Kamis, 19 September 2024

Puja-puji untuk Keistimewaan Kante

PORTO (RIAUPOS.CO) – Gelandang bertahan. Itulah yang membedakan antara Manchester City dan Chelsea dalam final Liga Champions 2021 di Estadio do Dragao kemarin (30/5).

Keputusan manajer City Pep Guardiola tidak memainkan gelandang bertahan menuai banyak kritik dari fans The Citizens.

Tidak ada Rodri Hernandez yang biasanya menjadi gelandang bertahan pilihan reguler City musim ini. Apalagi sosok kapten tim Fernandinho. Sebagai gantinya, Pep menjadikan Ilkay Guendogan sebagai sosok jangkar.

Trio lini tengah City (dalam skema 4-3-3) memang punya karakter advance dengan dua lainnya adalah Bernardo Silva dan Phil Foden. Bahkan, Foden menjadi second striker di belakang striker palsu, gelandang serang Kevin De Bruyne.

- Advertisement -

Hal itu bertolak belakang dengan Chelsea. Pelatih Thomas Tuchel tetap mengandalkan N’Golo Kante dan Jorginho di sentral permainan. Kante yang lebih defense pun memberikan pelajaran bahwa man of the match final Liga Champions bisa diraih gelandang bertahan meski tanpa gol maupun assist.

Seperti dilansir Squawka, Kante berhasil menyapu bersih aspek utama peran gelandang bertahan dalam final kemarin. Pemain 30 tahun itu memenangi 11 kali duel, 10 kali recovery, 3 tekel, 2 sapuan, dan 2 intersep.

- Advertisement -
Baca Juga:  13 Pebulu Tangkis Lolos ke Olimpiade Tokyo 2020

Selain itu, Kante tidak melakukan sekali pun pelanggaran sekaligus tidak ada pemain City yang bisa melewatinya dalam dribel satu lawan satu.

”Semakin saya melihat dia (Kante), semakin saya yakin bahwa dia adalah gelandang bertahan terbaik dunia saat ini. Saya belum pernah melihat (gelandang bertahan) sebagus dia dalam 10 tahun terakhir,” beber pemandu bakat Leicester City David Mills kepada The Sun.

Mills adalah orang yang memantau Kante tujuh tahun silam. Yaitu, saat Kante masih berkostum SM Caen. Mills terpesona kepada Kante karena mengingatkannya kepada Claude Makelele. Yang menarik, Makelele yang juga pernah bermain untuk Chelsea (2003–2008) saat ini menjabat sebagai penasihat teknis The Blues.

Baca Juga:  Minions dan Daddies Sama-Sama Incar Gelar Ketiga 

Berkat capaiannya kemarin, Si Tikus –julukan Kante– sudah meraih hampir semua titel ajang mayor di klub maupun timnas. Mulai Piala Dunia, Liga Champions, hingga liga (Premier League). Jika bisa melengkapinya dengan juara Euro 2020 yang bergulir dua pekan lagi, Kante bakal menyamai torehan eks winger Chelsea Pedro Rodriguez.

”Dia menghadirkan spirit positif bagi tim ini. Bagaimana bisa Anda tetap rendah hati setelah memenangi Piala Dunia dan Liga Champions? Kante melakukannya,” kata kapten Chelsea Cesar Azpilicueta kepada BBC.

Prestasi Kante bisa semakin fenomenal tahun ini seiring rumah-rumah bursa telah menempatkannya sebagai kandidat kuat peraih Ballon d’Or.
 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

PORTO (RIAUPOS.CO) – Gelandang bertahan. Itulah yang membedakan antara Manchester City dan Chelsea dalam final Liga Champions 2021 di Estadio do Dragao kemarin (30/5).

Keputusan manajer City Pep Guardiola tidak memainkan gelandang bertahan menuai banyak kritik dari fans The Citizens.

Tidak ada Rodri Hernandez yang biasanya menjadi gelandang bertahan pilihan reguler City musim ini. Apalagi sosok kapten tim Fernandinho. Sebagai gantinya, Pep menjadikan Ilkay Guendogan sebagai sosok jangkar.

Trio lini tengah City (dalam skema 4-3-3) memang punya karakter advance dengan dua lainnya adalah Bernardo Silva dan Phil Foden. Bahkan, Foden menjadi second striker di belakang striker palsu, gelandang serang Kevin De Bruyne.

Hal itu bertolak belakang dengan Chelsea. Pelatih Thomas Tuchel tetap mengandalkan N’Golo Kante dan Jorginho di sentral permainan. Kante yang lebih defense pun memberikan pelajaran bahwa man of the match final Liga Champions bisa diraih gelandang bertahan meski tanpa gol maupun assist.

Seperti dilansir Squawka, Kante berhasil menyapu bersih aspek utama peran gelandang bertahan dalam final kemarin. Pemain 30 tahun itu memenangi 11 kali duel, 10 kali recovery, 3 tekel, 2 sapuan, dan 2 intersep.

Baca Juga:  Zarco Hanya Targetkan 10 Besar

Selain itu, Kante tidak melakukan sekali pun pelanggaran sekaligus tidak ada pemain City yang bisa melewatinya dalam dribel satu lawan satu.

”Semakin saya melihat dia (Kante), semakin saya yakin bahwa dia adalah gelandang bertahan terbaik dunia saat ini. Saya belum pernah melihat (gelandang bertahan) sebagus dia dalam 10 tahun terakhir,” beber pemandu bakat Leicester City David Mills kepada The Sun.

Mills adalah orang yang memantau Kante tujuh tahun silam. Yaitu, saat Kante masih berkostum SM Caen. Mills terpesona kepada Kante karena mengingatkannya kepada Claude Makelele. Yang menarik, Makelele yang juga pernah bermain untuk Chelsea (2003–2008) saat ini menjabat sebagai penasihat teknis The Blues.

Baca Juga:  Duel Keras, Milan Berhasil Jinakkan Serigala Roma

Berkat capaiannya kemarin, Si Tikus –julukan Kante– sudah meraih hampir semua titel ajang mayor di klub maupun timnas. Mulai Piala Dunia, Liga Champions, hingga liga (Premier League). Jika bisa melengkapinya dengan juara Euro 2020 yang bergulir dua pekan lagi, Kante bakal menyamai torehan eks winger Chelsea Pedro Rodriguez.

”Dia menghadirkan spirit positif bagi tim ini. Bagaimana bisa Anda tetap rendah hati setelah memenangi Piala Dunia dan Liga Champions? Kante melakukannya,” kata kapten Chelsea Cesar Azpilicueta kepada BBC.

Prestasi Kante bisa semakin fenomenal tahun ini seiring rumah-rumah bursa telah menempatkannya sebagai kandidat kuat peraih Ballon d’Or.
 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari