukan soal Uang, Tapi soal Cinta

Sebenarnya, tidak hanya tanjak yang ditampilkan. Masyarakat Dusun Beringin memadukan, ciri khas Melayu dan Jawa. Yakni Tanjak, ukiran Melayu, ukiran Selembayung dan kain Tenun Lejo Pucuk Rebung.

Adapun makna atau filosofi dari tampilan itu, yakni Tanjak, pilosopi tanjak pada suku Melayu yaitu orang yang mempunyai kekuatan, kehormatan, serta amanah.  Sejalan dengan pepatah “Yang didahulukan selangkah, yang ditinggikan seranting dan yang dilebihkan serambut.  Ketika Tanjak ditabalkan berarti kewajiban dan tanggung jawab harus diutamakan.’’

Kemudian, ukiran Jawa, yakni mengambil bentuk ukiran daun dari relung pakis yang mejalar bebas namun berirama dengan bentuk cembung dan cekung.  Bentuk ukiran ini menggambarkan watak dan keperibadian suku Jawa yang selalu bekerja keras  serta kebersamaan yang kuat.

Ukiran Selembayung, adalah hiasan pada bangunan rumah adat Melayu Riau yang terletak pada setiap pertemuan sudut atap. Selembayung rumah adat Melayu melambangkan perwujudan kasih sayang, tahu adat dan tahu diri.

 

Kain Tenun Lejo Pucuk Rebung, merupakan hasil pengrajin Suku Melayu Riau, yang beraneka ragam corak atau warna yang dihiasi motif dedaunan. Pilosopinya melambang kan berbagai macam kekayaan alam yang dimiliki.(esi)

 

Laporan ERWAN SANI, Bantan

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari