JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pengamat politik TB Massa Jafar menilai pengangkatan mantan bos GoJek Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) sangat kontroversial.
Apalagi, pengangkatan Nadiem diikuti perubahan nomenklatur, dengan menarik pendidikan tinggi (dikti) kembali berada dalam naungan Kemendikbud.
Padahal, di periode sebelumnya dikti ditarik ke Kementerian Riset dan Teknologi, dengan alasan perguruan tinggi perlu dekat dengan riset dan teknologi.
"Jadi, pengangkatan Nadiem itu menurut saya sangat kontroversial. Harus diingat, dunia pendidikan itu sangat kompleks permasalahannya," ujar Jafar kepada JPNN.com, Senin (28/10).
Direktur Program Doktoral Ilmu Politik Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional (Unas) ini menegaskan, kebetulan dirinya seorang akademisi dan masyarakat kampus, jadi sangat tahu bagaimana ruwetnya dunia pendidikan saat ini.
"Menurut saya ini ngawur. Memisahkan dikti dulu itu sudah benar. Bayangkan, jumlah perguruan tinggi luar biasa banyak. Kemarin sudah benar, dikti digabung dengan riset. Karena dikti itu output outcome-nya mesti riset," ucapnya.
Jafar mengatakan, penempatan Nadiem sebagai Mendikbud cukup mengkhawatirkan karena sama sekali tidak memiliki track record di dunia pendidikan.
"Jadi, dia belum teruji. Boleh saja bergelar MBA atau bahkan profesor sekalipun, tetapi harus diingat, yang dinilai pertama kali itu jam terbangnya di dunia pendidikan seperti apa. Jangankan dia, rektor sekalipun kalau diajukan belum tentu mampu," katanya.
Jafar mengingatkan, latar belakang tokoh yang diangkat sangat penting. Karena jabatan menteri bukan untuk coba-coba dan bongkar pasang. Apalagi menyangkut urusan masa depan bangsa.
"Menurut saya, urusan pendidikan dunia paling rumit. Sementara dia background hanya seorang pengusaha. Saya enggak bisa bayangkan. Apalagi ini mengelola anggaran yang sangat besar. Bagaimana cara belanjanya," pungkas Jafar. (gir/jpnn)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal