PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Tiba saatnya, Lulu untuk pergi menepati janji Difa. Pagi hari dia pun siap berkemas dan pergi menuruti keinginan Difa ke daerah Kampar. Sesampainya di kos Difa yang berada di Panam pukul 08.15 WIB, diputuskan Difa yang membawa sepeda motor.
Berbekal maps keduanya pun meluncur ke lokasi perkebunan kelengkeng. Namun, belum sempat naik, Difa meninggalkan Lulu, yang entah sengaja atau tidak.”Difa, aku belum naik loh,” panggil Lulu. Belum juga menoleh kembali berteriak, “Woy Dif, tungguin aku!”
Namun, Difa berlalu begitu saja. “Sial pasti dia menginginkanku agar berjalan sampai ke jalan,” gumamnya dalam hati.
Kendati demikian, Difa tetap melaju. Keluar dari gang belok kanan. Sampai akhirnya belok kiri ke Jalan Subrantas. Teriakan Lulu tak didengar. “Alamak! Awak belum naik. Padahal dah kencang teriakanku sampai orang yang tinggal di dekat gang nengokin aku. Pasti mereka ngira kami berantem,” celetuknya.(s)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Tiba saatnya, Lulu untuk pergi menepati janji Difa. Pagi hari dia pun siap berkemas dan pergi menuruti keinginan Difa ke daerah Kampar. Sesampainya di kos Difa yang berada di Panam pukul 08.15 WIB, diputuskan Difa yang membawa sepeda motor.
Berbekal maps keduanya pun meluncur ke lokasi perkebunan kelengkeng. Namun, belum sempat naik, Difa meninggalkan Lulu, yang entah sengaja atau tidak.”Difa, aku belum naik loh,” panggil Lulu. Belum juga menoleh kembali berteriak, “Woy Dif, tungguin aku!”
- Advertisement -
Namun, Difa berlalu begitu saja. “Sial pasti dia menginginkanku agar berjalan sampai ke jalan,” gumamnya dalam hati.
Kendati demikian, Difa tetap melaju. Keluar dari gang belok kanan. Sampai akhirnya belok kiri ke Jalan Subrantas. Teriakan Lulu tak didengar. “Alamak! Awak belum naik. Padahal dah kencang teriakanku sampai orang yang tinggal di dekat gang nengokin aku. Pasti mereka ngira kami berantem,” celetuknya.(s)
- Advertisement -