Selasa, 26 November 2024
spot_img

Praveen/Melati Main Tanpa Ampun

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Praveen Jordan/Melati Daeva Oktaviati meraih gelar Super 1000 pertama dalam karier mereka dengan menjadi kampiun, All England Open 2020.

Di final, mereka mengalahkan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand) 21-15, 17-21, 21-8.

“Pastinya bangga banget bisa juara di sini. Karena ini kan salah satu cita-cita dan impian dari kecil. Siapa sih yang nggak mau juara All England. Semua pemain badminton kalau ditanya pasti maunya juara All England, kejuaraan dunia, dan Olimpiade. Alhamdulillah bisa terwujud salah satu impianku,” kata Melati.

Praveen/Melati sudah lima kali bertemu sebelumnya dan merebut tiga kemenangan. Hasil ini kian menambah keunggulan pasangan Indonesia tersebut menjadi 4-2.

Game pertama Praveen/Melati yang poinnya sempat tertinggal tipis, akhirnya melesat merebut 21-15. Masuk ke game dua, Praveen/Melati juga berhasil unggul sejak awal. Namun usai menyentuh poin 13-13, mereka balik tertinggal dan harus merelakan game keduanya itu.

Baca Juga:  Selangkah Lagi, Ronaldo Berbaju Manchester Biru

Bermain di game penentu, Praveen/Melati tak mau menyia-nyiakan peluang. Mereka langsung unggul sangat jauh dan menang dengan skor telak 21-8.

“Kalau dibilang menang mudah juga enggak. Mereka pasangan yang kuat. Terus di game kedua kami ada kesalahan strategi, kami terlalu banyak meladeni pukulan mereka. Game ketiga kami banyak langsung menyerang,” ujar Praveen.

“Kami lebih banyak membawa mereka ke permainan kami. Bisa dilihat mereka seperti tidak berkutik. Setiap ketemu mereka pasti ramai. Poinnya pasti ramai,” tambah Praveen.

Dengan gelar ini, Praveen mencatat sejarah spesial dengan menjadi pemain ganda campuran pertama Indonesia yang meraih dua gelar dengan dua pasangan berbeda. Sebelumnya, Praveen menjadi juara pada edisi 2016 bersama Debby Susanto.

Baca Juga:  KONI Pekanbaru Imbau Atlet Latihan di Rumah

Pelatih ganda campuran Richard Mainaky yang berada di Indonesia mengatakan bahwa Praveen/Melati sangat cocok dengan pola main Dechapol/Sapsiree.

“Bola lawan selalu ketebak. Harusnya menang mudah saat set kedua. Tapi mereka membalas di set ketiga tanpa ampun. Intinya memang dari permainan, mereka lebih siap,” kata Richard kepada JawaPos.com.

Lalu, apa yang membuat Praveen/Melati sangat dahsyat pada game ketiga? “Intinya latihan mereka sangat siap dan cukup panjang. Apalagi, German Open batal. Dari segi fisik tidak masalah. Sementara itu, fisik pemain Thailand kehabisan,” tambahnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Praveen Jordan/Melati Daeva Oktaviati meraih gelar Super 1000 pertama dalam karier mereka dengan menjadi kampiun, All England Open 2020.

Di final, mereka mengalahkan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand) 21-15, 17-21, 21-8.

- Advertisement -

“Pastinya bangga banget bisa juara di sini. Karena ini kan salah satu cita-cita dan impian dari kecil. Siapa sih yang nggak mau juara All England. Semua pemain badminton kalau ditanya pasti maunya juara All England, kejuaraan dunia, dan Olimpiade. Alhamdulillah bisa terwujud salah satu impianku,” kata Melati.

Praveen/Melati sudah lima kali bertemu sebelumnya dan merebut tiga kemenangan. Hasil ini kian menambah keunggulan pasangan Indonesia tersebut menjadi 4-2.

- Advertisement -

Game pertama Praveen/Melati yang poinnya sempat tertinggal tipis, akhirnya melesat merebut 21-15. Masuk ke game dua, Praveen/Melati juga berhasil unggul sejak awal. Namun usai menyentuh poin 13-13, mereka balik tertinggal dan harus merelakan game keduanya itu.

Baca Juga:  Dua Gol Ronaldo Bantu Portugal Kalahkan Hongaria

Bermain di game penentu, Praveen/Melati tak mau menyia-nyiakan peluang. Mereka langsung unggul sangat jauh dan menang dengan skor telak 21-8.

“Kalau dibilang menang mudah juga enggak. Mereka pasangan yang kuat. Terus di game kedua kami ada kesalahan strategi, kami terlalu banyak meladeni pukulan mereka. Game ketiga kami banyak langsung menyerang,” ujar Praveen.

“Kami lebih banyak membawa mereka ke permainan kami. Bisa dilihat mereka seperti tidak berkutik. Setiap ketemu mereka pasti ramai. Poinnya pasti ramai,” tambah Praveen.

Dengan gelar ini, Praveen mencatat sejarah spesial dengan menjadi pemain ganda campuran pertama Indonesia yang meraih dua gelar dengan dua pasangan berbeda. Sebelumnya, Praveen menjadi juara pada edisi 2016 bersama Debby Susanto.

Baca Juga:  KONI Pekanbaru Imbau Atlet Latihan di Rumah

Pelatih ganda campuran Richard Mainaky yang berada di Indonesia mengatakan bahwa Praveen/Melati sangat cocok dengan pola main Dechapol/Sapsiree.

“Bola lawan selalu ketebak. Harusnya menang mudah saat set kedua. Tapi mereka membalas di set ketiga tanpa ampun. Intinya memang dari permainan, mereka lebih siap,” kata Richard kepada JawaPos.com.

Lalu, apa yang membuat Praveen/Melati sangat dahsyat pada game ketiga? “Intinya latihan mereka sangat siap dan cukup panjang. Apalagi, German Open batal. Dari segi fisik tidak masalah. Sementara itu, fisik pemain Thailand kehabisan,” tambahnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari