MANCHESTER (RIAUPOS.CO) – Siapa bilang Cristiano Ronaldo meninggalkan Premier League musim panas 2009 dengan manis? Trofi Premier League, Piala Liga, dan Piala Dunia Antarklub tak cukup menjadi ukuran perpisahannya dari Manchester United musim itu. Sebab, masih ada noda yang sudah menandai musim terakhirnya di Premier League ketika itu.
Ya, Liverpool-lah yang mampu mencatatkan noda musim terakhir CR7 bersama Mancehester United (MU) saat itu. Di Old Trafford, Manchester, CR7 harus menyaksikan klub yang diperkuatnya itu dipermalukan di depan pendukungnya. MU kala itu kalah dengan skor sangat telak 1-4 pada matchweek ke-29 Premier League 2008–2009.
Dan, malam nanti WIB, CR7 harus mengenang memori kelam 19 Maret 2009 tersebut. Dia dan koleganya harus meladeni The Reds, julukan Liverpool FC (LFC) di Premier League untuk kali pertama setelah 12 musim setelah kekalahan paling memalukan MU dalam North-West Derby itu (siaran langsung SCTV/Mola TV pukul 22.30 WIB).
Berbicara kepada Sky Sports, CR7 menyatakan tahu peran yang harus dijalankannya dalam big match pertamanya sejak kembali ke Carrington, kamp latihan MU. "Setiap orang harus memahami perannya. Saya tahu peranku dalam tim ini. Di klub, peran saya adalah menciptakan gol untuk membantu tim dengan pengalaman yang saya miliki," ungkap CR7.
Termasuk tragedi 19 Maret 2009, dia sudah dua kali menjebol gawang LFC. Yakni, saat The Red Devils –julukan MU– menghancurkan LFC pada matchweek ke-31 Premier League 2007–2008 dengan tiga gol tanpa balas. Pengalamannya menghadapi tekanan LFC dalam 697 menit itulah yang coba dia tularkan kepada rekan-rekannya. Dia pun meminta rekan-rekannya memahami betapa pentingnya arti pertandingan ini selain beraroma gengsi. "Jika setiap pemain berpikiran sama denganku, berkorban bagi tim, saya rasa kami akan menjadi tim yang lebih bagus," ujar CR7 yang sudah menciptakan enam gol musim ini.
Tiga gol di antaranya dia ciptakan dalam comeback-nya ke Premier League. Namun, CR7 sudah tiga matchweek beruntun paceklik gol. Terakhir, dia menjebol gawang West Ham United di London Stadium, kandang West Ham, pada 19 September lalu. Macetnya produktivitas gol CR7 ini yang disebut biang di balik krisis MU dalam tiga matchweek terakhir.
Harry Maguire dkk cuma sekali imbang dalam tiga matchweek terakhir. Dua laga lainnya, skuad asuhan Ole Gunnar Solskjaer tersebut menelan kekalahan. Yaitu, keok 0-1 dari Aston Villa (25/9) dan dihancurkan Leicester City 2-4 di King Power Stadium, Leicester, pekan lalu (16/10). Penampilan yang makin menggemakan suara ”Ole Out” belakangan ini.
CR7 pun ikut dikritisi. Namun, top scorer sepanjang masa timnas Portugal itu tidak mempersoalkan kritik yang dialamatkan kepadanya. Menurut dia, kritik itu sudah termasuk dalam bagian bisnis sepakbola. "Kalau mengkhawatirkanku atau membicarakan sesuatu tentangku, berarti mereka paham potensi dan nilaiku dalam sepakbola," jelasnya.
Meski dia sudah bertekad menebus kegagalannya pada 2009, skuad LFC berbeda jika dibandingkan dengan 12 tahun lalu. Yang duduk di kursi pelatih bukan Rafa Benitez, melainkan Juergen Klopp. Begitu pula yang akan dia hadapi. Bukan lagi Steven Gerrard atau Xabi Alonso. Melainkan Mo Salah, Sadio Mane, Roberto Firmino, atau Virgil van Dijk.
Sosok-sosok itu sudah pernah membuatnya sulit menciptakan gol saat bertemu di ajang Liga Champions. Bersama Real Madrid, CR7 tiga kali bertemu Jordan Henderson dkk. Dua kali dalam fase grup 2014–2015 dan sekali dalam final 2018. Ronaldo hanya bisa menciptakan satu gol. "Yang saya tahu, CR7 pemain kelas dunia. Sekali kelas dunia, dia tetap kelas dunia dan saya tak sabar melihatnya lagi," tutur Klopp dikutip laman Liverpool Echo. (ren/c14/bas/jpg)