JAKARAT (RIAUPOS.CO) — Meski terus mengumbar senyum, genggaman Lionel Messi sebenarnya sudah kewalahan untuk dua piala itu. Satu piala sebagai pemain pria terbaik dunia (The Best FIFA Men’s Player) dan satu lainnya karena masuk tim terbaik dunia (FIFA FIFPro Men’s World11).
Bintang FC Barcelona tersebut nyaris mendapatkan piala ketiganya dalam The Best FIFA Football Awards 2019 di Teatro alla Scala, Milan, kemarin (24/9). Tapi, penantian Messi yang selalu masuk nominasi FIFA Puskas Award sejak 2010 atau sepuluh edisi terakhir kembali berlanjut.
La Pulga alias Si Kutu harus mengakui golnya ke gawang Real Betis di La Liga musim lalu (18/3) kalah indah oleh gol Daniel Zsori. Wonderkid 18 tahun kelahiran Rumania tapi juga memegang paspor Hungaria itu menciptakan gol ciamik via tendangan salto ke gawang Ferencvaros dalam laga debutnya untuk Debrecen di NB 1 (kompetisi kasta teratas Hungaria).
Sialnya lagi, Zsori adalah pengidola Cristiano Ronaldo. CR7 adalah pemain pertama yang memenangi Puskas Award pada 2009. Tapi, tetap saja malam di Teatro alla Scala itu berpihak kepada Messi. Gelar keenamnya sebagai pesepak bola terbaik sejagat (2009, 2010, 2011, 2012, 2015, 2019) berarti mengungguli Ronaldo (5 gelar).
Hal itu setidaknya meminimalkan perdebatan tentang siapa yang lebih baik di antara mereka kalau acuannya jumlah trofi pemain terbaik dunia FIFA. Apalagi, usia Ronaldo bakal menapak 35 tahun per 5 Februari tahun depan, sedangkan Messi genap 32 tahun per 24 Juni lalu.
Messi sejatinya datang ke Milan kemarin bukan sebagai favorit. Bek Liverpool Virgil van Dijk dan Ronaldo-lah yang diunggulkan. Van Dijk memenangi Liga Champions musim lalu dan Ronaldo membawa Portugal berjaya di UEFA Nations League 2018–2019.
Sebaliknya, Messi gagal bersama Argentina di Copa America.
Tetapi, La Pulga mampu mendapat suara terbanyak (46 suara) atau lebih banyak 8 suara dari Van Dijk dan 10 suara di atas Ronaldo. Uniknya, Ronaldo ada dalam pilihan kedua Messi yang memberikan suara dalam kapasitasnya sebagai kapten timnas Argentina. Untuk pilihan pertama, Messi memilih Sadio Mane.
’’Bagi saya, penghargaan individu selalu menjadi nomor dua. Yang paling utama adalah tim,’’ ucap Messi dalam sambutannya seperti dilansir di laman resmi FIFA.
’’Namun, hari ini adalah sesuatu yang spesial. Istri dan anak-anak saya ikut ke sini. Dan, ini kali pertama mereka mengikuti kegiatan seperti itu,’’ sambung pemain yang datang bersama Antonella Roccuzzo (istri) serta Thiago dan Mateo (dua di antara tiga putranya selain Ciro) tersebut.
Atas kemenangan Messi, pro-kontra muncul. Yang berseberangan tentu melihat acuan dari kacamata memenangkan trofi mayor. Tapi, jika acuannya angka-angka performa individu, Messi lebih baik daripada Van Dijk dan Ronaldo. Musim lalu, misalnya. La Pulga mencatat 334 kali kemenangan di La Liga dan sukses menggusur Iker Casillas. Di semua ajang, dia menang 447 kali untuk melebihi capaian Xavi Hernandez.
Produktivitasnya musim lalu juga spektakuler. Dengan 36 gol, Messi menjadi El Pichichi untuk kali keenam. Jumlah gol itu pun merupakan yang terbanyak di Eropa (European Golden Shoe). Meski Barca tersingkir di semifinal Liga Champions, Messi menjadi pencetak gol terbanyak dengan 12 gol (gelar keenamnya).
Musim lalu pun dia mencapai gol ke-600 di Barca. Termasuk gol ke-400 La Liga. Di La Liga, hanya Messi yang bisa mencetak lebih dari 20 gol dalam 11 musim beruntun. Pada semua ajang musim lalu, dia mencetak 51 gol dari 50 laga. Dan, sudah enam kali dia mencetak lebih dari 50 gol selama membela La Blaugrana. ’’Angka-angka Messi musim lalu superior. Dia bermain dalam level yang berbeda,’’ kata Gary Lineker, striker legendaris Inggris yang kini menjadi pandit BBC Radio 5 Live.
Bukan hanya dalam urusan gol, Messi juga menahbiskan diri sebagai free kick taker jempolan. Total enam direct free kick-nya berbuah gol musim lalu. Terbanyak dari lima liga elite Eropa. Ada lagi. Messi meraih top assist (13 kali) di La Liga musim lalu. Bersanding dengan Pablo Sarabia asal Sevilla (musim ini pindah ke Paris Saint-Germain).
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal