JAKARTA(RIAUPOS.CO)- Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin punya nasihat untuk Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) yang menolak jika diundang Presiden Joko Widodo alias Jokowi bertemu di Istana.
BEM SI sendiri telah menyampaikan sikap bahwa mereka hanya mau bertemu Presiden ketujuh RI itu jika dilakukan secara terbuka di depan umum dan disiarkan kepada rakyat melalui saluran televisi nasional.
"Ketemu presiden tentu ada aturannya. Mungkin teman-teman mau begitu, cuma kan ada aturannya, tergantung Bapak Presiden apakah mau juga atau tidak," ucap Ngabalin melalui sambungan telepon, Jumat (27/9).
Pria kelahiran Fakfak, Papua Barat, itu mengatakan bahwa urgensi dan substansi dari persoalan ini adalah bertemu dengan presiden. Sehingga, mahasiswa yang selama ini ragu apakah aspirasinya sudah didengar Kepala Negara atau belum, bisa menyampaikan langsung.
Sebab, lanjut Ngabalin, Jokowi sendiri telah mendengar apa yang menjadi aspirasi mahasiswa dengan memutuskan penundaan pengesahan RKUHP dan tiga RUU lain yang sedang dibahas bersama DPR.
"Kan selama ini berteriak-teriak di jalan sudah tuh. Didengar seluruh rakyat Indonesia. Jadi pesan di jalan itu mau sampai ke Presiden di Istana. Sudah biarkan nanti sampaikan ke Presiden, enggak usah pakai persyaratan-persyaratan terbuka, apa segala macam," jelasnya.
Kader Partai Golkar itu menekankan bahwa esensi dari isu ini adalah mahasiswa bertemu dengan Presiden, dan pesannya langsung didengar oleh mantan gubernur DKI Jakarta itu.
"Nanti setelah keluar ngomonglah kau ke seluruh rakyat Indonesia, lewat jumpa pers atau lewat wawancara. Enggak usah bikin persyaratan-persyaratan yang bisa saja nanti kalau persyaratan itu tidak terbuka kami tidak mau. Intinya bukan itu, intinya kau menyampaikan pesan mu, paham tidak. Ketemu saja dulu, supaya Presiden bisa mendengar kau punya pesan," tandasnya.(fat)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Deslina