PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Digelarnya Invitasi Sepaktakraw Antarklub Se-Kabupaten/Kota Provinsi Riau di GOR Sepaktakraw Purna MTQ, Sabtu-Ahad (20-21/3/2021), memberi gairah tersendiri bagi dunia sepaktakraw di Riau.
Iven ini dibuka Ketua Umum KONI Pekanbaru, Anis Murzil, Sabtu (20/3/2021). Hadir pada pembukaan tersebut perwakilan sponsor dari Bank Riau-Kepri, masing-masing Ketua PSTI Kabupaten/Kota Se-Riau, dan para legenda sepaktakraw Riau.
Awalnya iven ini bernama Kejurda Sepaktakraw Antarklub Se-Kabupaten/Kota Provinsi Riau yang akan diselenggarakan pada 13-14 Maret 2021 lalu. Namun karena ada masalah dualisme kepengurusan di Pengurus Besar (PB) Persatuan Sepaktakraw Indonesia (PSTI) yang juga berimbas ke Riau, iven ini akhirnya diundur. Penyelenggara yang sebelumnya adalah PSTI Riau, dialihkan ke PSTI Kota Pekanbaru.
Ketua panitia pelaksana pertandingan, Nabawi SE, menjelaskan, pihaknya tak ikut campur dalam konflik dualisme kepengurusan di PB PSTI yang terimbas di banyak daerah. PSTI Kota Pekanbaru, kata Nabawi, hanya ingin turnamen yang sudah dirancang dan dipersiapkan oleh PSTI Riau tetap dijalankan, meski waktunya diundur.
"Seluruh tim yang akan ikut sudah mempersiapkan timnya dengan baik. Mereka sudah beli kostum, sudah latihan, dan segala persiapan lainnya. Sayang jika gairah mereka jadi hilang hanya karena konflik di PB PSTI," jelas lelaki yang juga Sekretaris Umum (Sekum) PSTI Kota Pekanbaru ini.
Dijelaskan Nabawi, meskipun konflik tingkat tinggi di PB PSTI terjadi, pembinaan, gairah, dan turnamen di daerah tidak boleh dihentikan. Sebab, katanya, jika semuanya berhenti hanya karena konflik kepentingan pengurus di pusat, maka sepaktakraw akan mengalami kemunduran.
"Yang kami pikirkan bukan berapa pemain Riau yang akan dipanggil ke Pelatnas, tetapi bagaimana pembinaan di daerah ini terus dilakukan, termasuk penyelenggaraan kejuaraan. Itu tak boleh berhenti atau dimatikan. Sepaktakraw Riau tak boleh mati hanya gara-gara itu," jelas mantan pemain Riau tersebut.
Tentang dipilihnya klub yang mewakili kabupaten dan bukan tim atas nama kabupaten, Nabawi mengatakan, gairah memiliki dan mengelola klub di Riau saat ini sedang meningkat. Meski begitu, katanya, hanya klub terbaik di kabupaten/kota tersebut yang turun dalam kejuaraan ini.
"Kuotanya tetap, satu kabupaten/kota diwakili satu klub," jelas pelatih kepala Pekanbaru saat Porprov di Kampar tahun 2017 tersebut.
Di bagian lain, Sekum PSTI Riau, Amrisal Amri, mengatakan, pihaknya taat aturan dan ingin para pemain tak dikorbankan dalam konflik di PB PSTI. Menurutnya, penyelenggaraan iven yang sedang digelar tersebut sudah dipersiapkan sedemikian rupa oleh PSTI Riau.
Namun PB PSTI pimpinan Asnawi Abdulrachman yang telah membekukan kepengurusan PSTI Riau –karena mendukung PB PSTI pimpinan Syafrizal Bahtiar– mengancam dengan berbagai cara agar turnamen ini dibatalkan karena dianggap ilegal. Mereka mengirim surat ke berbagai pihak untuk membatalkan kejuaraan ini jika diselenggarakan oleh PSTI Riau.
"Kami tak melawan dengan brutal. Kami ingin menyelamatkan turnamen ini sebagai ajang prestasi sepaktakraw di Riau. Yang penting turnamen ini tetap digelar meski bukan PSTI Riau yang menyelenggarakannya," jelas Amrisal.
Baik Nabawi maupun Amrisal sama-sama ingin konflik di PB PSTI segera berakhir dan tak mengorbankan para pemain, wasit, dan siapa pun akar rumput di sepaktakraw yang memang ikhlas ingin mengabdikan dirinya membina dan menaikkan cabang olahraga masyarakat Melayu ini. Sebab, kata mereka, jika hal itu terjadi, maka yang didapatkan hanyalah kemunduran, baik dari sisi pembinaan maupun prestasi.
Laporan: Hary B Koriun (Pekanbaru)
Editor: Eka Gusmadi Putra