MENCINTAI sesuatu rasanya sulit dilakukan jika kita belum mengenalnya terlebih dahulu. Atau paling tidak, ada sedikit pengetahuan kita akan sesuatu itu yang bisa merekatkan dan mengakrabkannya dengan hati kita. Jika ini tidak ada, betapapun istimewanya sesuatu itu, mungkin ia tidak begitu menarik perhatian kita. Hanya sekadar tahu, setelah itu berlalu.
Ramadan sesungguhnya adalah sesuatu yang istimewa, bahkan sangat istimewa bagi yang mengenalnya. Akan tetapi, pengetahuan kita tentang Ramadan mungkin hanya kulit luar saja. Pada kewajiban puasa di siang hari, serta salat sunah tarawih di malam hari, yang sebenarnya sejak kecil sudah begitu akrab di lingkungan keluarga dan masyarakat kita, tidak lebih dari itu. Ramadan adalah permata mahal bagi yang mengenalnya. Namun betapapun sangat berharganya dia, jika kita tidak mengenalnya dengan baik maka dia akan kita perlakukan seperti halnya bulan-bulan atau waktu waktu yang lain. Kita akan melaluinya tanpa adanya dorongan amal, minus dari ibadah-ibadah unggulan, kering dari siraman-siraman rohani. Kita biarkan kosong dan berlalu seperti berlalunya hari-hari biasa.
Perlakuan kita terhadap Ramadan terkadang tak jauh berbeda dari seekor ayam yang diberi biji jagung dan serpihan emas yang mungkin sama-sama berwarna kuning. Karena ketidaktahuannya, ayam itu tentu akan memilih biji jagung yang murah dan meninggalkan biji emas yang mahal. Padahal andaikan si ayam tahu kalau emas itu berharga, ya pasti akan mengambilnya. Lalu menjualnya untuk membeli biji jagung yang banyak. Inilah yang menyebabkan mengapa begitu banyak orang di antara kita yang tidak peduli untuk melakukan revolusi diri di bulan Ramadan, merengkuh manfaat-manfaat besarnya, merebut gudang-gudang pahalanya, serta menggapai ampunan-ampunan Allah di dalamnya. Sebaliknya terkadang kebiasaan buruk kita di luar Ramadan bahkan tak juga menyurut. Kita rusak dan kita nodai kehormatannya dengan perilaku-perilaku buruk yang kita bawa dari 11 bulan sebelum kedatangannya.
Karena kondisi inilah maka Rasulullah SAW mengingatkan kita seperti yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud RA. Beliau bersabdah “Seandainya umatku mengetahui apa yang ada di bulan Ramadan, niscaya mereka akan berharap agar sepanjang tahun itu adalah Ramadan” (HR. Ibnu Khuzaimah).
Ringkasnya, Ramadan dengan puasa yang menjadi ibadah utamanya, adalah bulan yang menjadi wasilah dan jalan menuju takwa kepada Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam ayat yang sangat akrab di telinga kita.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa di bulan Ramadan sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Di saat wabah Covid-19 melanda dunia saat ini, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lainnya, maka puasa bagi umat Islam akan menggugah hatinya untuk membantu sesama, baik berbentuk sedekah, infak, tetapi juga sumbangan pemikiran dan doa. Umat Islam jangan berpecah belah, tetapi bersatu dan tetap menjaga silaturahmi. Sehingga bencana Covid-19 ini membuat umat Islam semakin kuat. Semoga***
*Ketua PW Muhammadiyah Riau