Jumat, 20 September 2024

Kesuksesan Madrid adalah Derita Barcelona, Kasus Messi Contohnya

BARCELONA (RIAUPOS.CO) – Senyummu adalah tangisku. Kalimat itu nampaknya cocok untuk Barcelona di saat Real Madrid bahagia juara La Liga Spanyol.

Mesk Madrid kalah dalam jumlah trofi La Liga Spanyol dibanding Barcelona dalam dua dekade terakhir, namun dalam empat keberhasilan Los Blancos terakhir menjadi juara domestik Blaugrana selalu dibuat gempar.

Kasus Lionel Messi vs Barcelona yang terjadi pada akhir musim 2019/2020 seolah menjadi bukti teranyar bahwa kesuksesan Madrid selalu membuat gonjang-ganjing di kubu Barcelona.

Setelah berniat hengkang melalui sebuah surat pernyataan, Messi pun tak hadir dalam sesi tes kesehatan, Ahad (30/8), dan tak terlihat dalam sesi latihan perdana bersama pelatih anyar Ronald Koeman, Senin (31/8).

- Advertisement -
Baca Juga:  Penghuni Panti Jompo Mengadu ke Dinsos

Sebelum kisruh yang melibatkan Messi, klub asal Catalunya itu juga geger setelah sang rival mengangkat trofi dalam tiga kesempatan terakhir.

Musim 2007/2008 berakhir dengan Madrid sebagai pemimpin klasemen. Barcelona bak kebakaran jenggot langsung mencopot jabatan pelatih yang dipegang Frank Rijkaard. Joan Laporta lantas mengangkat Pep Guardiola sebagai pelatih.

- Advertisement -

Tak hanya itu, Deco dan Ronaldinho yang merupakan andalan Barcelona ketika itu juga didepak karena dianggap merusak Messi yang baru muncul sebagai bintang baru di tim.

Bersama Guardiola, Barcelona tampil apik. Namun, musim kedua Jose Mourinho di Madrid berujung sukses dan membuat Barcelona tak lagi menjadi raja di dalam negeri. Hubungan petinggi Barcelona dan Guardiola memanas. Guardiola yang menghadirkan 14 gelar dalam empat musim pun memutuskan pergi pada 2012.

Baca Juga:  Wijnaldum Hampir Pasti Gabung PSG

Lima tahun berselang, Madrid kembali menjadi juara La Liga. Di bawah arahan Zinedine Zidane, Madrid menggagalkan ambisi Barcelona meraih gelar ke-25. Pada jeda musim 2016/2017 dan 2017/2018 Barcelona melepas Neymar ke Paris Saint-Germain.

Dan kini, Barcelona akan menghadapi masalah besar ketika Messi ngotot ingin hengkang. Mungkin faktor kebetulan saja gonjang-ganjing ini muncul karena awalnya adalah kesedihan Messi saat Barcelona kalah memalukan 2-8 dari Bayern Muenchen di perempatfinal Liga Champions.

Kebetulan, karena musim lalu Madrid juara dan Barcelona tak dapat satu trofi pun.

Sumber: Marca/CNN/Daily Star
Editor: Hary B Koriun
 

BARCELONA (RIAUPOS.CO) – Senyummu adalah tangisku. Kalimat itu nampaknya cocok untuk Barcelona di saat Real Madrid bahagia juara La Liga Spanyol.

Mesk Madrid kalah dalam jumlah trofi La Liga Spanyol dibanding Barcelona dalam dua dekade terakhir, namun dalam empat keberhasilan Los Blancos terakhir menjadi juara domestik Blaugrana selalu dibuat gempar.

Kasus Lionel Messi vs Barcelona yang terjadi pada akhir musim 2019/2020 seolah menjadi bukti teranyar bahwa kesuksesan Madrid selalu membuat gonjang-ganjing di kubu Barcelona.

Setelah berniat hengkang melalui sebuah surat pernyataan, Messi pun tak hadir dalam sesi tes kesehatan, Ahad (30/8), dan tak terlihat dalam sesi latihan perdana bersama pelatih anyar Ronald Koeman, Senin (31/8).

Baca Juga:  Rossi: Regulasi dan Hukuman Harus Diperketat untuk Kurangi Kecelakaan

Sebelum kisruh yang melibatkan Messi, klub asal Catalunya itu juga geger setelah sang rival mengangkat trofi dalam tiga kesempatan terakhir.

Musim 2007/2008 berakhir dengan Madrid sebagai pemimpin klasemen. Barcelona bak kebakaran jenggot langsung mencopot jabatan pelatih yang dipegang Frank Rijkaard. Joan Laporta lantas mengangkat Pep Guardiola sebagai pelatih.

Tak hanya itu, Deco dan Ronaldinho yang merupakan andalan Barcelona ketika itu juga didepak karena dianggap merusak Messi yang baru muncul sebagai bintang baru di tim.

Bersama Guardiola, Barcelona tampil apik. Namun, musim kedua Jose Mourinho di Madrid berujung sukses dan membuat Barcelona tak lagi menjadi raja di dalam negeri. Hubungan petinggi Barcelona dan Guardiola memanas. Guardiola yang menghadirkan 14 gelar dalam empat musim pun memutuskan pergi pada 2012.

Baca Juga:  Kendarai Skuter di Sirkuit, Sebastian Vettel Didenda Rp78 Juta

Lima tahun berselang, Madrid kembali menjadi juara La Liga. Di bawah arahan Zinedine Zidane, Madrid menggagalkan ambisi Barcelona meraih gelar ke-25. Pada jeda musim 2016/2017 dan 2017/2018 Barcelona melepas Neymar ke Paris Saint-Germain.

Dan kini, Barcelona akan menghadapi masalah besar ketika Messi ngotot ingin hengkang. Mungkin faktor kebetulan saja gonjang-ganjing ini muncul karena awalnya adalah kesedihan Messi saat Barcelona kalah memalukan 2-8 dari Bayern Muenchen di perempatfinal Liga Champions.

Kebetulan, karena musim lalu Madrid juara dan Barcelona tak dapat satu trofi pun.

Sumber: Marca/CNN/Daily Star
Editor: Hary B Koriun
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari