JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Amerika Serikat (AS) akhirnya bicara serius soal uji coba misil yang dilakukan Korea Utara (Korut) baru-baru ini. Hal itu ditegaskan Presiden AS Joe Biden setelah muncul foto-foto pihak Pyongyang saat melakukan uji tembak misil taktis tipe baru. Uji coba tersebut dilakukan di tempat yang dirahasiakan.
Joe Biden menegaskan bahwa saat ini mereka sedang berkoordinasi dengan para sekutunya. "Akan ada tindakan jika mereka memilih meningkatkan ketegangan. Kami akan merespons dengan sepantasnya," tegasnya seperti dikutip NBC.
Pernyataan Biden tersebut keluar setelah Korut meluncurkan dua misil ke pantai timur Laut Jepang. Itu area sengketa dan disebut Laut Timur oleh warga Korea. Versi Korut, yang mereka uji coba adalah misil kendali taktis. Senjata tersebut melaju sejauh 600 kilometer dan diyakini mampu membawa muatan seberat 2,5 ton. Senjata itu sempat dipamerkan dalam parade militer Januari lalu.
KCNA mengungkapkan bahwa uji coba tersebut dipantau pejabat tinggi Korut Ri Pyong-chol. Berdasar resolusi PBB, Korut dilarang mengembangkan senjata semacam itu. "Saya juga menyiapkan berbagai bentuk diplomasi, tapi itu harus dikondisikan pada hasil akhir denuklirisasi," tegas Biden.
Di era kepemimpinan Donald Trump, Korut sudah hampir setuju untuk menghancurkan senjata nuklirnya. Sayangnya, pertemuan terakhir di Vietnam tidak berakhir sukses. Sejak itu hubungan kedua negara kembali tegang.
Di sisi lain, terjadi kebakaran di kantor pusat Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) di Yangon, Myanmar, Jumat (26/3). Kebakaran sekitar pukul 4 pagi itu tidak disebabkan hubungan arus pendek. Tapi karena serangan bom molotov. Untung, penduduk melihat kebakaran tersebut dan api berhasil dijinakkan satu jam kemudian dan kerusakan hanya terjadi di bagian depan.
"Kami akan mengajukan laporan ke polisi, kami tidak tahu siapa pelakunya," ujar anggota NLD Soe Win seperti dikutip Agence France-Presse. Kantor NLD itu menjadi titik pusat aksi di awal-awal demo menentang kudeta.
Insiden tersebut berlangsung sehari sebelum Hari Pasukan Bersenjata yang diperingati setiap 27 Maret. Biasanya saat itu militer Myanmar menggelar parade untuk unjuk kekuatan. Ada ketakutan bahwa itu akan menjadi puncak kerusuhan. Sebab, demonstran berencana menggelar aksi besar-besaran di momen tersebut.
Militer Myanmar tidak pandang bulu ketika memuntahkan peluru. Kemarin tiga orang demonstran dilaporkan tewas. Total korban meninggal sejak kudeta 1 Februari mencapai 320 orang. Selain itu, lebih dari 3 ribu orang sudah ditangkap. Kemarin sekitar 300 orang di antaranya dibebaskan.
"Saya takut komunitas internasional hanya punya sedikit waktu tersisa untuk bertindak," ujar Utusan Khusus PBB untuk HAM di Myanmar Tom Andrews. Dia menyerukan agar segera diselenggarakan pertemuan darurat untuk merespons apa yang terjadi di Myanmar. Menurut dia, langkah-langkah yang diambil hingga saat ini belum cukup untuk menghentikan junta militer.
Sanksi adalah hal paling sering diberikan. Kamis (25/3) Inggris dan AS menjatuhkan sanksi kepada perusahaan yang dipegang petinggi militer Myanmar. Yaitu Myanmar Economic Holdings Public Company Limited (MEHL) dan Myanmar Economic Corporation Limited (MECL).
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi