Jumat, 20 September 2024

Dari Aroma Durian sampai ‘‘Makan Besar’’ Parkir

Selalu ada cerita dari setiap kegiatan. Event Gerhana Matahari Cincin (GMC) yang ada di Bunsur, Kecamatan Sungai Apit, Siak, meninggalkan kisah tentang perjuangan warga untuk bisa sampai ke lokasi GMC. Juga bagaimana warga melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kendaraan yang parkir sebanyak-banyaknya.

Laporan MONANG  LUBIS, Siak

AROMA semerbak buah durian mengusik hidung saat melintasi Kampung Lalang dan Bunsur. Terutama ketika kaca pintu mobil diturunkan. Momen GMC benar-benar dimanfaatkan warga. Harga buah durian menjadi lebih bagus. Satu buah bisa mencapai Rp70 ribu sampai Rp80 ribu. Hal itu diungkapkan salah seorang pengunjung dari Pekanbaru.

“Tidak berani beli, tak terjangkau,” ungkapnya.

- Advertisement -

Ditanya kepada Rima, pedagang durian, dia menyebutkan berani jual mahal karena kualitasnya memang bagus dan tidak akan menyesal membeli durian dagangannya.

“Kami berani jual dengan harga tinggi karena rasanya memang enak,” ungkap Rima.

- Advertisement -
Baca Juga:  Tersangka Ditangkap Lagi, Karhutla Masih Terjadi

Di sisi lain, di tengah teriknya mentari, memasuki Kampung Bunsur, sejumlah pemuda sudah menawarkan parkir kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Padahal jarak ke lokasi GMC masih sekitar 1,5 kilometer.

“Parkir sini saja,  nanti diantar naik ojek,” ungkap Lukman, salah seorang pemuda pengurus parkir.

Ongkos ojek hanya Rp10 ribu. Sejumlah pengunjung percaya dan memilih parkir di tempat itu naik ojek. Sementara sebagian lainnya memilih berjalan kaki, karena dikatakan hanya 1 kilometer. Namun, saat ditelusuri, ternyata sekitar 1,5 km lokasi GMC. Tentu melelahkan bagi yang tidak biasa berjalan kaki. Terlebih berjalan kaki di tengah terik matahari.

Wanto dan keluarganya merasa tertipu, namun karena banyak yang berjalan kaki, mereka tetap bersemangat meski keringat membasahi tubuh mereka, sehingga membuat sangat tidak nyaman. Padahal di samping mereka, mobil dan sepeda motor banyak berseliweran dan pemuda yang menjadi juru parkir sangat banyak di kiri kanan jalan menawarkan jasa.

Baca Juga:  Sempat Viral, Komisi X Puji Isi Pidato Mendikbud Nadiem

Belasan ribu kendaraan berada di kampung itu. Artinya warga yang hendak melihat GMC lebih banyak dari itu. Dan ternyata benar, belasan ribu orang tumpah ruah di lapangan Kampung Bunsur. Ada dua panggung dan di antaranya karpet hijau dengan luas sekitar 20 kali 20 meter yang digunakan untuk Salat Gerhana. Di sebelahnya ada tenda tempat duduk para pejabat dan tamu undangan.

Kacamata raksasa untuk melihat GMC, menjadi tontonan warga dan digunakan untuk berswafoto. GMC dimulai pukul 12.15 WIB dan paling sempurna pada 12.17 WIB, dan berakhir pada 12.19 WIB. Semua mata memandang ke langit menggunakan kacamata matahari. Suasana riuh berubah dengan lantunan doa dan salawat.***

 

Selalu ada cerita dari setiap kegiatan. Event Gerhana Matahari Cincin (GMC) yang ada di Bunsur, Kecamatan Sungai Apit, Siak, meninggalkan kisah tentang perjuangan warga untuk bisa sampai ke lokasi GMC. Juga bagaimana warga melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kendaraan yang parkir sebanyak-banyaknya.

Laporan MONANG  LUBIS, Siak

AROMA semerbak buah durian mengusik hidung saat melintasi Kampung Lalang dan Bunsur. Terutama ketika kaca pintu mobil diturunkan. Momen GMC benar-benar dimanfaatkan warga. Harga buah durian menjadi lebih bagus. Satu buah bisa mencapai Rp70 ribu sampai Rp80 ribu. Hal itu diungkapkan salah seorang pengunjung dari Pekanbaru.

“Tidak berani beli, tak terjangkau,” ungkapnya.

Ditanya kepada Rima, pedagang durian, dia menyebutkan berani jual mahal karena kualitasnya memang bagus dan tidak akan menyesal membeli durian dagangannya.

“Kami berani jual dengan harga tinggi karena rasanya memang enak,” ungkap Rima.

Baca Juga:  Sempat Viral, Komisi X Puji Isi Pidato Mendikbud Nadiem

Di sisi lain, di tengah teriknya mentari, memasuki Kampung Bunsur, sejumlah pemuda sudah menawarkan parkir kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Padahal jarak ke lokasi GMC masih sekitar 1,5 kilometer.

“Parkir sini saja,  nanti diantar naik ojek,” ungkap Lukman, salah seorang pemuda pengurus parkir.

Ongkos ojek hanya Rp10 ribu. Sejumlah pengunjung percaya dan memilih parkir di tempat itu naik ojek. Sementara sebagian lainnya memilih berjalan kaki, karena dikatakan hanya 1 kilometer. Namun, saat ditelusuri, ternyata sekitar 1,5 km lokasi GMC. Tentu melelahkan bagi yang tidak biasa berjalan kaki. Terlebih berjalan kaki di tengah terik matahari.

Wanto dan keluarganya merasa tertipu, namun karena banyak yang berjalan kaki, mereka tetap bersemangat meski keringat membasahi tubuh mereka, sehingga membuat sangat tidak nyaman. Padahal di samping mereka, mobil dan sepeda motor banyak berseliweran dan pemuda yang menjadi juru parkir sangat banyak di kiri kanan jalan menawarkan jasa.

Baca Juga:  Sekolah Tatap Muka Belum Dilanjutkan

Belasan ribu kendaraan berada di kampung itu. Artinya warga yang hendak melihat GMC lebih banyak dari itu. Dan ternyata benar, belasan ribu orang tumpah ruah di lapangan Kampung Bunsur. Ada dua panggung dan di antaranya karpet hijau dengan luas sekitar 20 kali 20 meter yang digunakan untuk Salat Gerhana. Di sebelahnya ada tenda tempat duduk para pejabat dan tamu undangan.

Kacamata raksasa untuk melihat GMC, menjadi tontonan warga dan digunakan untuk berswafoto. GMC dimulai pukul 12.15 WIB dan paling sempurna pada 12.17 WIB, dan berakhir pada 12.19 WIB. Semua mata memandang ke langit menggunakan kacamata matahari. Suasana riuh berubah dengan lantunan doa dan salawat.***

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari