JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Sampai malam tadi (28/2) Konsul Haji KJRI Jeddah Endang Jumali memastikan belum ada kabar pencabutan larangan penerbangan umrah ke Jeddah dan Madinah. Namun, pesawat dalam keadaan kosong boleh landing untuk pemulangan jamaah menuju negara masing-masing.
Kemarin sempat beredar kabar bahwa penghentian sementara penerbangan jamaah umrah dicabut pada 13-14 Maret. Kabar tersebut berawal dari surat maskapai Saudia Arabia Airlines. Endang mengaku juga menerima banyak pertanyaan soal surat tersebut. Dia menegaskan, hasil komunikasi dengan imigrasi Arab Saudi dan otoritas bandara di Jeddah, belum ada tanggal pasti pencabutan larangan penerbangan umrah.
"Kalau saya baca, surat itu tentang mekanisme pengembalian tiket atau refund dari Saudi," katanya.
Endang mengatakan, surat tersebut tidak linier dengan awal kali pemberitahuan penghentian sementara penerbangan umrah yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi. Dia mengatakan baru menjalin komunikasi dengan public relation (PR) imigrasi Arab Saudi Captain Hamid. Menurut penjelasan Captain Hamid, penghentian penerbangan umrah itu hanya beberapa hari. Dia meminta masyarakat Indonesia menunggu pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh General Authority of Civil Aviation (GACA).
Dia kemudian menjelaskan bahwa tidak ada jamaah umrah Indonesia yang tertahan di bandara. Kegiatan umrah berjalan normal. Kemudian proses pemulangan jumga berjalan lancar. Pesawat dari luar diizinkan mendarat di Saudi asalkan dalam keadaan kosong tanpa penumpang. Contohnya kemarim ada penerbangan maskapai Lion Air dengan rute Jeddah–Surabaya.
KJRI Jeddah menyampaikan dua imbauan kepada jamaah umrah Indonesia yang berada di Saudi. Mereka diminta tetap tenang menyelesaikan ibadah umrah tanpa terganggu isu-isu yang belum terbukti kebenarannya. Kemudian mereka juga dihimbau untuk selalu menjaga kesehatan fisik saat menjalankan ibadah umrah.
Endang mengatakan persiapan haji 2020 masih berjalan normal. Dia mengatakan sekitar tiga pekan lalu petugas dari Indonesia sudah datang di Makkah. Mereka bertugas untuk mulai menjajaki sewa hotel, katering, dan transportasi haji. Sesuai jadwal pemerintah, misi haji 2020 dimulai pada 25 Juni. Pada 26 Juni jamaah calon haji mulai diterbangkan menuju Madinah.
Sementara itu, kodisi Saudi juga digambarkan oleh jamaah umrah Indonesia Erny Rosmayulis (59), aman terkendali. Tidak seperti dipikirkan oleh orang-orang, di mana banyak terjadi kepanikan oleh virus corona dan dampak penutupan penerbangan yang membawa orang. Ia sendiri masih on schedule untuk terbang kembali ke Tanah Air pada Jumat (28/2) pukul 24.00 WIB dari Jeddah.
"Nanti malam sudah mau pulang, jam 12 malam lewat Abu Dhabi pakai Etihad. Terus di sini juga baik-baik saja, semua baik," ungkapnya pada Jawa Pos (Jawa Pos Group/JPG), kemarin (28/2).
Orang-orang yang berlalu lalang di sekitar hotel juga tampak santai. Sangat jarang ditemukan orang dengan masker. Pemandangan ini pun sama ketika dirinya melaksanakan ibadah umrah. Selama di Makkah dan Masjidilharam.
"Waktu di Makkah juga banyak yang gak pakai masker," ungkap warga Bekasi, Jawa Barat tersebut.
Kendati demikian, mulai kemarin, sejumlah penjagaan terlihat diperketat. Terutama untuk kawasan Makkah melalui jalur darat. Erny mendapat cerita tersebut dari teman-temannya yang berniat untuk melaksanakan umrah dan bertawaf lagi kemarin. Tapi, karena penjagaan yang cukup ketat tersebut akhirnya mereka memutuskan tak jadi ibadah tawaf.
"Saya juga dapat kabar, ada orang tua teman yang sudah di Abu Dhabi untuk umrah, tapi nggak bisa berangkat untuk datang ke Makkah," jelasnya.
Erny terbilang beruntung. Ia telah selesai melaksanakan ibadah umrah sebelum adanya kebijakan baru dari Saudi soal penerbangan masuk. Dia berangkat dari Jakarta pada 13 Februari lalu. Sebelum ke Madinah, rombongan mampir terlebih dahulu di Dubai selama kurang lebih dua hari. Kemudian, usai di Madinah sepekan, mereka langsung ke Makkah selema empat hari.
"Di sini (Jeddah, red) sudah tiga hari. Nanti malam pulang," tuturnya.
Di bagian lain, kemarin, rapat khusus lintas sektor di Kementerian Agama (Kemenag) menyikapi larangan penerbangan jamaah umrah menuju Saudi kembali digelar. Rapat dipimpin oleh Menag Fachrul Razi. Rapat ini dihadiri unsur Kemenko PMK, Kemenlu, Kemenhub, asosiasi penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU), dan maskapai.
Usai rapat Razi menyampaikan sejumlah kesepakan rapat. Diantaranya adalah PPIU menjadwal ulang perjalanan umrah. Kemudian melakukan negosiasi ulang dengan penyedia layanan hotel, transportasi, dan katering di Arab Saudi supaya paket yang diambil tetap berlaku saat penghentian sementara penerbangan umrah dicabut.
Kemudian maskapai menyepakati tidak akan mengenakan biaya tambahan transportasi jamaah umrah. Maskapai juga menyepakati tidak akan menghanguskan tiket keberangkatan dan kepulangan akibat kebijakan darurat itu. Kemudian seluruh pihak terkait lainnya tidak akan membebankan biaya tambahan apapun kepada jamaah atas penundaan keberangkatan ibadah umrah itu.
Sementara itu Pemerintah Indonesia berkomunikasi dengan Kedutaan Arab Saudi di Jakarta soal visa umrah.
"Untuk mempertimbangkan agar visa yang sudah dikeluarkan dan tidak dipergunakan dapat diterbitkan ulang atau diperpanjang tanpa ada biaya tambahan kepada jamaah," tutur Razi.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka menyatakan bahwa pemeriksaan kesehatan untuk seluruh jamaah umrah sama dengan mereka yang baru datang dari luar negeri. Tidak ada pembedaan. Jamaah umrah juga mendapatkan health alert card. "Untuk penutupan sementara oleh Pemerintah Saudi ini memang demi kepentingan umat," ujarnya.(wan/mia/jpg)