KAMPAR (RIAUPOS.CO) — Satu per satu proyek-proyek infrastruktur di Kampar dikerjakan tidak tepat waktu. Salah satunya Jembatan Tanjung Berulak, Kecamatan Kampar.
Sudah lima bulan, baja dengan berat belasan kilogram bergelimpangan tidak jauh dari Masjid Jami' Air Tiris. Riau Pos kembali mendatangi besi-besi konstruksi jembatan gantung Tanjung Berulak itu menggunung, baru-baru ini. Baja-baja itu berserakan di halaman Pasar Usang, Desa Tanjung Berulak.
Sementara itu, tidak jauh dari sejumlah unggukan besi itu, berdiri megah pondasi jembatan sebesar rumah tipe 36. Masih baru, belum berlumut, semennya masih berwarna cerah. Posisinya berhimpitan dengan kedai-kedai kopi di tepian Sungai Kampar. Jembatan ini, menurut warga sekitar, telah terlihat mangkrak pasca banjir bandang yang melanda Kampar akhir 2018.
Tidak lama setelah sidak dilakukan Mantan Bupati Kampar Almarhum Azis Zaenal, sebelum banjir datang, pembangunan jembatan ini tidak lagi terlihat signifikan. Alat-alat berat mulai hilang satu persatu. Hingga akhirnya, alat konstruksi jembatan dari baja itu dikumpulkan di pasar yang tanahnya merupakan hak ulayat masyarakat setempat.
Pembangunan Jembatan Tanjung Berulak merupakan salah satu program Infrastruktur, Industri dan Investasi (3I) Kabupaten Kampar. Jembatan ini merupakan salah satu dari beberapa program 3I besutan Azis Zaenal-Catur Sugeng Susanto yang saat ini mulai tersendat. Selain jembatan ini, masih ada Kawasan Industri Kampar (KIK), Intregrated Cold Storage (ICS), Restorasi Istana Kenegerian Kampa dan Gedung 8 Lantai. Semuanya kini belum jelas muaranya.
Namun jembatan di Tanjung Berulak, desa di mana masjid pertama di Kampar berdiri, adalah masalah serius bagi masyarakat setempat. Nada kecewa keluar hampir di setiap individu yang ditemui Riau Pos pada siang kemarin. Mulai dari pensiunan hingga kalangan pemuda menyatakan kekecewaan.
Salah seorang warga yang ditemui koran ini di sekitar jembatan adalah Irwan (59) mengaku hanya sebagai masyarakat biasa. Irwan punya harapan besar ketika diumumkan jembatan itu selesai pada 2019 ini. Sudah terbayang oleh Irwan mudahnya menyebrang ke Desa Sungai Jalau, Santul dan Sawah. Selama ini, jika ingin menyebrang harus memutar jauh. Atau melalui rakit yang tidak lagi berfungsi. Harapan itu pudar pada empat bulan terakhir.
"Kalau jembatan itu tidak jadi dibangun saya memang sangat kecewa, kekecewaan saya itu bukan 100 persen tapi 2.000 persen saya kecewa. Semua warga di sini silakan tanya, semua kecewa. Kami sudah berharap sekali, tahu-tahu begini jadinya," sebut Irwan yang sedang duduk dengan teman seusianya siang itu.
Tidak beberapa jauh dari Pasar Usang, masih di Tanjung Berulak, salah seorang warga Silvy (33), juga merasa kecewa. Wanita yang berprofesi sebagai guru ini menyebutkan, awalnya dirinya sangat berterima kasih kepada Almarhum Azis Zaenal. Karena nenek dari anak-anaknya, tepat tinggal di seberang Tanjung Berulak. Hingga jarak dan waktu bisa dipangkas secara signifikan.
"Kecewalah, kami sudah sangat berharap ini cepat selesai. Tapi rupanya berhenti. Bahkan di seberang sana belum nampak apapun yang dibangun, hanya sebelah sini. Padahal kalau sudah siap, akan lebih mudah bawa anak-anak ke rumah nenek mereka," terangnya ketika ditemui di depan teras rumahnya hari itu.
Untuk ukuran jembatan gantung, proyek Jembatan Tanjung Berulak berbiaya lumayan. Sesuai dengan papan proyek yang masih kukuh berdiri di kawasan Pasar Usang itu, biayanya menelan APBD Kampar Rp17,1 miliar. Jembatan ini sedianya dikerjakan dalam masa 180 hari kerja dan 210 kalender. Terkait terhentinya pembangunan jembatan ini dibenarkan Kepala Dinas PUPR Kabupaten Kampar Afdhal.
Melalui Kabid Jalan dan Jembatan PUPUR Kampar Hanif Rusdi, jembatan itu memang dihentikan pembangunannya. Hal ini membuat pembangunan jembatan tersebut tertunda. Namun menurut Hanif, pembangunan akan segera dilanjutkan kembali. Tapi tidak dalam waktu dekat ini.
"Telah terjadi wanprestasi, antara kontraktor dengan pihak PUPR akhirnya sepakat, sesuai aturan terjadi pemutusan kontrak. Kontraktor langsung masuk blacklist, seluruh jaminan diklaim PUPR dimasukkan ke kas negara. Untuk jembatan, tidak bisa dilanjutkan karena 2019 pemutusan kontrak. Jika sesuai rencana akan kembali dilanjutkan pada 2020," sebut Hanif.
Setidaknya ada dua kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut. PT Ashry Citra Kamato dab PT Tiga Pilar Sejati dengan Konsultan Pengawas PT Bina Cipta Jaya Sejati Konsultan.(end)
Editor: Eko Faizin