Selasa, 17 September 2024

Peneliti Unri Kaji Pengaruh GMC Terhadap Perilaku Kelulut

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Gerhana matahari cincin (GMC) merupakan sebuah peristiwa langka. Terhalangnya matahari oleh bulan dengan sendirinya menghalangi sebagian besar radiasi matahari yang dapat mencapai permukaan bumi, meskipun hanya sesaat. 

Hal ini menyebabkan perubahan kondisi atmosferik di sepanjang lintasan GMC yang kemungkinan berbeda apabila dibandingkan dengan peristiwa sekadar terhalanginya radiasi matahari oleh awan.

Hewan-hewan sering memiliki kepekaan terhadap perubahan atmosferik yang dipicu oleh kejadian gerhana, seperti GMC. Dalam hal ini, hewan-hewan yang bersifat diurnal atau aktif pada siang hari kemungkinan jauh lebih peka terhadap GMC. 

Tertarik kepada hal ini dua peneliti Universitas Riau (Unri), Ahmad Muhammad dari Jurusan Biologi FMIPA dan Nurul Qomar dari Jurusan Kehutanan FAPERTA bersama beberapa orang mahasiswa lainnya, mereka mencoba menguji dugaan adanya pengaruh tersebut, khususnya terhadap kelulut.

- Advertisement -
Baca Juga:  Potensi PBB P2 Akan Dongkrak PAD

Kelulut adalah lebah tak bersengat (“stingless bees”) anggota suku meliponini, famili Apinae, dan ordo Hymenoptera yang biasa menghuni rongga-roangga pohon. 

Mengingat nilai ekonomi madunya, lebah juga dikenal sebagai penghasil propolis ini sejak beberapa tahun terakhir ini semakin banyak di pelihara masyarakat di pedesaan di Indonesia, termasuk di Riau. 

- Advertisement -

Kebetulan kedua peneliti UNRI tersebut termasuk penggiat pemeliharaan kelulut di beberapa desa, terutama yang berada di wilayah pesisir bergambut. Kampung Rawa Mekar Jaya (RMJ) yang berada di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, adalah salah satu di antaranya.
Tim peneliti UNRI tersebut telah melakukan pengamatan Kamis (26/12/2019) pada sejumlah koloni kelulut yang dipelihara anggota masyarakat di RMJ. 

Meskipun proses gerhana hanya berlangsung kurang lebih  antara jam 10.20 hingga 14.20, pengamatan telah dilaksanakan mulai dari jam 06.00 WIB hingga jam 18.00 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk memotret secara utuh aktivitas pencarian makan serangga diurnal ini pada hari GMC terjadi. 

Baca Juga:  3 Skema Ibadah Haji 1442 H yang Disiapkan Kemenag

Seperti yang telah dipahami masyarakat pada umumnya, aktivitas mencari makan lebah menjadi salah satu penentu utama banyak-sedikitnya madu yang diproduksi oleh koloni lebah. 

Di sini, para peneliti tersebut tertarik untuk secara lebih terperinci mengungkapkan apakah perubahan tingkat pencahayaan, suhu dan kelembaban udara pada saat radiasi matahari terhalangi bulan bakal mengubah pola aktivitas lebah-lebah pekerja meninggalkan maupun kembali ke sarang, serta apa yang mereka bawa, baik ketika mereka keluar maupun memasuki sarang.

Kedua peneliti beserta para mahasiswa yang terlibat berharap hasil penelitian mereka dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan menjadi. 

Laporan: Firman Agus
Editor: E Sulaiman

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Gerhana matahari cincin (GMC) merupakan sebuah peristiwa langka. Terhalangnya matahari oleh bulan dengan sendirinya menghalangi sebagian besar radiasi matahari yang dapat mencapai permukaan bumi, meskipun hanya sesaat. 

Hal ini menyebabkan perubahan kondisi atmosferik di sepanjang lintasan GMC yang kemungkinan berbeda apabila dibandingkan dengan peristiwa sekadar terhalanginya radiasi matahari oleh awan.

Hewan-hewan sering memiliki kepekaan terhadap perubahan atmosferik yang dipicu oleh kejadian gerhana, seperti GMC. Dalam hal ini, hewan-hewan yang bersifat diurnal atau aktif pada siang hari kemungkinan jauh lebih peka terhadap GMC. 

Tertarik kepada hal ini dua peneliti Universitas Riau (Unri), Ahmad Muhammad dari Jurusan Biologi FMIPA dan Nurul Qomar dari Jurusan Kehutanan FAPERTA bersama beberapa orang mahasiswa lainnya, mereka mencoba menguji dugaan adanya pengaruh tersebut, khususnya terhadap kelulut.

Baca Juga:  3 Skema Ibadah Haji 1442 H yang Disiapkan Kemenag

Kelulut adalah lebah tak bersengat (“stingless bees”) anggota suku meliponini, famili Apinae, dan ordo Hymenoptera yang biasa menghuni rongga-roangga pohon. 

Mengingat nilai ekonomi madunya, lebah juga dikenal sebagai penghasil propolis ini sejak beberapa tahun terakhir ini semakin banyak di pelihara masyarakat di pedesaan di Indonesia, termasuk di Riau. 

Kebetulan kedua peneliti UNRI tersebut termasuk penggiat pemeliharaan kelulut di beberapa desa, terutama yang berada di wilayah pesisir bergambut. Kampung Rawa Mekar Jaya (RMJ) yang berada di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, adalah salah satu di antaranya.
Tim peneliti UNRI tersebut telah melakukan pengamatan Kamis (26/12/2019) pada sejumlah koloni kelulut yang dipelihara anggota masyarakat di RMJ. 

Meskipun proses gerhana hanya berlangsung kurang lebih  antara jam 10.20 hingga 14.20, pengamatan telah dilaksanakan mulai dari jam 06.00 WIB hingga jam 18.00 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk memotret secara utuh aktivitas pencarian makan serangga diurnal ini pada hari GMC terjadi. 

Baca Juga:  Natal di Dharmasraya dan Sijunjung Aman

Seperti yang telah dipahami masyarakat pada umumnya, aktivitas mencari makan lebah menjadi salah satu penentu utama banyak-sedikitnya madu yang diproduksi oleh koloni lebah. 

Di sini, para peneliti tersebut tertarik untuk secara lebih terperinci mengungkapkan apakah perubahan tingkat pencahayaan, suhu dan kelembaban udara pada saat radiasi matahari terhalangi bulan bakal mengubah pola aktivitas lebah-lebah pekerja meninggalkan maupun kembali ke sarang, serta apa yang mereka bawa, baik ketika mereka keluar maupun memasuki sarang.

Kedua peneliti beserta para mahasiswa yang terlibat berharap hasil penelitian mereka dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan menjadi. 

Laporan: Firman Agus
Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari