Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Ini Penyebab Gangguan Kejiwaan OCD yang Dialami Aliando Syarief

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Aktor Aliando Syarief baru-baru ini mengakui lewat media sosial bahwa dirinya didiagnosis gangguan mental obsessive compulsive disorder (OCD). Gangguan kejiwaan itu membuat Aliando kesulitan untuk melakukan berbagai aktivitas.

Apa sebetulnya OCD itu? Kepada JawaPos.com baru-baru ini, Psikiater dan Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS.Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor dr.Lahargo Kembaren, SpKJ mengatakan, OCD adalah gangguan jiwa di mana orang yang mengalaminya memiliki pikiran, ide, dan impuls yang berulang dan tidak bisa dikendalikan, disertai dengan perilaku yang berulang-ulang.

Terdapat 2 komponen tanda dan gejala dari penderita OCD:

Obsesi

Pikiran, dorongan, ide, impuls yang berulang yang menimbulkan kecemasan. Contohnya adalah takut terkontaminasi, keinginan terlarang terkait seksual, agama, perilaku agresif terhadap orang lain atau diri sendiri, pikiran harus simetris, teratur, sempurna.

Baca Juga:  Pesepakbola Muda Afghanistan Tewas Terjatuh dari Pesawat AS

Kompulsi

Tindakan, perilaku berulang ulang yang dirasakan harus dilakukan sebagai respons untuk meredakan pikiran obsesif yang muncul. Contohnya membersihkan, mencuci tangan berulang-ulang, mengatur sesuatu dengan presisi, tepat, sesuai urutan, memeriksa sesuatu, mengunci pintu atau jendela berulang-ulang, menghitung berulang-ulang.

“Pasien merasakan bahwa obsesi dan kompulsi yang dilakukannya tidak beralasan, tidak logis dan membuang buang waktu tapi sulit untuk tidak melakukannya meskipun sudah mencoba,” kata Lahargo.

Obsesi dan kompulsi ini menimbulkan penderitaan bagi pasien, di mana mereka bisa menghabiskan waktu lebih dari 1 jam untuk melakukannya sehingga mengganggu fungsi pekerjaan, sekolah, kuliah, dan aktivitas sosial serta relasi dengan orang lain. Pada OCD yang berat dapat juga terjadi gangguan penilaian realitas, sulit membedakan mana yang nyata dan khayalan.

Baca Juga:  Pabrikan Mobil Korea Kembangkan Teknologi Transmisi Prediktif

Apa saja pemicunya?

OCD disebabkan oleh faktor genetik, khususnya ketika di keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa atau kepribadian yang perfeksionis. Gangguan fungsi dan struktur otak dan pengalaman traumatis di masa lalu juga bisa menjadi penyebabnya.

Lalu, bagaimana mengobatinya?

Psikofarmaka

Obat-obatan antidepresan seperti Golongan SSRI (serotonin selective re-uptake inhibitor) akan membantu meredakan dan menghilangkan gangguan ini. Biasanya dibutuhkan dosis yang agak tinggi. Obat anti psikotik juga akan membantu menghilangkan gangguan.

Psikoterapi

Terapi dengan berbicara seperti Exposure and Response Prevention akan meningkatkan keterampilan pasien dalam mengatasi gangguan obsesif kompulsif ini TMS (Transcranial Magnetic Stimulation) dan neurofeedback.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Aktor Aliando Syarief baru-baru ini mengakui lewat media sosial bahwa dirinya didiagnosis gangguan mental obsessive compulsive disorder (OCD). Gangguan kejiwaan itu membuat Aliando kesulitan untuk melakukan berbagai aktivitas.

Apa sebetulnya OCD itu? Kepada JawaPos.com baru-baru ini, Psikiater dan Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS.Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor dr.Lahargo Kembaren, SpKJ mengatakan, OCD adalah gangguan jiwa di mana orang yang mengalaminya memiliki pikiran, ide, dan impuls yang berulang dan tidak bisa dikendalikan, disertai dengan perilaku yang berulang-ulang.

- Advertisement -

Terdapat 2 komponen tanda dan gejala dari penderita OCD:

Obsesi

- Advertisement -

Pikiran, dorongan, ide, impuls yang berulang yang menimbulkan kecemasan. Contohnya adalah takut terkontaminasi, keinginan terlarang terkait seksual, agama, perilaku agresif terhadap orang lain atau diri sendiri, pikiran harus simetris, teratur, sempurna.

Baca Juga:  Jangan Terpancing Isu Negatif Vaksin

Kompulsi

Tindakan, perilaku berulang ulang yang dirasakan harus dilakukan sebagai respons untuk meredakan pikiran obsesif yang muncul. Contohnya membersihkan, mencuci tangan berulang-ulang, mengatur sesuatu dengan presisi, tepat, sesuai urutan, memeriksa sesuatu, mengunci pintu atau jendela berulang-ulang, menghitung berulang-ulang.

“Pasien merasakan bahwa obsesi dan kompulsi yang dilakukannya tidak beralasan, tidak logis dan membuang buang waktu tapi sulit untuk tidak melakukannya meskipun sudah mencoba,” kata Lahargo.

Obsesi dan kompulsi ini menimbulkan penderitaan bagi pasien, di mana mereka bisa menghabiskan waktu lebih dari 1 jam untuk melakukannya sehingga mengganggu fungsi pekerjaan, sekolah, kuliah, dan aktivitas sosial serta relasi dengan orang lain. Pada OCD yang berat dapat juga terjadi gangguan penilaian realitas, sulit membedakan mana yang nyata dan khayalan.

Baca Juga:  ST Burhanuddin, Pernah Bertugas di Jambi, Kini Jadi Jaksa Agung

Apa saja pemicunya?

OCD disebabkan oleh faktor genetik, khususnya ketika di keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa atau kepribadian yang perfeksionis. Gangguan fungsi dan struktur otak dan pengalaman traumatis di masa lalu juga bisa menjadi penyebabnya.

Lalu, bagaimana mengobatinya?

Psikofarmaka

Obat-obatan antidepresan seperti Golongan SSRI (serotonin selective re-uptake inhibitor) akan membantu meredakan dan menghilangkan gangguan ini. Biasanya dibutuhkan dosis yang agak tinggi. Obat anti psikotik juga akan membantu menghilangkan gangguan.

Psikoterapi

Terapi dengan berbicara seperti Exposure and Response Prevention akan meningkatkan keterampilan pasien dalam mengatasi gangguan obsesif kompulsif ini TMS (Transcranial Magnetic Stimulation) dan neurofeedback.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari