Minggu, 7 Juli 2024

Mendidik Anak di Era Digital

Era digital adalah masa di mana manusia telah melek teknologi dan semuanya serba terkoneksi. Di era ini gadget dan internet jadi keperluan primer. Semua orang bisa berkomunikasi dengan dekat meskipun jaraknya berjauhan. Informasi pun mudah didapatkan. Serba cepat dan tak ada batasan. Sebab semuanya serba online. Kemudahan-kemudahan yang ada berkat teknologi digital ini juga telah memengaruhi perilaku manusia. Manusia akan sangat terlihat sibuk dengan gadget-nya karena hampir semua urusan kehidupannya dibantu dengan gadget. Alhasil, banyak kita dapati keluarga yang berkumpul di meja makan. Tapi sibuk dengan gadgetnya masing-masing.

Di balik kelebihannya, era digital jika tidak disikapi dengan bijak bisa mengalihkan visi besar orangtua dalam mendidik anak. Siap merusak generasi. Stimulasi gadget yang berlebihan, dalam artian anak terus menerus diberi gadget bisa membuat kecanduan bahkan cacat permanen di otaknya. Era digital juga telah mengubah pola relasi antara orangtua dan anak. Masing-masing asyik dengan gadget-nya dan sibuk di komunitas sosmed-nya. Sementara anggota keluarga terdekatnya diabaikan. Lebih jauh lagi, era digital bisa saja menjauhkan ke-shalih-an orangtua. Sehari-hari hanya menghabiskan waktunya di depan gadget.

- Advertisement -

Selain itu, sudah banyak cerita tentang anak yang kecanduan gadget. Tidak bisa lepas dari gadget karena harus main game online. Ia akan mengamuk kalau gadgetnya diminta. Sering bolos sekolah bahkan tidak mau sekolah. Enggan berinteraksi dengan dunia luar. Apalagi memikirkan nasib umat. Apa yang diharapkan dari generasi yang seperti ini?

Inilah tantangan dalam menghadapi anak di era digital. Lalu apa solusinya?  Dalam mendidik anak harus paham visi pendidikan, konsep, basis, bahkan metode pembelajarannya. Kabar baiknya,  itu semua sudah ada lengkap di dalam Islam. Bisa diterapkan di era apapun. Baik era digital maupun konvensional. Untuk generasi baby boomers, generasi milenial, ataupun generasi alfa. 

Visi pendidikan Islam adalah menjadikan anak-anak yang Abdullah. Hamba Allah yang tunduk, patuh, taat pada semua perintah dan larangan Allah. Basis pendidikannya harus akidah Islam. Artinya setiap pembelajaran apapun semakin menguatkan keimanan kepada Allah. Jika anak bermasalah, tinggal cek di akidahnya. Pun jika akidah anak sudah kokoh, kita bisa tenang melepas mereka. Sementara metode pembelajarannya adalah talaqiyyan fikriyyan. Metode ini menjadikan anak kita seorang pemikir bukan penghafal. Ia tidak hanya hafal ayat la taqrobu zina tapi tetap pacaran. Ia akan mengaitkan ayat tersebut dengan perilakunya. Ia tidak hanya hafal ayatnya. Tapi juga mengikatkan amalnya dengan ayat tersebut.

- Advertisement -
Baca Juga:  Bro, Ini soal Kepemimpinan

 Setelah memahami visi pendidikan Islam beserta konsep dan metodenya. Tak kalah pentingnya adalah berpikir tentang strategi/teknisnya beserta sarana yang tepat untuk menunjang tujuan pendidikan. Dalam berpikir strategi/teknis ini diperlukan kreativitas yang tinggi. Jangan khawatir, jika sudah paham visi dan konsep maka akan terpikir banyak strategi, teknis, beserta sarananya. Bahkan kemampuan kita bisa melebihi para pakar parenting sekalipun.

Di era yang serba digital adalah tantangan tersendiri. Ibu harus berpikir tentang strategi dan teknik agar anaknya tidak tertarik dengan gadget. Anak merasa bahwa gadget tidak lebih menarik dari ibu.  Bagi ibu yang memiliki anak usia dini, ini harus direalisasikan. Agar anak tidak merasa asyik dengan gadget hingga menimbulkan kecanduan bahkan cacat otak permanen. Ketika anak tidak disibukkan dengan gadget. Ibu bisa dengan mudah mengajak anak untuk tahfiz, mengajarkan tsaqofah Islam (sirah nabawiyah, kisah para sahabat, fuqaha)  kepada anak.

Sekarang kita memang hidup di zaman kapitalis-sekuler. Tapi anak-anak kita kelak akan hidup di zaman yang berbeda dengan kita. Yakni zaman peradaban Islam. Mereka harus disiapkan dan dididik untuk zaman kejayaan peradaban Islam.  Untuk itu kita harus membentuk anak kita agar menjadi generasi yang berkepribadian Islam, khoiru ummah, dan pemimpin.  Generasi pemimpin, maksudnya adalah pemimpin bagi orang yang bertakwa. Pemimpin sebuah masyarakat yang orang-orangnya bertakwa dan pastinya sistemnya juga islami. Bukan sistem kapitalis sekular seperti saat ini.  Sementara gambaran generasi khoiru ummah adalah generasi yang senantiasa amar ma’ruf nahi munkar. Berani berdakwah. Hadir di tengah umat untuk berdakwah dan mengubah lingkungannya menjadi semakin baik. Bukan generasi yang tidak peduli dengan umat alias asosial karena sibuk main game online. 

Baca Juga:  Membunuh Rasa Ego

Generasi yang berkepribadian islam adalah yang pola pikir dan pola sikapnya Islam. Pemikirannya dilandaskan pada akidah Islam. Setiap persoalan selalu ia selesaikan dengan Islam. Inilah yang disebut anak memiliki pola pikir Islam. Sementara pola sikap Islam adalah ketika ia memenuhi keperluan dan keinginannya selalu dikaitkan dengan syariat Islam. Ketika minum, ia akan minum yang halal. Cara berpikiran dan bersikap ini memang erat kaitannya dengan tsaqofah Islam yang dimiliki anak. Anak bisa menilai halal haram jika ia memiliki tsaqofah Islam. Sangatlah tepat jika dikatakan tsaqofah islam adalah pembentuk dasar kepribadian Islam pada diri anak.

Di sinilah pentingnya menjadi ibu tangguh yang memiliki tsaqofah islam. Ibu yang akan menderaskan tsaqofah Islam pada anak sehingga anak tumbuh menjadi generasi yang berkepribadian Islam, khoiru ummah, dan pemimpin masa depan. Jika ingin melahirkan anak yang tangguh di akhir zaman ini. Maka harus jadi ibu yang tangguh. Kenapa harus ibu? Karena ibu yang lebih banyak waktu untuk anaknya. Ibu adalah orang yang paling berambisi besar untuk menyukseskan anaknya. Ibu jugalah yang paling tulus dan ikhlas dalam mencintai anak-anaknya.

Ibu, terus kawal tumbuh kembang anak.  Jangan biarkan gadget yang lebih banyak bersama anak. Jadilah sahabat terbaik bagi anak. Ibu, di era digital ini janganlah tergantung digital. Tapi jadilah ibu yang sadar digital. Bisa memanfaatkan teknologi dan internet dengan bijak.  Itu juga yang kelak kita ajarkan kepada anak kita. Di sinilah pentingnya membentuk pola pikir islami kepada anak sehingga akan mendorongnya berperilaku islami. Bisa menempatkan dan memanfaatkan gadget dengan standar syariat Islam.***

Editor: Arif Oktafian

Era digital adalah masa di mana manusia telah melek teknologi dan semuanya serba terkoneksi. Di era ini gadget dan internet jadi keperluan primer. Semua orang bisa berkomunikasi dengan dekat meskipun jaraknya berjauhan. Informasi pun mudah didapatkan. Serba cepat dan tak ada batasan. Sebab semuanya serba online. Kemudahan-kemudahan yang ada berkat teknologi digital ini juga telah memengaruhi perilaku manusia. Manusia akan sangat terlihat sibuk dengan gadget-nya karena hampir semua urusan kehidupannya dibantu dengan gadget. Alhasil, banyak kita dapati keluarga yang berkumpul di meja makan. Tapi sibuk dengan gadgetnya masing-masing.

Di balik kelebihannya, era digital jika tidak disikapi dengan bijak bisa mengalihkan visi besar orangtua dalam mendidik anak. Siap merusak generasi. Stimulasi gadget yang berlebihan, dalam artian anak terus menerus diberi gadget bisa membuat kecanduan bahkan cacat permanen di otaknya. Era digital juga telah mengubah pola relasi antara orangtua dan anak. Masing-masing asyik dengan gadget-nya dan sibuk di komunitas sosmed-nya. Sementara anggota keluarga terdekatnya diabaikan. Lebih jauh lagi, era digital bisa saja menjauhkan ke-shalih-an orangtua. Sehari-hari hanya menghabiskan waktunya di depan gadget.

Selain itu, sudah banyak cerita tentang anak yang kecanduan gadget. Tidak bisa lepas dari gadget karena harus main game online. Ia akan mengamuk kalau gadgetnya diminta. Sering bolos sekolah bahkan tidak mau sekolah. Enggan berinteraksi dengan dunia luar. Apalagi memikirkan nasib umat. Apa yang diharapkan dari generasi yang seperti ini?

Inilah tantangan dalam menghadapi anak di era digital. Lalu apa solusinya?  Dalam mendidik anak harus paham visi pendidikan, konsep, basis, bahkan metode pembelajarannya. Kabar baiknya,  itu semua sudah ada lengkap di dalam Islam. Bisa diterapkan di era apapun. Baik era digital maupun konvensional. Untuk generasi baby boomers, generasi milenial, ataupun generasi alfa. 

Visi pendidikan Islam adalah menjadikan anak-anak yang Abdullah. Hamba Allah yang tunduk, patuh, taat pada semua perintah dan larangan Allah. Basis pendidikannya harus akidah Islam. Artinya setiap pembelajaran apapun semakin menguatkan keimanan kepada Allah. Jika anak bermasalah, tinggal cek di akidahnya. Pun jika akidah anak sudah kokoh, kita bisa tenang melepas mereka. Sementara metode pembelajarannya adalah talaqiyyan fikriyyan. Metode ini menjadikan anak kita seorang pemikir bukan penghafal. Ia tidak hanya hafal ayat la taqrobu zina tapi tetap pacaran. Ia akan mengaitkan ayat tersebut dengan perilakunya. Ia tidak hanya hafal ayatnya. Tapi juga mengikatkan amalnya dengan ayat tersebut.

Baca Juga:  Membunuh Rasa Ego

 Setelah memahami visi pendidikan Islam beserta konsep dan metodenya. Tak kalah pentingnya adalah berpikir tentang strategi/teknisnya beserta sarana yang tepat untuk menunjang tujuan pendidikan. Dalam berpikir strategi/teknis ini diperlukan kreativitas yang tinggi. Jangan khawatir, jika sudah paham visi dan konsep maka akan terpikir banyak strategi, teknis, beserta sarananya. Bahkan kemampuan kita bisa melebihi para pakar parenting sekalipun.

Di era yang serba digital adalah tantangan tersendiri. Ibu harus berpikir tentang strategi dan teknik agar anaknya tidak tertarik dengan gadget. Anak merasa bahwa gadget tidak lebih menarik dari ibu.  Bagi ibu yang memiliki anak usia dini, ini harus direalisasikan. Agar anak tidak merasa asyik dengan gadget hingga menimbulkan kecanduan bahkan cacat otak permanen. Ketika anak tidak disibukkan dengan gadget. Ibu bisa dengan mudah mengajak anak untuk tahfiz, mengajarkan tsaqofah Islam (sirah nabawiyah, kisah para sahabat, fuqaha)  kepada anak.

Sekarang kita memang hidup di zaman kapitalis-sekuler. Tapi anak-anak kita kelak akan hidup di zaman yang berbeda dengan kita. Yakni zaman peradaban Islam. Mereka harus disiapkan dan dididik untuk zaman kejayaan peradaban Islam.  Untuk itu kita harus membentuk anak kita agar menjadi generasi yang berkepribadian Islam, khoiru ummah, dan pemimpin.  Generasi pemimpin, maksudnya adalah pemimpin bagi orang yang bertakwa. Pemimpin sebuah masyarakat yang orang-orangnya bertakwa dan pastinya sistemnya juga islami. Bukan sistem kapitalis sekular seperti saat ini.  Sementara gambaran generasi khoiru ummah adalah generasi yang senantiasa amar ma’ruf nahi munkar. Berani berdakwah. Hadir di tengah umat untuk berdakwah dan mengubah lingkungannya menjadi semakin baik. Bukan generasi yang tidak peduli dengan umat alias asosial karena sibuk main game online. 

Baca Juga:  Jadi Ular atau Ulat?

Generasi yang berkepribadian islam adalah yang pola pikir dan pola sikapnya Islam. Pemikirannya dilandaskan pada akidah Islam. Setiap persoalan selalu ia selesaikan dengan Islam. Inilah yang disebut anak memiliki pola pikir Islam. Sementara pola sikap Islam adalah ketika ia memenuhi keperluan dan keinginannya selalu dikaitkan dengan syariat Islam. Ketika minum, ia akan minum yang halal. Cara berpikiran dan bersikap ini memang erat kaitannya dengan tsaqofah Islam yang dimiliki anak. Anak bisa menilai halal haram jika ia memiliki tsaqofah Islam. Sangatlah tepat jika dikatakan tsaqofah islam adalah pembentuk dasar kepribadian Islam pada diri anak.

Di sinilah pentingnya menjadi ibu tangguh yang memiliki tsaqofah islam. Ibu yang akan menderaskan tsaqofah Islam pada anak sehingga anak tumbuh menjadi generasi yang berkepribadian Islam, khoiru ummah, dan pemimpin masa depan. Jika ingin melahirkan anak yang tangguh di akhir zaman ini. Maka harus jadi ibu yang tangguh. Kenapa harus ibu? Karena ibu yang lebih banyak waktu untuk anaknya. Ibu adalah orang yang paling berambisi besar untuk menyukseskan anaknya. Ibu jugalah yang paling tulus dan ikhlas dalam mencintai anak-anaknya.

Ibu, terus kawal tumbuh kembang anak.  Jangan biarkan gadget yang lebih banyak bersama anak. Jadilah sahabat terbaik bagi anak. Ibu, di era digital ini janganlah tergantung digital. Tapi jadilah ibu yang sadar digital. Bisa memanfaatkan teknologi dan internet dengan bijak.  Itu juga yang kelak kita ajarkan kepada anak kita. Di sinilah pentingnya membentuk pola pikir islami kepada anak sehingga akan mendorongnya berperilaku islami. Bisa menempatkan dan memanfaatkan gadget dengan standar syariat Islam.***

Editor: Arif Oktafian

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari