Senin, 7 April 2025
spot_img

Ini Kata Coki Aritonang Setelah Dijewer dan Diusir Gubernur Sumut

MEDAN (RIAUPOS.CO) – Khoiruddin Aritonang angkat bicara terkait peristiwa yang dialaminya, yakni dijewer dan diusir Gubernur Sumatra Utara (Sumut), Edy Rahmayadi.

Pria yang akrab disapa Coki itu mengaku heran dirinya ditegur oleh Edy Rahmayadi hanya karena tidak memberi tepuk tangan terhadap kalimat sambutan mantan ketua umum PSSI itu.

"Sekarang begini, karena tak tepuk tangan, apa yang mau ditepuktangankan?" kata Coki Aritonang kepada wartawan, Selasa (28/12).

Dia mengaku tidak bertepuk tangan karena menilai apa yang disampaikan oleh Edy Rahmayadi itu hal yang biasa saja.

"Tak ada yang spektakuler yang dia lakukan, kecuali ada program spektakuler yang dimunculkan, wajar kalau aku tidak tepuk tangan, dia (gubernur) tersinggung," sebutnya.

Coki mengatakan bukan hanya dirinya yang tidak bertepuk tangan saat itu. Sebagian peserta lainnya juga melakukan hal yang sama. "Bukan aku sendiri yang tak tepuk tangan karena kan di situ ramai-ramai," jelasnya.

Setelah dijewer oleh Edy di hadapan peserta lainnya, Coki Aritonang turun dari panggung dan keluar dari tempat acara.

Dia mengaku memang berniat untuk keluar sebelum akhirnya diusir oleh Edy Rahmayadi.  

"Setelah dijewer dibilangnya sontoloyo, saya tinggalkan dia (gubernur, red). Di pintu keluar dibilang sama Pak Gubernur, 'kalau yang tak suka acara itu silahkan keluar'," ungkapnya.

Coki juga membantah informasi yang menyebutkan bahwa dirinya tertidur saat Edy Rahmayadi sedang memberikan kata sambutan sehingga dia tidak tepuk tangan.

Baca Juga:  Materai Rp6.000 dan Rp3.000 Masih Berlaku sampai Akhir Tahun

"Tidak, aku tak tertidur. Sumpah demi Allah. Aku dengarkan Pak Gubernur berbicara," jelasnya.

Coki mengaku menyesalkan sikap mantan Pangkostrad itu. Sebab, menurutnya, Edy sebagai sosok pemimpin di Sumut harusnya menjadi panutan. Dia menilai yang dilakukan oleh Edy Rahmayadi sangat mempermalukan dirinya sendiri sebagai orang nomor satu di Sumut.

"Dia gubernur, janganlah seperti itu. Baru kali ini lihat pemimpin, orang tidak tepuk tangan saat dia usai berbicara, dia marah," kesal Coki.

Sebelumnya, peristiwa itu terjadi saat penyerahan bonus kepada atlet dan pelatih berprestasi di PON 2021 Papua, di aula Tengku Rizal Nurdin, rumah dinas Gubernur Sumut, Senin (27/12).

Dalam video yang beredar di banyak grup WhatsApp, Edy saat itu tengah memberikan kata sambutan dalam acara tersebut. Edy Rahmayadi mengingatkan tugas ke depannya lebih berat, karena Sumut akan menjadi tuan rumah PON 2024 bersama Aceh.

Dia berharap KONI Sumut bersama Dinas Pemuda dan Olahraga benar-benar melakukan pembinaan sehingga mendapatkan atlet-atlet yang mampu mengharumkan nama Sumut di level nasional.

"Kalau sudah jaya Sumatera Utara ini, mau kau ambil semua, ambil," ujar Edy yang disambut tepuk tangan peserta.

Namun, tiba-tiba Edy melihat Coki Aritonang tidak bertepuk tangan. Sontak, Edy pun langsung geram.

"Yang pakai kupluk itu siapa? Kenapa tak tepuk tangan," ujar Edy sambil menunjuk ke arah Coki.

Baca Juga:  Sabun Mandi

Pria berpangkat terakhir Letjen TNI itu lantas memanggil Coki untuk naik ke atas panggung.

"Atlet apa kau?" tanya Edy.

"Pelatih biliar," jawab Coki.

Edy pun lalu mengatakan bahwa Coki tak pantas untuk menjadi seorang pelatih.

"Tak cocok jadi pelatih ini," ujar Edy.

Pria kelahiran 10 Maret 1961 itu lantas menjewer telinga Coki. Coki pun langsung keluar dan meninggalkan Edy serta peserta yang hadir.  

Setelah itu, Edy meminta KONI dan Dispora untuk mengevaluasi cabang olahraga biliar. "Evaluasi, Kadispora, Ketua KONI, yang tak pantas, tak usah dipakai lagi," tegas Edy.

Dalam acara tersebut, Edy menyerahkan bonus kepada 148 orang atlet dan pelatih. Bonus yang diberikan mencapai Rp11 miliar. Edy Rahmayadi mengatakan bonus tersebut merupakan penghargaan atas perjuangan para atlet yang telah mengharumkan nama Sumut di level nasional.

Edy menyebut mereka yang mendapat bonus itu merupakan para atlet dan pelatih dari 29 cabang olahraga (cabor) peraih medali di PON Papua.

Sumut sendiri meraih 10 medali emas, 22 perak dan 23 perunggu, pada laga yang berlangsung Oktober 2021. Masing-masing atlet peraih medali emas mendapat Rp250 juta, perak Rp125 juta, dan perunggu Rp75 juta.

Sementara pelatih yang atletnya meraih medali mendapat bonus Rp100 juta untuk emas, Rp75 juta perak, dan Rp 50 juta perunggu.

Sumber: JPNN/News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

MEDAN (RIAUPOS.CO) – Khoiruddin Aritonang angkat bicara terkait peristiwa yang dialaminya, yakni dijewer dan diusir Gubernur Sumatra Utara (Sumut), Edy Rahmayadi.

Pria yang akrab disapa Coki itu mengaku heran dirinya ditegur oleh Edy Rahmayadi hanya karena tidak memberi tepuk tangan terhadap kalimat sambutan mantan ketua umum PSSI itu.

"Sekarang begini, karena tak tepuk tangan, apa yang mau ditepuktangankan?" kata Coki Aritonang kepada wartawan, Selasa (28/12).

Dia mengaku tidak bertepuk tangan karena menilai apa yang disampaikan oleh Edy Rahmayadi itu hal yang biasa saja.

"Tak ada yang spektakuler yang dia lakukan, kecuali ada program spektakuler yang dimunculkan, wajar kalau aku tidak tepuk tangan, dia (gubernur) tersinggung," sebutnya.

Coki mengatakan bukan hanya dirinya yang tidak bertepuk tangan saat itu. Sebagian peserta lainnya juga melakukan hal yang sama. "Bukan aku sendiri yang tak tepuk tangan karena kan di situ ramai-ramai," jelasnya.

Setelah dijewer oleh Edy di hadapan peserta lainnya, Coki Aritonang turun dari panggung dan keluar dari tempat acara.

Dia mengaku memang berniat untuk keluar sebelum akhirnya diusir oleh Edy Rahmayadi.  

"Setelah dijewer dibilangnya sontoloyo, saya tinggalkan dia (gubernur, red). Di pintu keluar dibilang sama Pak Gubernur, 'kalau yang tak suka acara itu silahkan keluar'," ungkapnya.

Coki juga membantah informasi yang menyebutkan bahwa dirinya tertidur saat Edy Rahmayadi sedang memberikan kata sambutan sehingga dia tidak tepuk tangan.

Baca Juga:  PPKM Darurat Tambah 15 Daerah Luar Jawa-Bali

"Tidak, aku tak tertidur. Sumpah demi Allah. Aku dengarkan Pak Gubernur berbicara," jelasnya.

Coki mengaku menyesalkan sikap mantan Pangkostrad itu. Sebab, menurutnya, Edy sebagai sosok pemimpin di Sumut harusnya menjadi panutan. Dia menilai yang dilakukan oleh Edy Rahmayadi sangat mempermalukan dirinya sendiri sebagai orang nomor satu di Sumut.

"Dia gubernur, janganlah seperti itu. Baru kali ini lihat pemimpin, orang tidak tepuk tangan saat dia usai berbicara, dia marah," kesal Coki.

Sebelumnya, peristiwa itu terjadi saat penyerahan bonus kepada atlet dan pelatih berprestasi di PON 2021 Papua, di aula Tengku Rizal Nurdin, rumah dinas Gubernur Sumut, Senin (27/12).

Dalam video yang beredar di banyak grup WhatsApp, Edy saat itu tengah memberikan kata sambutan dalam acara tersebut. Edy Rahmayadi mengingatkan tugas ke depannya lebih berat, karena Sumut akan menjadi tuan rumah PON 2024 bersama Aceh.

Dia berharap KONI Sumut bersama Dinas Pemuda dan Olahraga benar-benar melakukan pembinaan sehingga mendapatkan atlet-atlet yang mampu mengharumkan nama Sumut di level nasional.

"Kalau sudah jaya Sumatera Utara ini, mau kau ambil semua, ambil," ujar Edy yang disambut tepuk tangan peserta.

Namun, tiba-tiba Edy melihat Coki Aritonang tidak bertepuk tangan. Sontak, Edy pun langsung geram.

"Yang pakai kupluk itu siapa? Kenapa tak tepuk tangan," ujar Edy sambil menunjuk ke arah Coki.

Baca Juga:  1 Juta PKL Dapat Bantuan Rp1,2 Juta

Pria berpangkat terakhir Letjen TNI itu lantas memanggil Coki untuk naik ke atas panggung.

"Atlet apa kau?" tanya Edy.

"Pelatih biliar," jawab Coki.

Edy pun lalu mengatakan bahwa Coki tak pantas untuk menjadi seorang pelatih.

"Tak cocok jadi pelatih ini," ujar Edy.

Pria kelahiran 10 Maret 1961 itu lantas menjewer telinga Coki. Coki pun langsung keluar dan meninggalkan Edy serta peserta yang hadir.  

Setelah itu, Edy meminta KONI dan Dispora untuk mengevaluasi cabang olahraga biliar. "Evaluasi, Kadispora, Ketua KONI, yang tak pantas, tak usah dipakai lagi," tegas Edy.

Dalam acara tersebut, Edy menyerahkan bonus kepada 148 orang atlet dan pelatih. Bonus yang diberikan mencapai Rp11 miliar. Edy Rahmayadi mengatakan bonus tersebut merupakan penghargaan atas perjuangan para atlet yang telah mengharumkan nama Sumut di level nasional.

Edy menyebut mereka yang mendapat bonus itu merupakan para atlet dan pelatih dari 29 cabang olahraga (cabor) peraih medali di PON Papua.

Sumut sendiri meraih 10 medali emas, 22 perak dan 23 perunggu, pada laga yang berlangsung Oktober 2021. Masing-masing atlet peraih medali emas mendapat Rp250 juta, perak Rp125 juta, dan perunggu Rp75 juta.

Sementara pelatih yang atletnya meraih medali mendapat bonus Rp100 juta untuk emas, Rp75 juta perak, dan Rp 50 juta perunggu.

Sumber: JPNN/News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Ini Kata Coki Aritonang Setelah Dijewer dan Diusir Gubernur Sumut

MEDAN (RIAUPOS.CO) – Khoiruddin Aritonang angkat bicara terkait peristiwa yang dialaminya, yakni dijewer dan diusir Gubernur Sumatra Utara (Sumut), Edy Rahmayadi.

Pria yang akrab disapa Coki itu mengaku heran dirinya ditegur oleh Edy Rahmayadi hanya karena tidak memberi tepuk tangan terhadap kalimat sambutan mantan ketua umum PSSI itu.

"Sekarang begini, karena tak tepuk tangan, apa yang mau ditepuktangankan?" kata Coki Aritonang kepada wartawan, Selasa (28/12).

Dia mengaku tidak bertepuk tangan karena menilai apa yang disampaikan oleh Edy Rahmayadi itu hal yang biasa saja.

"Tak ada yang spektakuler yang dia lakukan, kecuali ada program spektakuler yang dimunculkan, wajar kalau aku tidak tepuk tangan, dia (gubernur) tersinggung," sebutnya.

Coki mengatakan bukan hanya dirinya yang tidak bertepuk tangan saat itu. Sebagian peserta lainnya juga melakukan hal yang sama. "Bukan aku sendiri yang tak tepuk tangan karena kan di situ ramai-ramai," jelasnya.

Setelah dijewer oleh Edy di hadapan peserta lainnya, Coki Aritonang turun dari panggung dan keluar dari tempat acara.

Dia mengaku memang berniat untuk keluar sebelum akhirnya diusir oleh Edy Rahmayadi.  

"Setelah dijewer dibilangnya sontoloyo, saya tinggalkan dia (gubernur, red). Di pintu keluar dibilang sama Pak Gubernur, 'kalau yang tak suka acara itu silahkan keluar'," ungkapnya.

Coki juga membantah informasi yang menyebutkan bahwa dirinya tertidur saat Edy Rahmayadi sedang memberikan kata sambutan sehingga dia tidak tepuk tangan.

Baca Juga:  Co-Pilotnya Bunuh Diri, Wings Air: Kami Sudah Lakukan Pembinaan

"Tidak, aku tak tertidur. Sumpah demi Allah. Aku dengarkan Pak Gubernur berbicara," jelasnya.

Coki mengaku menyesalkan sikap mantan Pangkostrad itu. Sebab, menurutnya, Edy sebagai sosok pemimpin di Sumut harusnya menjadi panutan. Dia menilai yang dilakukan oleh Edy Rahmayadi sangat mempermalukan dirinya sendiri sebagai orang nomor satu di Sumut.

"Dia gubernur, janganlah seperti itu. Baru kali ini lihat pemimpin, orang tidak tepuk tangan saat dia usai berbicara, dia marah," kesal Coki.

Sebelumnya, peristiwa itu terjadi saat penyerahan bonus kepada atlet dan pelatih berprestasi di PON 2021 Papua, di aula Tengku Rizal Nurdin, rumah dinas Gubernur Sumut, Senin (27/12).

Dalam video yang beredar di banyak grup WhatsApp, Edy saat itu tengah memberikan kata sambutan dalam acara tersebut. Edy Rahmayadi mengingatkan tugas ke depannya lebih berat, karena Sumut akan menjadi tuan rumah PON 2024 bersama Aceh.

Dia berharap KONI Sumut bersama Dinas Pemuda dan Olahraga benar-benar melakukan pembinaan sehingga mendapatkan atlet-atlet yang mampu mengharumkan nama Sumut di level nasional.

"Kalau sudah jaya Sumatera Utara ini, mau kau ambil semua, ambil," ujar Edy yang disambut tepuk tangan peserta.

Namun, tiba-tiba Edy melihat Coki Aritonang tidak bertepuk tangan. Sontak, Edy pun langsung geram.

"Yang pakai kupluk itu siapa? Kenapa tak tepuk tangan," ujar Edy sambil menunjuk ke arah Coki.

Baca Juga:  1 Juta PKL Dapat Bantuan Rp1,2 Juta

Pria berpangkat terakhir Letjen TNI itu lantas memanggil Coki untuk naik ke atas panggung.

"Atlet apa kau?" tanya Edy.

"Pelatih biliar," jawab Coki.

Edy pun lalu mengatakan bahwa Coki tak pantas untuk menjadi seorang pelatih.

"Tak cocok jadi pelatih ini," ujar Edy.

Pria kelahiran 10 Maret 1961 itu lantas menjewer telinga Coki. Coki pun langsung keluar dan meninggalkan Edy serta peserta yang hadir.  

Setelah itu, Edy meminta KONI dan Dispora untuk mengevaluasi cabang olahraga biliar. "Evaluasi, Kadispora, Ketua KONI, yang tak pantas, tak usah dipakai lagi," tegas Edy.

Dalam acara tersebut, Edy menyerahkan bonus kepada 148 orang atlet dan pelatih. Bonus yang diberikan mencapai Rp11 miliar. Edy Rahmayadi mengatakan bonus tersebut merupakan penghargaan atas perjuangan para atlet yang telah mengharumkan nama Sumut di level nasional.

Edy menyebut mereka yang mendapat bonus itu merupakan para atlet dan pelatih dari 29 cabang olahraga (cabor) peraih medali di PON Papua.

Sumut sendiri meraih 10 medali emas, 22 perak dan 23 perunggu, pada laga yang berlangsung Oktober 2021. Masing-masing atlet peraih medali emas mendapat Rp250 juta, perak Rp125 juta, dan perunggu Rp75 juta.

Sementara pelatih yang atletnya meraih medali mendapat bonus Rp100 juta untuk emas, Rp75 juta perak, dan Rp 50 juta perunggu.

Sumber: JPNN/News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

MEDAN (RIAUPOS.CO) – Khoiruddin Aritonang angkat bicara terkait peristiwa yang dialaminya, yakni dijewer dan diusir Gubernur Sumatra Utara (Sumut), Edy Rahmayadi.

Pria yang akrab disapa Coki itu mengaku heran dirinya ditegur oleh Edy Rahmayadi hanya karena tidak memberi tepuk tangan terhadap kalimat sambutan mantan ketua umum PSSI itu.

"Sekarang begini, karena tak tepuk tangan, apa yang mau ditepuktangankan?" kata Coki Aritonang kepada wartawan, Selasa (28/12).

Dia mengaku tidak bertepuk tangan karena menilai apa yang disampaikan oleh Edy Rahmayadi itu hal yang biasa saja.

"Tak ada yang spektakuler yang dia lakukan, kecuali ada program spektakuler yang dimunculkan, wajar kalau aku tidak tepuk tangan, dia (gubernur) tersinggung," sebutnya.

Coki mengatakan bukan hanya dirinya yang tidak bertepuk tangan saat itu. Sebagian peserta lainnya juga melakukan hal yang sama. "Bukan aku sendiri yang tak tepuk tangan karena kan di situ ramai-ramai," jelasnya.

Setelah dijewer oleh Edy di hadapan peserta lainnya, Coki Aritonang turun dari panggung dan keluar dari tempat acara.

Dia mengaku memang berniat untuk keluar sebelum akhirnya diusir oleh Edy Rahmayadi.  

"Setelah dijewer dibilangnya sontoloyo, saya tinggalkan dia (gubernur, red). Di pintu keluar dibilang sama Pak Gubernur, 'kalau yang tak suka acara itu silahkan keluar'," ungkapnya.

Coki juga membantah informasi yang menyebutkan bahwa dirinya tertidur saat Edy Rahmayadi sedang memberikan kata sambutan sehingga dia tidak tepuk tangan.

Baca Juga:  Co-Pilotnya Bunuh Diri, Wings Air: Kami Sudah Lakukan Pembinaan

"Tidak, aku tak tertidur. Sumpah demi Allah. Aku dengarkan Pak Gubernur berbicara," jelasnya.

Coki mengaku menyesalkan sikap mantan Pangkostrad itu. Sebab, menurutnya, Edy sebagai sosok pemimpin di Sumut harusnya menjadi panutan. Dia menilai yang dilakukan oleh Edy Rahmayadi sangat mempermalukan dirinya sendiri sebagai orang nomor satu di Sumut.

"Dia gubernur, janganlah seperti itu. Baru kali ini lihat pemimpin, orang tidak tepuk tangan saat dia usai berbicara, dia marah," kesal Coki.

Sebelumnya, peristiwa itu terjadi saat penyerahan bonus kepada atlet dan pelatih berprestasi di PON 2021 Papua, di aula Tengku Rizal Nurdin, rumah dinas Gubernur Sumut, Senin (27/12).

Dalam video yang beredar di banyak grup WhatsApp, Edy saat itu tengah memberikan kata sambutan dalam acara tersebut. Edy Rahmayadi mengingatkan tugas ke depannya lebih berat, karena Sumut akan menjadi tuan rumah PON 2024 bersama Aceh.

Dia berharap KONI Sumut bersama Dinas Pemuda dan Olahraga benar-benar melakukan pembinaan sehingga mendapatkan atlet-atlet yang mampu mengharumkan nama Sumut di level nasional.

"Kalau sudah jaya Sumatera Utara ini, mau kau ambil semua, ambil," ujar Edy yang disambut tepuk tangan peserta.

Namun, tiba-tiba Edy melihat Coki Aritonang tidak bertepuk tangan. Sontak, Edy pun langsung geram.

"Yang pakai kupluk itu siapa? Kenapa tak tepuk tangan," ujar Edy sambil menunjuk ke arah Coki.

Baca Juga:  1 Juta PKL Dapat Bantuan Rp1,2 Juta

Pria berpangkat terakhir Letjen TNI itu lantas memanggil Coki untuk naik ke atas panggung.

"Atlet apa kau?" tanya Edy.

"Pelatih biliar," jawab Coki.

Edy pun lalu mengatakan bahwa Coki tak pantas untuk menjadi seorang pelatih.

"Tak cocok jadi pelatih ini," ujar Edy.

Pria kelahiran 10 Maret 1961 itu lantas menjewer telinga Coki. Coki pun langsung keluar dan meninggalkan Edy serta peserta yang hadir.  

Setelah itu, Edy meminta KONI dan Dispora untuk mengevaluasi cabang olahraga biliar. "Evaluasi, Kadispora, Ketua KONI, yang tak pantas, tak usah dipakai lagi," tegas Edy.

Dalam acara tersebut, Edy menyerahkan bonus kepada 148 orang atlet dan pelatih. Bonus yang diberikan mencapai Rp11 miliar. Edy Rahmayadi mengatakan bonus tersebut merupakan penghargaan atas perjuangan para atlet yang telah mengharumkan nama Sumut di level nasional.

Edy menyebut mereka yang mendapat bonus itu merupakan para atlet dan pelatih dari 29 cabang olahraga (cabor) peraih medali di PON Papua.

Sumut sendiri meraih 10 medali emas, 22 perak dan 23 perunggu, pada laga yang berlangsung Oktober 2021. Masing-masing atlet peraih medali emas mendapat Rp250 juta, perak Rp125 juta, dan perunggu Rp75 juta.

Sementara pelatih yang atletnya meraih medali mendapat bonus Rp100 juta untuk emas, Rp75 juta perak, dan Rp 50 juta perunggu.

Sumber: JPNN/News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari