Minggu, 24 November 2024
spot_img

Tiga Modal Usaha, Yang Pertama Bukan Uang

Demam berwirausaha meningkat tajam sejak era digitalisasi bergulir cepat dan semakin cepat sejak dipicu pandemi covid-19. Salah satu kebaikan dari bencana yang melanda dunia hampir 2 tahun ini. Manusia beradaptasi sangat cepat untuk mengatasi hilangnya kesempatan bertatap muka langsung dalam semua lini aktifitas hidup. Tumbuhnya kebutuhan-kebutuhan baru sebagai dampak perubahan cara hidup di masa pandemi, memunculkan pula peluang pasar baru dan harapan usaha baru setelah sempat rontok dilanda krisis pandemi.

Apakah sulit memulai usaha? Secara teori memang ada banyak persyaratan yang perlu dipersiapkan sebelum memulai usaha. Dalam literatur bisnis dan keuangan, beragam istilah, dimensi bahkan perhitungan keuntungan yang berhubungan dengan besaran investasi dibahas di awal membangun usaha.

Sehingga banyak orang yang berpikiran bahwa jika mau membuka usaha pasti perlu modal yang besar. Perlu investasi untuk membeli peralatan canggih, tempat yang bagus, membayar karyawan dan lain sebagainya. Lalu merasa kepentok dengan ketiadaan modal yang mencukupi, akhirnya membatalkan niat untuk membuka usaha karena sudah merasa sulit di awal. Perhitungan di atas kertas perlu dibuat, namun fakta menunjukkan ada banyak orang sukses yang memulai usahanya tanpa harus menunggu punya modal besar.

Contoh nyata membangun usaha dengan modal dengkul bisa kita baca dalam buku biografi Chairul Tanjung, Si Anak Singkong yang sangat menginspirasi. Atau dari almarhum Om Bob Sadino yang selalu menyemangati dengan kalimat-kalimat “out of the box” nya, misalnya bisnis itu dimulai dengan modal dengkul, kalau bukan dengkulmu, ya gunakan dengkul orang lain.

Artinya jika ingin berusaha maka lakukan sesegera mungkin. Atau motivasi dari Dahlan Iskan bahwa semua orang punya jatah gagal, segera saja habiskan jatah gagalmu selagi muda, sisanya hanya akan ada kesuksesan. Ketiga orang ini melakukan bisnis dan menjadi sukses dengan proses learning by doing. Masih banyak kisah sukses lainnya yang bisa dijadikan bahan bakar semangat dan referensi dalam membangun usaha.

Baca Juga:  Mempertanyakan Peran BUMD

Untuk memulai usaha-apapun jenis usahanya, hal utama yang perlu dipersiapkan adalah 3 modal dasar ini. Modal pertama adalah mental dan keyakinan. Mental kuat dan pantang menyerah sangat dibutuhkan untuk menjalankan usaha, sedangkan keyakinan yang kuat bahwa usaha yang dirintis akan bertumbuh dan mampu melewati masa-masa sulit sangat penting. Mental tahan malu juga wajib dimiliki.

Sebagai gambaran owner usaha kuliner rumahan misalnya, saat awal ketika belum bisa menggaji asisten semua pekerjaan harus dilakukan sendiri. Mulai bagian marketing, menjadi tukang masak, tukang bersih-bersih, tukang belanja, hingga tukang antar pesanan. Belum lagi pekerjaan-pekerjaan administrasi terkait pembukuan keuangan, database customer, perijinan dan lain-lain.

Pada tahap ini perlu mental kuat untuk tahan malu jika dikasihani teman, tetangga bahkan keluarga sendiri. Harus kuat dipandang melakukan pekerjaan rendahan: tukang jualan yang pontang-panting sendiri. Ini ujian mental menjadi wirausaha. Proses latihan menghadapi customer yang meminta harga teman, teman yang ingin ngutang, order yang dibatalkan last minute, dan lain sebagainya.

Modal kedua adalah modal sosial. Semakin bervariasi tingkat pergaulan pengusaha, akan memperluas jejaringnya. Jejaring ini berarti market/pangsa pasar. Pergaulan ini akan menumbuhkan kemampuan memetakan dan menentukan segmen produk/jasa yang dibutuhkan pasar. Sehingga pengusaha bisa mengetahui kemana akan menjual produk/jasanya atau bahkan menciptakan produk/jasa baru untuk memenuhi kebutuhan pasarnya. Hal ini penting karena banyak orang bisa membuat dan memproduksi barang tetapi tidak bisa menjualnya.

Modal ketiga barulah modal finansial dan skill manajemen keuangan usaha. Setelah memiliki mental yang kuat dan penuh keyakinan, memiliki pasar yang jelas, segeralah berproduksi. Untuk berproduksi tidak harus selalu mulai dengan peralatan yang lengkap dan canggih, yang berarti perlu dana besar untuk mengadakannya. Gunakan sumberdaya yang sudah ada, yang penting bisa menghasilkan produk yang baik sesuai kebutuhan pasar.

Baca Juga:  Membersihkan Getah Nangka

Penambahan investasi pada peralatan produksi dan scale up usaha dilakukan bertahap seiring pertumbuhan hasil usaha dan peluang-peluang baru yang muncul. Tidak perlu berhutang demi mendapatkan modal finansial. Berdayakan semua sumberdaya yang sudah dimiliki sekarang, dan mulailah berproduksi dan menjual.

Betul, membangun usaha memang tidak semudah membalik telapak tangan. Saat memulai usaha godaan terbesar seringkali justru datang dari ambisi diri sendiri. Perkembangan dunia digital seolah membuka banyak peluang, sehingga semua ingin dicoba. Penting untuk selalu fokus pada satu peluang terlebih dahulu agar pikiran dan ide mengembangkan usaha lebih terarah.

Kedua dalam membangun usaha jangan termotivasi hanya karena faktor mengejar keuntungan besar. Tapi lakukan usaha yang disukai dan bisa dikerjakan dengan senang hati. Ingat pada tahap awal berusaha, banyak pekerjaan yang masih harus dirangkap sendiri.

Jika kita tidak menyukai usaha yang kita bangun, hanya tergiur keuntungan yang besar (belum pasti), kita akan sulit mempertahankan usaha ini. Ketiga segera belajar dari siapapun yang relevan sehingga bisa menguasai semua aspek usaha yang sedang dibangun, hal ini penting sebagai persiapan ketika ada peluang yang lebih besar atau menghadapi perubahan pasar.

Keempat yang tak kalah penting adalah selalu menjaga kesehatan, tetap hidup sederhana meski keuntungan mulai berdatangan. Terakhir meskipun dalam berusaha perlu untuk break the limit, tetap waspada dan tahu kapan harus berhenti dan banting setir agar tidak terpuruk saat keadaan berubah. Siapapun yang sedang berniat memulai usaha hari ini, asal usaha itu memang dijalankan, maka Anda pasti akan sukses.

Demam berwirausaha meningkat tajam sejak era digitalisasi bergulir cepat dan semakin cepat sejak dipicu pandemi covid-19. Salah satu kebaikan dari bencana yang melanda dunia hampir 2 tahun ini. Manusia beradaptasi sangat cepat untuk mengatasi hilangnya kesempatan bertatap muka langsung dalam semua lini aktifitas hidup. Tumbuhnya kebutuhan-kebutuhan baru sebagai dampak perubahan cara hidup di masa pandemi, memunculkan pula peluang pasar baru dan harapan usaha baru setelah sempat rontok dilanda krisis pandemi.

Apakah sulit memulai usaha? Secara teori memang ada banyak persyaratan yang perlu dipersiapkan sebelum memulai usaha. Dalam literatur bisnis dan keuangan, beragam istilah, dimensi bahkan perhitungan keuntungan yang berhubungan dengan besaran investasi dibahas di awal membangun usaha.

- Advertisement -

Sehingga banyak orang yang berpikiran bahwa jika mau membuka usaha pasti perlu modal yang besar. Perlu investasi untuk membeli peralatan canggih, tempat yang bagus, membayar karyawan dan lain sebagainya. Lalu merasa kepentok dengan ketiadaan modal yang mencukupi, akhirnya membatalkan niat untuk membuka usaha karena sudah merasa sulit di awal. Perhitungan di atas kertas perlu dibuat, namun fakta menunjukkan ada banyak orang sukses yang memulai usahanya tanpa harus menunggu punya modal besar.

Contoh nyata membangun usaha dengan modal dengkul bisa kita baca dalam buku biografi Chairul Tanjung, Si Anak Singkong yang sangat menginspirasi. Atau dari almarhum Om Bob Sadino yang selalu menyemangati dengan kalimat-kalimat “out of the box” nya, misalnya bisnis itu dimulai dengan modal dengkul, kalau bukan dengkulmu, ya gunakan dengkul orang lain.

- Advertisement -

Artinya jika ingin berusaha maka lakukan sesegera mungkin. Atau motivasi dari Dahlan Iskan bahwa semua orang punya jatah gagal, segera saja habiskan jatah gagalmu selagi muda, sisanya hanya akan ada kesuksesan. Ketiga orang ini melakukan bisnis dan menjadi sukses dengan proses learning by doing. Masih banyak kisah sukses lainnya yang bisa dijadikan bahan bakar semangat dan referensi dalam membangun usaha.

Baca Juga:  Kaleidoskop Hidup

Untuk memulai usaha-apapun jenis usahanya, hal utama yang perlu dipersiapkan adalah 3 modal dasar ini. Modal pertama adalah mental dan keyakinan. Mental kuat dan pantang menyerah sangat dibutuhkan untuk menjalankan usaha, sedangkan keyakinan yang kuat bahwa usaha yang dirintis akan bertumbuh dan mampu melewati masa-masa sulit sangat penting. Mental tahan malu juga wajib dimiliki.

Sebagai gambaran owner usaha kuliner rumahan misalnya, saat awal ketika belum bisa menggaji asisten semua pekerjaan harus dilakukan sendiri. Mulai bagian marketing, menjadi tukang masak, tukang bersih-bersih, tukang belanja, hingga tukang antar pesanan. Belum lagi pekerjaan-pekerjaan administrasi terkait pembukuan keuangan, database customer, perijinan dan lain-lain.

Pada tahap ini perlu mental kuat untuk tahan malu jika dikasihani teman, tetangga bahkan keluarga sendiri. Harus kuat dipandang melakukan pekerjaan rendahan: tukang jualan yang pontang-panting sendiri. Ini ujian mental menjadi wirausaha. Proses latihan menghadapi customer yang meminta harga teman, teman yang ingin ngutang, order yang dibatalkan last minute, dan lain sebagainya.

Modal kedua adalah modal sosial. Semakin bervariasi tingkat pergaulan pengusaha, akan memperluas jejaringnya. Jejaring ini berarti market/pangsa pasar. Pergaulan ini akan menumbuhkan kemampuan memetakan dan menentukan segmen produk/jasa yang dibutuhkan pasar. Sehingga pengusaha bisa mengetahui kemana akan menjual produk/jasanya atau bahkan menciptakan produk/jasa baru untuk memenuhi kebutuhan pasarnya. Hal ini penting karena banyak orang bisa membuat dan memproduksi barang tetapi tidak bisa menjualnya.

Modal ketiga barulah modal finansial dan skill manajemen keuangan usaha. Setelah memiliki mental yang kuat dan penuh keyakinan, memiliki pasar yang jelas, segeralah berproduksi. Untuk berproduksi tidak harus selalu mulai dengan peralatan yang lengkap dan canggih, yang berarti perlu dana besar untuk mengadakannya. Gunakan sumberdaya yang sudah ada, yang penting bisa menghasilkan produk yang baik sesuai kebutuhan pasar.

Baca Juga:  Setahun Bersama Virus Corona

Penambahan investasi pada peralatan produksi dan scale up usaha dilakukan bertahap seiring pertumbuhan hasil usaha dan peluang-peluang baru yang muncul. Tidak perlu berhutang demi mendapatkan modal finansial. Berdayakan semua sumberdaya yang sudah dimiliki sekarang, dan mulailah berproduksi dan menjual.

Betul, membangun usaha memang tidak semudah membalik telapak tangan. Saat memulai usaha godaan terbesar seringkali justru datang dari ambisi diri sendiri. Perkembangan dunia digital seolah membuka banyak peluang, sehingga semua ingin dicoba. Penting untuk selalu fokus pada satu peluang terlebih dahulu agar pikiran dan ide mengembangkan usaha lebih terarah.

Kedua dalam membangun usaha jangan termotivasi hanya karena faktor mengejar keuntungan besar. Tapi lakukan usaha yang disukai dan bisa dikerjakan dengan senang hati. Ingat pada tahap awal berusaha, banyak pekerjaan yang masih harus dirangkap sendiri.

Jika kita tidak menyukai usaha yang kita bangun, hanya tergiur keuntungan yang besar (belum pasti), kita akan sulit mempertahankan usaha ini. Ketiga segera belajar dari siapapun yang relevan sehingga bisa menguasai semua aspek usaha yang sedang dibangun, hal ini penting sebagai persiapan ketika ada peluang yang lebih besar atau menghadapi perubahan pasar.

Keempat yang tak kalah penting adalah selalu menjaga kesehatan, tetap hidup sederhana meski keuntungan mulai berdatangan. Terakhir meskipun dalam berusaha perlu untuk break the limit, tetap waspada dan tahu kapan harus berhenti dan banting setir agar tidak terpuruk saat keadaan berubah. Siapapun yang sedang berniat memulai usaha hari ini, asal usaha itu memang dijalankan, maka Anda pasti akan sukses.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari