Jumat, 20 September 2024

Sikap Kritis BEM UI Tak Boleh Dibalas Represif

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Guru Besar FISIP UIN Jakarta Din Syamsuddin memandang kritik yang disampaikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) mengenai Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dilabelkan ‘The King of Lip Service’ merupakan sikap kritis bagi anak muda. Menurutnya, mahasiswa memang diajari berpikir kritis terhadap realitas kehidupan masyarakat.

“Itu hal biasa di kampus. Justru aneh kalau civitas akademika kehilangan daya kritis, apalagi cenderung membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar,” kata Din Syamsuddin dalam keterangannya, Selasa (29/6).

Din menyatakan, seharusnya pihak Rektorat UI tidak menyikapi sikap BEM UI secara represif dan otoriter. Begitu pula, pihak yang tidak setuju dengan pandangan BEM UI, sebaiknya ajukan argumen dan fakta tandingan.

Baca Juga:  Tahun Ajaran Baru dengan Protokol Covid-19 di MA Gerbang Sari Basrah

Bahkan menurut Din, pandangan BEM UI sebenarnya pandangan banyak orang. Namun, BEM UI memiliki keberanian moral untuk menyuarakannya.

- Advertisement -

“Hal itu harus dipuji, apalagi jika pandangan itu disertai bukti atau argumentasi. Itu sikap intelektual sejati,” ucap Din.

Mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menilai, upaya pembungkaman kritisisme mahasiswa hanya akan membangkitkan kritisisme kampus, yang selama ini sesungguhnya tidak mati dan tidak bisa dimatikan.

- Advertisement -

Sebagaimana diketahui, BEM UI melalui akun media sosial Twitter @BEMUI_Official memberikan label Presiden Jokowi dengan sebutan ‘King of Lip Service. Gelar ini diberikan, lantaran Jokowi dinilai tidak konsisten dalam setiap ucapannya.

“Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras. Katanya begini, faktanya begitu. Mulai dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan rentetan janji lainnya,” cuit BEM UI dalam akun media sosial Twitter.

Baca Juga:  PCR Luluskan 332 Pendaftar PSUD tahun 2021

Pihak BEM UI dalam kicauannya menyatakan, setiap ucapan Jokowi tidak pernah konsisten. Menurutnya hal itu hanya janji di mulut saja.

Berdasarkan data KontraS yang dikutip BEM UI, terdapat 1.500 laporan kekerasan aparat kepada pendemo tolak UU Cipta Kerja terjadi. Hal ini yang mendasari para mahasiswa almamater kuning itu memberikan gelar ‘King of Lip Service’

“Semua mengindikasikan bahwa perkataan yang dilontarkan tidak lebih dari sekadar bentuk ‘lip service’ semata,” tandas cuitan BEM UI.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Guru Besar FISIP UIN Jakarta Din Syamsuddin memandang kritik yang disampaikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) mengenai Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dilabelkan ‘The King of Lip Service’ merupakan sikap kritis bagi anak muda. Menurutnya, mahasiswa memang diajari berpikir kritis terhadap realitas kehidupan masyarakat.

“Itu hal biasa di kampus. Justru aneh kalau civitas akademika kehilangan daya kritis, apalagi cenderung membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar,” kata Din Syamsuddin dalam keterangannya, Selasa (29/6).

Din menyatakan, seharusnya pihak Rektorat UI tidak menyikapi sikap BEM UI secara represif dan otoriter. Begitu pula, pihak yang tidak setuju dengan pandangan BEM UI, sebaiknya ajukan argumen dan fakta tandingan.

Baca Juga:  Sebagian Besar Tes untuk ke Luar Kota

Bahkan menurut Din, pandangan BEM UI sebenarnya pandangan banyak orang. Namun, BEM UI memiliki keberanian moral untuk menyuarakannya.

“Hal itu harus dipuji, apalagi jika pandangan itu disertai bukti atau argumentasi. Itu sikap intelektual sejati,” ucap Din.

Mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menilai, upaya pembungkaman kritisisme mahasiswa hanya akan membangkitkan kritisisme kampus, yang selama ini sesungguhnya tidak mati dan tidak bisa dimatikan.

Sebagaimana diketahui, BEM UI melalui akun media sosial Twitter @BEMUI_Official memberikan label Presiden Jokowi dengan sebutan ‘King of Lip Service. Gelar ini diberikan, lantaran Jokowi dinilai tidak konsisten dalam setiap ucapannya.

“Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras. Katanya begini, faktanya begitu. Mulai dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan rentetan janji lainnya,” cuit BEM UI dalam akun media sosial Twitter.

Baca Juga:  Presiden Targetkan Tahun Ajaran Baru Sekolah Bisa Normal Kembali

Pihak BEM UI dalam kicauannya menyatakan, setiap ucapan Jokowi tidak pernah konsisten. Menurutnya hal itu hanya janji di mulut saja.

Berdasarkan data KontraS yang dikutip BEM UI, terdapat 1.500 laporan kekerasan aparat kepada pendemo tolak UU Cipta Kerja terjadi. Hal ini yang mendasari para mahasiswa almamater kuning itu memberikan gelar ‘King of Lip Service’

“Semua mengindikasikan bahwa perkataan yang dilontarkan tidak lebih dari sekadar bentuk ‘lip service’ semata,” tandas cuitan BEM UI.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari