Selasa, 8 April 2025
spot_img

Menyusuri Jeddah Sabil Makan Gado-gado

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Setelah sebelumnya berkeliling merasakan dinginnya suasana di Taif, kali ini giliran menjelajah Kota Jeddah. Di kota pelabuhan ini, banyak titik yang bisa dikunjungi. Mulai dari kota tua Historical Jeddah World Heritage sampai sejumlah pusat belanja.

Menyusuri kota tua Jeddah, suasananya benar-benar berbeda. Jalannya tersusun dari bebatuan. Bukan terbuat dari aspal seperti jalan pada umumnya. Meskipun begitu jalannya kuat dan bisa dilalui mobil.

Ada sejumlah bangunan bekas benteng yang langsung menghadap ke laut merah. Kemudian samping bangunan benteng itu, tampak rumah-rumah besar berdesain Eropa. Rumah-rumah itu masih kokoh namun tidak berpenghuni. Sementara di bagian dalam rumah penduduk yang dibangun bertingkat.

Ornamen khas Arab Saudi tempo dahulu begitu terasa. Mulai dari adanya balkon kayu di setiap jendelanya. Balkon tersebut tidak terlalu luas. Tetapi terlihat elegan karena warnanya kontras dengan cat dindingnya. Sehingga menimbulkan kesan meriah pada setiap bangunannya.

Baca Juga:  Breaking News: Perdana Menteri Inggris Positif Corona

Kota tua itu langsung terhubung dengan komplek pertokoan yang dikenal dengan sebutan Bab Syarif. Di lokasi ini toko-toko terhampar luas. Menempati bangunan-bangunan yang menyerupai ruko. Bangunan yang digunakan juga berdesain Arab masa lalu.

Beraneka jenis barang yang dijual. Di antaranya adalah kacang-kacangan, parfum, sajadah, karpet, dan lain sebaginya. Saat berkunjung ke pasar Bab Syarif ada sejumlah tenaga kerja asal Indonesia yang juga berbelanja. Mereka mengaku suka berbelanja pada hari Jumat sore. Karena mereka leluasa keluar rumah.

Tidak jauh dari kota tua tersebut ada masjid besar yang dikenal dengan sebutan Masjid Qisas. Mustafa, driver petugas haji, menuturkan sesuai namanya kegiatan qisas juga dilakukan di tempat itu.

"Ada seperti gazebo di samping masjid. Di situ dilakukan qisas pada hari Jumat," tuturnya.

Baca Juga:  Komitmen Kanwil DJPb Riau Kawal APBN Kedepankan Integritas

Setelah berkeliling sampai menjelang sore, waktunya mencari tempat makan. Di antara yang sering jadi rujukan jamaah haji adalah pertokoan di wilayah Al Balad. Salah satu warung yang terlihat ramai di kunjungi adalah Restourant Mang Oedin.

Ada beberapa jamaah haji khusus yang makan di tempat itu. Mereka menyempatkan diri mampir santap makanan khas Indonesia sebelum ke Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Di warung ini tersedia aneka makanan khas Indonesia.

Mulai dari bakso yang dipatok seharga 14 riyal atau sekitar Rp56 ribu. Kemudian juga ada gado-gado seharga 18 riyal (Rp72 ribu) dan semangkuk soto ayam dibandrol 22 riyal (Rp88 ribu). Di toko ini juga dijual pecel lele. Tetapi juru masak mengatakan pecel lelenya habis.

"Lelenya masih diternak," katanya lantas tertawa.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Setelah sebelumnya berkeliling merasakan dinginnya suasana di Taif, kali ini giliran menjelajah Kota Jeddah. Di kota pelabuhan ini, banyak titik yang bisa dikunjungi. Mulai dari kota tua Historical Jeddah World Heritage sampai sejumlah pusat belanja.

Menyusuri kota tua Jeddah, suasananya benar-benar berbeda. Jalannya tersusun dari bebatuan. Bukan terbuat dari aspal seperti jalan pada umumnya. Meskipun begitu jalannya kuat dan bisa dilalui mobil.

Ada sejumlah bangunan bekas benteng yang langsung menghadap ke laut merah. Kemudian samping bangunan benteng itu, tampak rumah-rumah besar berdesain Eropa. Rumah-rumah itu masih kokoh namun tidak berpenghuni. Sementara di bagian dalam rumah penduduk yang dibangun bertingkat.

Ornamen khas Arab Saudi tempo dahulu begitu terasa. Mulai dari adanya balkon kayu di setiap jendelanya. Balkon tersebut tidak terlalu luas. Tetapi terlihat elegan karena warnanya kontras dengan cat dindingnya. Sehingga menimbulkan kesan meriah pada setiap bangunannya.

Baca Juga:  Cinta Laura Rilis Single Anyar ’Caliente’

Kota tua itu langsung terhubung dengan komplek pertokoan yang dikenal dengan sebutan Bab Syarif. Di lokasi ini toko-toko terhampar luas. Menempati bangunan-bangunan yang menyerupai ruko. Bangunan yang digunakan juga berdesain Arab masa lalu.

Beraneka jenis barang yang dijual. Di antaranya adalah kacang-kacangan, parfum, sajadah, karpet, dan lain sebaginya. Saat berkunjung ke pasar Bab Syarif ada sejumlah tenaga kerja asal Indonesia yang juga berbelanja. Mereka mengaku suka berbelanja pada hari Jumat sore. Karena mereka leluasa keluar rumah.

Tidak jauh dari kota tua tersebut ada masjid besar yang dikenal dengan sebutan Masjid Qisas. Mustafa, driver petugas haji, menuturkan sesuai namanya kegiatan qisas juga dilakukan di tempat itu.

"Ada seperti gazebo di samping masjid. Di situ dilakukan qisas pada hari Jumat," tuturnya.

Baca Juga:  Breaking News: Perdana Menteri Inggris Positif Corona

Setelah berkeliling sampai menjelang sore, waktunya mencari tempat makan. Di antara yang sering jadi rujukan jamaah haji adalah pertokoan di wilayah Al Balad. Salah satu warung yang terlihat ramai di kunjungi adalah Restourant Mang Oedin.

Ada beberapa jamaah haji khusus yang makan di tempat itu. Mereka menyempatkan diri mampir santap makanan khas Indonesia sebelum ke Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Di warung ini tersedia aneka makanan khas Indonesia.

Mulai dari bakso yang dipatok seharga 14 riyal atau sekitar Rp56 ribu. Kemudian juga ada gado-gado seharga 18 riyal (Rp72 ribu) dan semangkuk soto ayam dibandrol 22 riyal (Rp88 ribu). Di toko ini juga dijual pecel lele. Tetapi juru masak mengatakan pecel lelenya habis.

"Lelenya masih diternak," katanya lantas tertawa.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Menyusuri Jeddah Sabil Makan Gado-gado

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Setelah sebelumnya berkeliling merasakan dinginnya suasana di Taif, kali ini giliran menjelajah Kota Jeddah. Di kota pelabuhan ini, banyak titik yang bisa dikunjungi. Mulai dari kota tua Historical Jeddah World Heritage sampai sejumlah pusat belanja.

Menyusuri kota tua Jeddah, suasananya benar-benar berbeda. Jalannya tersusun dari bebatuan. Bukan terbuat dari aspal seperti jalan pada umumnya. Meskipun begitu jalannya kuat dan bisa dilalui mobil.

Ada sejumlah bangunan bekas benteng yang langsung menghadap ke laut merah. Kemudian samping bangunan benteng itu, tampak rumah-rumah besar berdesain Eropa. Rumah-rumah itu masih kokoh namun tidak berpenghuni. Sementara di bagian dalam rumah penduduk yang dibangun bertingkat.

Ornamen khas Arab Saudi tempo dahulu begitu terasa. Mulai dari adanya balkon kayu di setiap jendelanya. Balkon tersebut tidak terlalu luas. Tetapi terlihat elegan karena warnanya kontras dengan cat dindingnya. Sehingga menimbulkan kesan meriah pada setiap bangunannya.

Baca Juga:  Budidaya Anggur di Halaman Rumah

Kota tua itu langsung terhubung dengan komplek pertokoan yang dikenal dengan sebutan Bab Syarif. Di lokasi ini toko-toko terhampar luas. Menempati bangunan-bangunan yang menyerupai ruko. Bangunan yang digunakan juga berdesain Arab masa lalu.

Beraneka jenis barang yang dijual. Di antaranya adalah kacang-kacangan, parfum, sajadah, karpet, dan lain sebaginya. Saat berkunjung ke pasar Bab Syarif ada sejumlah tenaga kerja asal Indonesia yang juga berbelanja. Mereka mengaku suka berbelanja pada hari Jumat sore. Karena mereka leluasa keluar rumah.

Tidak jauh dari kota tua tersebut ada masjid besar yang dikenal dengan sebutan Masjid Qisas. Mustafa, driver petugas haji, menuturkan sesuai namanya kegiatan qisas juga dilakukan di tempat itu.

"Ada seperti gazebo di samping masjid. Di situ dilakukan qisas pada hari Jumat," tuturnya.

Baca Juga:  Koalisi PM Muhyiddin Menang Pemilu di Sabah

Setelah berkeliling sampai menjelang sore, waktunya mencari tempat makan. Di antara yang sering jadi rujukan jamaah haji adalah pertokoan di wilayah Al Balad. Salah satu warung yang terlihat ramai di kunjungi adalah Restourant Mang Oedin.

Ada beberapa jamaah haji khusus yang makan di tempat itu. Mereka menyempatkan diri mampir santap makanan khas Indonesia sebelum ke Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Di warung ini tersedia aneka makanan khas Indonesia.

Mulai dari bakso yang dipatok seharga 14 riyal atau sekitar Rp56 ribu. Kemudian juga ada gado-gado seharga 18 riyal (Rp72 ribu) dan semangkuk soto ayam dibandrol 22 riyal (Rp88 ribu). Di toko ini juga dijual pecel lele. Tetapi juru masak mengatakan pecel lelenya habis.

"Lelenya masih diternak," katanya lantas tertawa.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Setelah sebelumnya berkeliling merasakan dinginnya suasana di Taif, kali ini giliran menjelajah Kota Jeddah. Di kota pelabuhan ini, banyak titik yang bisa dikunjungi. Mulai dari kota tua Historical Jeddah World Heritage sampai sejumlah pusat belanja.

Menyusuri kota tua Jeddah, suasananya benar-benar berbeda. Jalannya tersusun dari bebatuan. Bukan terbuat dari aspal seperti jalan pada umumnya. Meskipun begitu jalannya kuat dan bisa dilalui mobil.

Ada sejumlah bangunan bekas benteng yang langsung menghadap ke laut merah. Kemudian samping bangunan benteng itu, tampak rumah-rumah besar berdesain Eropa. Rumah-rumah itu masih kokoh namun tidak berpenghuni. Sementara di bagian dalam rumah penduduk yang dibangun bertingkat.

Ornamen khas Arab Saudi tempo dahulu begitu terasa. Mulai dari adanya balkon kayu di setiap jendelanya. Balkon tersebut tidak terlalu luas. Tetapi terlihat elegan karena warnanya kontras dengan cat dindingnya. Sehingga menimbulkan kesan meriah pada setiap bangunannya.

Baca Juga:  Empat Pilar Jamin Keutuhan

Kota tua itu langsung terhubung dengan komplek pertokoan yang dikenal dengan sebutan Bab Syarif. Di lokasi ini toko-toko terhampar luas. Menempati bangunan-bangunan yang menyerupai ruko. Bangunan yang digunakan juga berdesain Arab masa lalu.

Beraneka jenis barang yang dijual. Di antaranya adalah kacang-kacangan, parfum, sajadah, karpet, dan lain sebaginya. Saat berkunjung ke pasar Bab Syarif ada sejumlah tenaga kerja asal Indonesia yang juga berbelanja. Mereka mengaku suka berbelanja pada hari Jumat sore. Karena mereka leluasa keluar rumah.

Tidak jauh dari kota tua tersebut ada masjid besar yang dikenal dengan sebutan Masjid Qisas. Mustafa, driver petugas haji, menuturkan sesuai namanya kegiatan qisas juga dilakukan di tempat itu.

"Ada seperti gazebo di samping masjid. Di situ dilakukan qisas pada hari Jumat," tuturnya.

Baca Juga:  Hari Ini, Samsat Layani Bayar Pajak di Rupat Utara

Setelah berkeliling sampai menjelang sore, waktunya mencari tempat makan. Di antara yang sering jadi rujukan jamaah haji adalah pertokoan di wilayah Al Balad. Salah satu warung yang terlihat ramai di kunjungi adalah Restourant Mang Oedin.

Ada beberapa jamaah haji khusus yang makan di tempat itu. Mereka menyempatkan diri mampir santap makanan khas Indonesia sebelum ke Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Di warung ini tersedia aneka makanan khas Indonesia.

Mulai dari bakso yang dipatok seharga 14 riyal atau sekitar Rp56 ribu. Kemudian juga ada gado-gado seharga 18 riyal (Rp72 ribu) dan semangkuk soto ayam dibandrol 22 riyal (Rp88 ribu). Di toko ini juga dijual pecel lele. Tetapi juru masak mengatakan pecel lelenya habis.

"Lelenya masih diternak," katanya lantas tertawa.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari