JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kontestan Liga 1 maupun Liga 2 bisa memahami keputusan PSSI untuk menghentikan sementara kompetisi. Kesehatan masyarakat karena ancaman virus corona jauh lebih berat. Meski begitu, klub-klub tetap membutuhkan kepastian dari PSSI dan operator kompetisi terkait dengan keberlanjutan liga.
Kepastian itu menyangkut jadwal baru kompetisi dan segala kompensasi yang mengiringinya. Misalnya, kebijakan PSSI maupun PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi mengenai ikatan kontrak antara klub dan pihak-pihak terkait. Di antaranya, pemain, pelatih, atau hak klub dari operator kompetisi.
Jika tak kunjung ada kepastian, tentu banyak pihak yang resah. Hal itu pula yang mendorong sepuluh klub Liga 1 menggelar rapat online untuk merumuskan langkah-langkah yang seharusnya bisa diambil PSSI maupun LIB. Sepuluh klub itu, antara lain, Persija Jakarta, Persita Tangerang, Persiraja Banda Aceh, Persib Bandung, PSIS Semarang, Arema Malang, dan Barito Putera. Selain itu, ada Madura United, Persebaya Surabaya, dan PSM Makassar.
Di luar 10 klub tersebut, kesebelasan lainnya juga menunggu sikap tegas PSSI dan LIB. Salah satunya datang dari Persigo Semeru (PS) Hizbul Wathan. Sebagai klub anyar, mereka membutuhkan acuan untuk menentukan kontrak pemain dan pelatih. ”Kami telah mengirim surat ke PT LIB. Kami sampaikan tiga usulan yang kami rasa penting,” kata Manajer PS Hizbul Wathan Suli Da’im.
Pertama, menyangkut usulan agar PSSI dan PT LIB mengeluarkan surat resmi terkait dengan penghentian kompetisi yang bisa dijadikan acuan untuk menentukan kontrak pemain maupun pelatih. Kedua, mendesak LIB agar segera menyusun kembali jadwal kompetisi. Yang terakhir, berkaitan dengan subsidi untuk klub. ”Saat ini kami belum bisa berbuat apa-apa. Termasuk menyangkut kelanjutan kontrak pemain. Kami menunggu kepastian digelarnya lanjutan Liga 2,” ujarnya.
Mereka juga ingin agar ada pemberian subsidi kepada klub untuk termin pertama musim ini. ”Kami sudah away ke Jepara. Biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar daripada tim tuan rumah yang bisa mengelola pendapatan dari tiket pertandingan yang digelar,” papar Suli.
PSHW memang sempat berada di Jepara untuk melawan Persijap Jepara (14/3). Namun, PSSI kemudian menghentikan kompetisi sampai batas waktu yang belum ditentukan. Sejatinya, manajemen PSHW masih punya kans untuk mendatangkan pemain baru. Sebab, dari 30 jatah slot pemain, PSHW baru mendaftarkan 22 pemain. Kuota tambahan itu bisa dimanfaatkan hingga 30 Maret. ”Tapi, kami belum bisa melanjutkan. Kami menunggu kepastian digelarnya Liga 2 yang hingga sekarang masih dihentikan,” lanjut Suli.
Setali tiga uang, Persela Lamongan juga menantikan sikap PSSI dan operator kompetisi. ”Kami masih menunggu apa pun keputusan dan kebijakan dari PSSI maupun PT LIB. Setelah itu, kami baru mengambil langkah,” kata Manajer Persela Edy Yunan Ahmadi. Hal itu dirasa sangat penting. Sebab, isu soal kompetisi bakal dimulai lagi Juni. Tentu itu akan berpengaruh pada kontrak pemain dan pelatih. Terutama yang dikontrak hanya satu tahun. Bisa jadi, saat kompetisi masih berjalan, kontrak pemain dan pelatih tersebut sudah habis.
Selain itu, pasti ada pembengkakan biaya. ”Karena itu, kami butuh sikap dari PSSI maupun LIB. Harapan kami bisa secepatnya ada keputusan. Toh, kemarin klub-klub sudah memberikan laporan soal situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing,” sebut Yunan.
Tidak jelasnya kompetisi juga disesalkan PSIS Semarang. ”Sebenarnya cukup disayangkan. Karena PSIS ini kan lagi bagus-bagusnya,” kata CEO PSIS Yoyok Sukawi. PSIS memang berada dalam tren positif. Mereka meraih dua kemenangan dalam dua laga pemungkas. Yakni, menang 3-2 atas Persela Lamongan (7/3) dan 2-0 dari Arema FC (13/3).
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman