Sabtu, 12 Juli 2025

Rafif: Kelompok Antidemokrasi Cemas Prabowo – Jokowi Akur

JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Pengamat politik Rafif Pamenang Imawan menilai posisi kelompok antidemokrasi atau radikal semakin tersudut ketika Presiden RI terpilih Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.

Pertemuan dengan hangat yang terjadi di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (13/7) lalu itu cukup mengganggu kalangan tersebut.

“Kelompok antidemokrasi tersudut usai pertemuan Jokowo-Prabowo,” ujar Rafif dalam pesan singkatnya, Selasa (16/7).

Dia mengatakan kelompok antidemokrasi kesulitan mencari tempat melakukan manuver politik seturut pertemuan Jokowi – Prabowo.

Terlebih lagi kedua tokoh menyatakan komitmen untuk mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa saat pertemuan berlangsung.

“Sementara itu bagi blok kepentingan politik praktis seperti Gerindra sudah selesai masalah pemilu. Namun bagi organisasi radikal, momentumnya telah hilang,” ujar dia.

Baca Juga:  Demokrat Masih Berharap Ada Pansus Jiwasraya

Di sisi lain, Rafif pun menyoroti peran partai dan organisasi kemasyarakatan agar eksistensi kelompok antidemokrasi semakin mengecil.

Baik partai dan ormas harus memperkuat hubungan agar kelompok antidemokrasi tidak menyusup.

“Perlu untuk memperkuat hubungan antara parpol dan ormas sehingga kanal agregasi politik bisa terkumpul di parpol. Dengan cara ini, organisasi antidemokrasi dapat kehilangan ruang gerak,” pungkas dia.(mg10)

Sumber: JPNN.com
Editor: Deslina

JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Pengamat politik Rafif Pamenang Imawan menilai posisi kelompok antidemokrasi atau radikal semakin tersudut ketika Presiden RI terpilih Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.

Pertemuan dengan hangat yang terjadi di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (13/7) lalu itu cukup mengganggu kalangan tersebut.

“Kelompok antidemokrasi tersudut usai pertemuan Jokowo-Prabowo,” ujar Rafif dalam pesan singkatnya, Selasa (16/7).

Dia mengatakan kelompok antidemokrasi kesulitan mencari tempat melakukan manuver politik seturut pertemuan Jokowi – Prabowo.

Terlebih lagi kedua tokoh menyatakan komitmen untuk mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa saat pertemuan berlangsung.

- Advertisement -

“Sementara itu bagi blok kepentingan politik praktis seperti Gerindra sudah selesai masalah pemilu. Namun bagi organisasi radikal, momentumnya telah hilang,” ujar dia.

Baca Juga:  Safari Politik, Ridwan Yazid Jumpai Tokoh Parpol

Di sisi lain, Rafif pun menyoroti peran partai dan organisasi kemasyarakatan agar eksistensi kelompok antidemokrasi semakin mengecil.

- Advertisement -

Baik partai dan ormas harus memperkuat hubungan agar kelompok antidemokrasi tidak menyusup.

“Perlu untuk memperkuat hubungan antara parpol dan ormas sehingga kanal agregasi politik bisa terkumpul di parpol. Dengan cara ini, organisasi antidemokrasi dapat kehilangan ruang gerak,” pungkas dia.(mg10)

Sumber: JPNN.com
Editor: Deslina

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Pengamat politik Rafif Pamenang Imawan menilai posisi kelompok antidemokrasi atau radikal semakin tersudut ketika Presiden RI terpilih Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.

Pertemuan dengan hangat yang terjadi di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (13/7) lalu itu cukup mengganggu kalangan tersebut.

“Kelompok antidemokrasi tersudut usai pertemuan Jokowo-Prabowo,” ujar Rafif dalam pesan singkatnya, Selasa (16/7).

Dia mengatakan kelompok antidemokrasi kesulitan mencari tempat melakukan manuver politik seturut pertemuan Jokowi – Prabowo.

Terlebih lagi kedua tokoh menyatakan komitmen untuk mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa saat pertemuan berlangsung.

“Sementara itu bagi blok kepentingan politik praktis seperti Gerindra sudah selesai masalah pemilu. Namun bagi organisasi radikal, momentumnya telah hilang,” ujar dia.

Baca Juga:  PSI Jakarta Bela Anies, Tolak Rasisme, Harus Sudahi Perpecahan Ini

Di sisi lain, Rafif pun menyoroti peran partai dan organisasi kemasyarakatan agar eksistensi kelompok antidemokrasi semakin mengecil.

Baik partai dan ormas harus memperkuat hubungan agar kelompok antidemokrasi tidak menyusup.

“Perlu untuk memperkuat hubungan antara parpol dan ormas sehingga kanal agregasi politik bisa terkumpul di parpol. Dengan cara ini, organisasi antidemokrasi dapat kehilangan ruang gerak,” pungkas dia.(mg10)

Sumber: JPNN.com
Editor: Deslina

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari