Kamis, 19 September 2024

Musim Kemarau 2020 Lebih Basah

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Musim panas tahun 2020 diperkirakan lebih basah dari tahun 2019. Hanya sekitar 30 persen wilayah Indonesia yang akan mengalami perlambatan pertumbuhan hujan di bawah normal. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengungkapkan bahwa sisa wilayah akan mengalami musim kemarau normal bahkan musim kemarau yang cenderung basah dengan dihiasi hujan.

"Daerah Jawa akan sedikit lebih kering. Namun hanya spot-spot saja," Jelas Herizal pada Jawa Pos (JPG), kemarin (29/6).

Beberapa daerah di Jawa yang diperkirakan lebih kering adalah Banten bagian selatan, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Daerah Istimewa Yogyakarta bagian timur. Berdasar catatan BMKG. 51,2 persen wilayah Indonesia telah mengalami musim kemarau sedangkan sisanya masih mengalami musim hujan. Wilayah yang mulai mengering dan memasuki hari tanpa hujan (HTH) mulai dari 11 hingga 60 hari di antaranya di sebagian kecil Aceh bagian timur, sebagian Riau dan Jambi bagian timur, sisanya didominasi Jawa Barat, Tengah, dan Timur bagian utara, serta Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Baca Juga:  Sosialisasikan Perda RT,RW Wako Persilakan Investor Datang ke Dumai

Herizal menjelaskan, untuk intervensi dari luar juga tidak signifikasi. Misalnya pengaruh dinamika lautan Pasifik alias El Nino Southern Osciliation (ENSO) dan Dipole Mode dari Samudaera Hindia. Prediksi BMKG, hingga akhir tahun, kondisi ENSO diperkirakan netral.

- Advertisement -

"Bahkan ada kecenderungan cenderung pada La Nina (dingin) pada akhir tahun," jelasnya.

Sementara itu, BNPB memperingatkan bahwa Bencana hidrometeorologi masih terjadi jelang akhir Juni 2020. Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB mencatat kejadian banjir dan longsor di beberapa wilayah nusantara, seperti Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara.

- Advertisement -

Berdasarkan analisis dasarian ketiga Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), beberapa wilayah masih berpotensi hujan dengan curah hujan menengah hingga tinggi. Beberapa wilayah tersebut teridentifikasi di Pulau Sulawesi, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Bahkan hingga awal Juli 2020, wilayah tadi masih berpotensi hujan dengan intensitas menengah.

Baca Juga:  Barang Bukti Sabu Dimusnahkan, Tersangka Masih Buron

Pusdalops mendapatkan laporan kejadian banjir di wilayah Sulawesi pada Sabtu lalu (27/6), seperti di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Kepulauan Taliabu, Maluku Utara, Kabupaten Boalemo dan Pohuwanto, Gorontalo dan Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Ribuan warga terdampak banjir di wilayah-wilayah tersebut, seperti di Lamandau 723 KK, Taliabu 700, Bolaang Mongondow Selatan 220, Boalemo 125 dan Pohuwanto 40.

Kapusdatinkan BNPB Raditya Jati mengungkapkan, berdasarkan analisis dari InaRISK, Indonesia memiliki potensi risiko sedang hingga tinggi untuk bahaya banjir. Jiwa terpapar bahaya ini mencapai 100 juta penduduk di seluruh provinsi.

Luas wilayah memiliki potensi terdampak banjir hingga hampir 20 juta hektar.

"Sedangkan bahaya longsor, wilayah Indonesia memiliki jiwa terpapar hingga 14 juta penduduk dan luas wilayah berisiko mencapai 57 juta hektar di 33 provinsi," jelasnya.(tau/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Musim panas tahun 2020 diperkirakan lebih basah dari tahun 2019. Hanya sekitar 30 persen wilayah Indonesia yang akan mengalami perlambatan pertumbuhan hujan di bawah normal. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengungkapkan bahwa sisa wilayah akan mengalami musim kemarau normal bahkan musim kemarau yang cenderung basah dengan dihiasi hujan.

"Daerah Jawa akan sedikit lebih kering. Namun hanya spot-spot saja," Jelas Herizal pada Jawa Pos (JPG), kemarin (29/6).

Beberapa daerah di Jawa yang diperkirakan lebih kering adalah Banten bagian selatan, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Daerah Istimewa Yogyakarta bagian timur. Berdasar catatan BMKG. 51,2 persen wilayah Indonesia telah mengalami musim kemarau sedangkan sisanya masih mengalami musim hujan. Wilayah yang mulai mengering dan memasuki hari tanpa hujan (HTH) mulai dari 11 hingga 60 hari di antaranya di sebagian kecil Aceh bagian timur, sebagian Riau dan Jambi bagian timur, sisanya didominasi Jawa Barat, Tengah, dan Timur bagian utara, serta Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Baca Juga:  Sosialisasikan Perda RT,RW Wako Persilakan Investor Datang ke Dumai

Herizal menjelaskan, untuk intervensi dari luar juga tidak signifikasi. Misalnya pengaruh dinamika lautan Pasifik alias El Nino Southern Osciliation (ENSO) dan Dipole Mode dari Samudaera Hindia. Prediksi BMKG, hingga akhir tahun, kondisi ENSO diperkirakan netral.

"Bahkan ada kecenderungan cenderung pada La Nina (dingin) pada akhir tahun," jelasnya.

Sementara itu, BNPB memperingatkan bahwa Bencana hidrometeorologi masih terjadi jelang akhir Juni 2020. Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB mencatat kejadian banjir dan longsor di beberapa wilayah nusantara, seperti Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara.

Berdasarkan analisis dasarian ketiga Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), beberapa wilayah masih berpotensi hujan dengan curah hujan menengah hingga tinggi. Beberapa wilayah tersebut teridentifikasi di Pulau Sulawesi, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Bahkan hingga awal Juli 2020, wilayah tadi masih berpotensi hujan dengan intensitas menengah.

Baca Juga:  Hidup Cadas di Pulau Karang Raijua

Pusdalops mendapatkan laporan kejadian banjir di wilayah Sulawesi pada Sabtu lalu (27/6), seperti di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Kepulauan Taliabu, Maluku Utara, Kabupaten Boalemo dan Pohuwanto, Gorontalo dan Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Ribuan warga terdampak banjir di wilayah-wilayah tersebut, seperti di Lamandau 723 KK, Taliabu 700, Bolaang Mongondow Selatan 220, Boalemo 125 dan Pohuwanto 40.

Kapusdatinkan BNPB Raditya Jati mengungkapkan, berdasarkan analisis dari InaRISK, Indonesia memiliki potensi risiko sedang hingga tinggi untuk bahaya banjir. Jiwa terpapar bahaya ini mencapai 100 juta penduduk di seluruh provinsi.

Luas wilayah memiliki potensi terdampak banjir hingga hampir 20 juta hektar.

"Sedangkan bahaya longsor, wilayah Indonesia memiliki jiwa terpapar hingga 14 juta penduduk dan luas wilayah berisiko mencapai 57 juta hektar di 33 provinsi," jelasnya.(tau/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari