JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Komisaris Jenderal Polisi (Komjen Pol) Idham Azis secara aklamasi disahkan menjadi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Kabareskrim itu terpilih setelah ditunjuk sebagai calon tunggal oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menggantikan posisi Jenderal Polisi (Purn) Tito Karnavian.
Komjen Idham Azis lahir di Kendari, Sulawesi Tenggara, 30 Januari 1963. Dia merupakan seorang perwira tinggi Polri yang sejak 22 Januari 2019 menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim).
Setelah lulus Akpol, Idham bertugas sebagai Pamapta Kepolisian Resor (Polres) Bandung, Jawa Barat. Kemudian dia ditugaskan menjadi kepala Urusan Bina Operasi Lalu Lintas Polres Bandung.
Hingga Juni 1999 tugas Idham di Bandung berakhir dengan jabatan terakhir Kepala Kepolisian Majalaya Resor Bandung. Dia kemudian ditarik menjadi kepala Unit VC Satuan Serse UM Direktorat Serse Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya sejak 1 Juli 1999.
Pada 2002, dia dua kali dipromosikan. Pada 8 Mei 2002, Idham menjadi perwira menengah Sekolah Staf dan Kepemimpinan Dediklat Polri. Selanjutnya, dia kembali dipromosikan sebagai Kepala Satuan I Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Krimsus) Kepolisian Daerah Metro Jaya pada 14 Desember 2002.
Setahun kemudian, dia menjadi Kepala Satuan III Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Idham termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat cukup cepat. Karena saat tergabung dalam tim Bareskrim ia berhasil melumpuhkan teroris Dr Azahari dan kelompoknya di Batu, Jawa Timur, pada 9 November 2005.
Saat itu, dia bersama dengan para kompatriotnya, Tito Karnavian, Petrus Reinhard Golose, Rycko Amelza Dahniel, dan kawan-kawan mendapat penghargaan kenaikan pangkat luar biasa dari Kapolri Jenderal Sutanto.
Pada Desember 2001, Idham juga pernah bergabung menjadi anggota Tim Kobra yang langsung dipimpin Tito Karnavian. Dia ditugaskan menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto atas kasus pembunuhan Hakim Agung/Ketua Muda Bidang Pidana Mahkamah Agung (MA) RI Syafiuddin Kartasasmita. Saat itu, Idham bertugas di Unit Harda Polda Metro Jaya.
Empat tahun berselang, pada malam 10 November 2005, Brigjen Surya Dharma memanggil dan memerintahkan Idham untuk berangkat ke Poso. Keesokan harinya, Idham terbang dari Surabaya menuju Palu dan tiba di Poso pada sore harinya untuk langsung bergabung dengan Tito Karnavian yang sudah berada di sana.
Idham diminta Tito untuk menjadi wakilnya dalam kasus investigasi mutilasi tiga gadis siswa sekolah menengah umum (SMU) yang terjadi di Poso. Per 12 November 2005, Idham resmi menjadi Wakil Ketua Satgas Bareskrim Poso, mendampingi Tito Karnavian.
Akhir dari tugas itu, Idham mendapat buah yang manis dengan dipercaya dia sebagai Kapolda Sulawesi Tengah. Idham dianggap mampu memberantas terorisme kelompok sipil bersenjata di daerah itu.
Setelahnya, dia diangkat menjadi Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Dalam jabatan barunya itu, Idham berhasil mengungkap pelaku kasus pembunuhan dan sodomi 14 anak jalanan yang ditangkap pada 9 Januari 2010.
Idham juga terlibat dalam operasi camar maleo bersama TNI untuk menangkap kelompok teroris Santoso di wilayah pegunungan Poso, Sulawesi Tengah pada awal tahun 2015.
Dua tahun bertugas di daerah, Idham kembali ditarik ke pusat sebagai inspektur wilayah II Inspektorat Wilayah Umum Polri pada 28 Februari 2016. Masih di tahun yang sama, Idham mengemban tugas baru sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri.
Pada 20 Juli 2017, penerima tanda jasa Satya Lencana Kesetiaan 8 Tahun ini ditunjuk menjadi Kapolda Metro Jaya ke-37 menggantikan Komjen Mochamad Iriawan atau Iwan Bule. Sejak 22 Januari 2019, Idham menduduki jabatan Kabareskrim. Dia menggantikan Komjen Pol Arief Sulistyanto yang ditugaskan menjadi Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri.
Karir Idham pun kini sudah dipuncak, ia dipilih secara aklamasi oleh Komisi III DPR sebagai Kapolri menggantikan Tito Karnavian yang kini menjadi Mendagri.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi