JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pandemi Covid-19 sudah merenggut nyawa di berbagai belahan dunia. Jumlahnya kini sudah mencapai lebih dari 1 juta jiwa.
Pandemi telah menghancurkan ekonomi dunia, meningkatkan ketegangan geopolitik, dan meningkatkan kelaparan. Bahkan kemiskinan. Olahraga, hiburan langsung, dan perjalanan internasional terhenti karena penggemar, penonton, dan turis dipaksa untuk tinggal di rumah, tetap di dalam dengan langkah-langkah ketat yang diberlakukan untuk mengekang penyebaran virus.
Pada hari Ahad (27/9), Covid-19 telah merenggut 1.000.009 korban dari 33.018.877 infeksi yang tercatat. Menurut penghitungan AFP Amerika Serikat memiliki jumlah kematian tertinggi dengan lebih dari 200.000 kematian diikuti oleh Brasil, India, Meksiko, dan Inggris.
“Yang sulit saya terima adalah saya melihat ayah saya berjalan keluar rumah, masuk ke ambulans, dan yang bisa saya katakan kepadanya hanyalah ‘selamat tinggal’,” kata pengemudi truk Italia, Carlo Chiodi, seperti dilansir dari Science Art, Selasa (29/9).
Para ilmuwan masih berlomba untuk menemukan vaksin yang efektif. Pengendalian virus memperlambat penyebaran penyakit, tetapi tetap merugikan ekonomi dan bisnis yang sudah goyah.
IMF awal tahun ini memperingatkan bahwa pergolakan ekonomi dapat menyebabkan krisis yang tiada duanya karena PDB dunia runtuh. Eropa, yang terpukul parah oleh gelombang pertama, sekarang menghadapi lonjakan kasus lain, dengan Paris, London dan Madrid semua dipaksa untuk memperkenalkan kontrol untuk memperlambat infeksi yang mengancam rumah sakit yang kelebihan beban.
Masker dan jarak sosial di toko, kafe, serta transportasi umum kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di banyak kota. Pertengahan September terjadi peningkatan rekor kasus di sebagian besar wilayah Eropa. Dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan kematian akibat virus bahkan bisa dua kali lipat menjadi dua juta tanpa tindakan kolektif global.
“Satu juta adalah angka yang mengerikan dan kami perlu merenungkannya sebelum kami mulai mempertimbangkan satu juta kedua,” kata Direktur Darurat WHO Michael Ryan.
Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai Covid-19 muncul pertama kali di kota Wuhan di Tiongkok tengah, titik nol wabah tersebut. Bagaimana virus itu sampai di sana masih belum jelas. Tetapi para ilmuwan mengira itu berasal dari kelelawar dan bisa ditularkan ke manusia melalui mamalia lain.
Wuhan ditutup pada Januari ketika negara-negara lain memandang dengan tidak percaya. Pada 11 Maret, virus telah muncul di lebih dari 100 negara dan Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan pandemi.
Seorang dokter keluarga di Mulhouse, kota yang menjadi pusat wabah di Prancis pada Maret, Patrick Vogt, mengatakan, virus Korona ada di mana-mana ketika para dokter mulai jatuh sakit. Beberapa di antaranya sekarat. “Kami melihat orang-orang memiliki masalah pernapasan yang sangat parah, muda dan tidak terlalu muda semua usia,” ungkap Patrick.
Virus juga tidak melupakan orang kaya atau pejabat. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghabiskan seminggu di rumah sakit. Madonna dinyatakan positif setelah tur ke Prancis seperti yang dilakukan Tom Hanks dan istrinya yang pulih dan pulang ke Los Angeles setelah karantina di Australia. Belum lagi berbagai kepala negara.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman