TUMOR pada payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara terus menerus. Risiko terjadinya tumor payudara akan meningkat seiring dengan pertambahan usia dan perubahan yang signifikan dalam gaya hidup masyarakat.
Penyebab pasti tumor payudara sampai saat ini juga belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor risiko yang telah diketahui menjadi penyebab meningkatnya tumor payudara.
Tumor payudara dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak yang paling sering dijumpai adalah fibroadenoma mamae (FAM). FAM paling sering dijumpai pada usia muda. Sedangkan tumor ganas atau kanker payudara merupakan kanker paling umum pada wanita (22 persen dari semua kasus kematian kanker pada wanita) dan penyebab kematian paling umum pada wanita antara usia 35 tahun dan 55 tahun.
Risiko kanker payudara meningkat dengan pesat saat menopause. Risiko tinggi terjadi pada wanita usia 60 tahun ke atas dan memiliki kesempatan 3-4 persen menderita kanker payudara selama satu dekade kehidupan mereka.
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan diagnosis pasti adalah pemeriksaan histopatologi anatomi. Diagnosis dini suatu tumor payudara akan meningkatkan angka kesembuhan dan menurunkan angka mortalitas serta morbiditas,” ujar Dokter Spesialis Bedah Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru dr Eko Hamidianto SpB.
Anatomi Payudara
Payudara merupakan organ yang berperan dalam proses laktasi/menyusui, sedangkan pada pria organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi seperti pada wanita. Payudara terletak antara iga ketiga dan ke tujuh serta terbentang lebarnya dari linea parasternalis sampai axillaris anterior dan mediana. Berat dan ukuran payudara bervariasi sesuai pertambahan umur, pada masa pubertas membesar dan bertambah besar selama kehamilan dan sesudah melahirkan, dan menjadi kecil/atrofi pada usia lanjut.
Jaringan payudara dibentuk oleh glandula yang memproduksi air susu (lobulus) yang dialirkan ke puting (nipple) melalui duktus. Struktur lainnya adalah jaringan lemak yang merupakan komponen terbesar, connective tissue, pembuluh darah dan saluran beserta kelenjar limfatik. Setiap payudara mengandung 15-20 lobus yang tersusun sirkular.
Jaringan lemak yang membungkus lobus memberikan bentuk dan ukuran payudara. Tiap lobus terdiri dari lobulus yang merupakan tempat produksi air susu sebagai respon dari signal hormonal.
Terdapat tiga hormon yang mempengaruhi payudara yaitu estrogen, progesteron dan prolaktin yang menyebabkan jaringan glandular payudara dan uterus/rahim mengalami perubahan selama siklus menstruasi. Areola adalah area hiperpigmentasi di sekitar puting/nipple.
Jaringan payudara didukung oleh ligamentum suspensorium cooper. Ligamen ini berjalan sepanjang parenkim dari fasia dalam dan melekat ke dermis. Jika ligamentum ini memendek oleh infiltrasi sel kanker, akan menarik dermis yang memberikan gambaran skin dimpling. Tidak ada otot dalam payudara, tapi otot terletak di bawah payudara dan menutup iga.
Aliran darah kulit payudara tergantung pada pleksus subdermal, yang terhubung dengan pembuluh darah dalam (deeper vessel) yang mensuplai darah ke parenkim payudara. Suplai darah berasal dari, (1) perforator arteri mamaria interna, (2) arteri torakalis lateralis, (3) arteri torakodorsalis, (4) perforator arteri interkostalis, dan (5) arteri torako akromialis.
Innervasi/persarafan sensoris berasal dari cabang anterolateral dan anteromedial nervus interkostalis T3-T5. Nervus supraklavikula yang berasal dari fleksus servikalis juga mempersarafi bagian atas dan lateral payudara. Pembuluh limfatik berjalan di tepi lateral muskulus pektoralis mayor dan bersatu dengan kelenjar getah bening pektoral yang mengiringi pembuluh darah torakalis lateralis. Kelenjar getah bening menyebar ke muskulus seratus anterior dari sini aliran limfatik kemudian ke kelenjar getah bening aksila.
Fisiologi Payudara
Perkembangan dan fungsi payudara dipengaruhi oleh berbagai hormon. Berikut adalah tahapan perubahan perkembangan payudara:
Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup pubertas, masa fertilitas sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang di produksi ovarium dan juga hormon hipofise telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal.
Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
Etiologi dan Faktor Risiko Tumor Payudara
Sampai saat ini penyebab pasti tumor payudara belum diketahui, namun ada beberapa faktor risiko yang teridentifikasi yaitu :
Jenis Kelamin
Wanita lebih berisiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1 persen dari seluruh tumor payudara.
Riwayat Keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara berisiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
Faktor Genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 meningkatkan risiko tumor payudara sampai 85 persen.
Faktor Usia
Risiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Faktor Hormonal
Kadar hormonal yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor payudara.
Usia saat Kehamilan pertama
Diagnosis Tumor Payudara
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan diagnosis pasti dilakukan pemeriksaan histopalogi anatomi.
Anamnesis yang dilakukan meliputi :
– Riwayat timbulnya.
– Adanya faktor risiko.
– Adanya tanda penyebaran tumor.
– Pemeriksaan fisik dilakukan.
– Oleh dokter saat pasien berobat.
Atau oleh pasien sendiri saat melakukan pemeriksaan payudara sendiri di rumah yang dikenal dengan istilah SADARI.
Adapun langkah pemeriksaannya adalah:
– Menghadap cermin dengan posisi berdiri atau duduk.
– Memperhatikan apakah bentuk kedua payudara asimetris atau tidak, ada kerutan pada kulit payudara dan puting yang masuk/tertarik kedalam.
– Angkat lengan lurus melewati kepala atau lakukan gerakan bertolak pinggang untuk mengkontraksikan otot dada agar memperjel kerutan pada kulit payudara.
– Sembari duduk/berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya.
– Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak.
– Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.
Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan :
– Ultrasonografi (USG) payudara.
– Mammografi.
– Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Untuk pemeriksaan histopatologi anatomi dapat dilakukan beberapa cara yaitu :
– Aspirasi biopsi (FNAB).
– Core biopsi.
– Insisi biopsi.
– Eksisi biospi.
Tatalaksana Tumor Payudara
Untuk tatalaksana tumor payudara sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan atau operasi baik untuk yang jinak maupun yang ganas. Untuk kondisi tertentu tumor ganas payudara juga akan dilakukan tindakan lain berupa radiasi dan kemoterapi sebagai penanganan yang lebih lengkap dan komprehensif.***