Rabu, 18 September 2024

Pasar Tradisional Jual Singa

Berkunjung ke Qatar tak akan terasa lengkap tanpa mampir ke Souq Waqif. Selain menyajikan pemandangan khas Timur Tengah, pasar yang berada di Doha, ibu kota Qatar, itu menyajikan oleh-oleh paling lengkap.

BUS, mobil pengantar, hingga careem (transportasi online) Kamis (21/11/2019) malam ramai menurunkan wisatawan di depan Souq Waqif.

Mereka berasal dari berbagai negara. Tak heran, suasana Souq Waqif malam itu tampak penuh. Bahkan, banyak warga setempat yang datang.

Sudah menjadi kebiasaan warga sana datang untuk makan hingga nongkrong. Atau sekadar ngopi dan menikmati shisa sambil ngobrol santai dengan teman atau keluarga.

- Advertisement -

Terutama pada Kamis malam. Kamis malam bagi orang sana ibarat malam Minggu. Tempat hiburan pasti ramai.

Baru turun dari kendaraan saja, masih di depan Souq Waqif, banyak wisatawan yang langsung berfoto. Selfie, groupie, hingga merekam video untuk status Instagram mereka. Sebab, dari depan saja, suasana pasar tradisional terbesar di Qatar itu sudah terlihat berbeda. Terutama dari segi bangunan. Bangunan pasar masih berciri tradisional khas Timur Tengah.

- Advertisement -

Tembok diplester tidak rata. Warnanya khas: krem. Satu lagi, tidak pakai genting seperti di Indonesia. Bangunan semimodern juga ada. Terutama restoran. Namun, ada pula restoran yang masih mempertahankan konsep bangunan tradisional.

Baca Juga:  Sisa Kuota 17 Ribu Diisi JCH Cadangan, 12 Mei Kloter Pertama Terbang ke Saudi

Salah satunya Damasca One. Pakaian waiters-nya pun masih pakaian tradisional Timur Tengah dengan rompi khasnya. Alunan suara gambus hingga qanun (kecapi) menghibur tamu restoran. Meski Souq Waqif merupakan pasar tradisional terlengkap di Qatar, jangan harap bisa menemukan pecel atau makanan khas Indonesia.

Sebagian besar makanan yang ditawarkan di sana khas Timur Tengah. Terutama yang berbau masakan dari daging domba. "Ada sekitar 40 restoran besar di sini," kata Vesta, warga yang sudah bolak-balik ke Souq Waqif.

Namun, jumlah kiosnya jauh melebihi itu. Sekitar seribu kios. Yang dijual pun beragam. Tentu, mayoritas adalah khas Timur Tengah. Misalnya, cokelat Al Nassma. Sekilas, cokelat itu mirip cokelat pada umumnya. Namun, jika dilihat komposisinya, ada yang berbeda. Ada campuran susu unta. Rasanya sudah tentu berbeda. Kabarnya, cokelat tersebut hanya bisa didapat di Qatar. Salah satu oleh-oleh khas.

"Hanya ada di Qatar," kata Mohammad Siradjudin, salah seorang pedagang. Harga sebungkus sekitar Rp400 ribu.

Cokelat Al Nassma merupakan salah satu yang diburu selain boneka karikatur berbusana Timur Tengah dan kerajinan tangan. "Kalau orang Eropa, paling banyak mencari handicraft," ujar Siradj.

Baca Juga:  Jaga Imunitas, Jangan Panik

Kalau orang Indonesia, kata dia, mereka suka membeli permen, gantungan kunci, dan hiasan kulkas. "Banyak juga orang Indonesia yang mampir ke sini," ungkapnya. Katanya, wajahnya mirip-mirip.

Satu lagi yang banyak dicari dan dijual di sana adalah dallah. Yaitu, teko tradisional, tetapi tampak mewah. Dilapisi warna-warna emas dan silver dengan hiasan batu-batuan permata. Semua jenis barang tersebut dijual dalam blok-blok khusus. Pakaian, serban, sepatu, jam tangan, dan aksesori lain berada dalam satu blok.

Untuk hewan, ada blok sendiri. Burung, kelinci, dan beragam hewan lain juga ada. Bahkan, yang sedikit kontroversial adalah stan khusus yang menjual hewan-hewan yang diawetkan.

Misalnya, ular, tupai, dan ratusan satwa lain. Bahkan, singa pun ada. "Di sini legal, tidak apa-apa," ungkap Siradj.

Namun, pembelinya cukup jarang. Kebanyakan hanya melihat sekilas, ambil gambar hewan yang diawetkan, lalu berjalan mencari spot lain. Sebab, tidak sembarang orang suka mengoleksi benda tersebut.

Sumber : Batampos.co.id/JPG
Editor : Rinaldi

Berkunjung ke Qatar tak akan terasa lengkap tanpa mampir ke Souq Waqif. Selain menyajikan pemandangan khas Timur Tengah, pasar yang berada di Doha, ibu kota Qatar, itu menyajikan oleh-oleh paling lengkap.

BUS, mobil pengantar, hingga careem (transportasi online) Kamis (21/11/2019) malam ramai menurunkan wisatawan di depan Souq Waqif.

Mereka berasal dari berbagai negara. Tak heran, suasana Souq Waqif malam itu tampak penuh. Bahkan, banyak warga setempat yang datang.

Sudah menjadi kebiasaan warga sana datang untuk makan hingga nongkrong. Atau sekadar ngopi dan menikmati shisa sambil ngobrol santai dengan teman atau keluarga.

Terutama pada Kamis malam. Kamis malam bagi orang sana ibarat malam Minggu. Tempat hiburan pasti ramai.

Baru turun dari kendaraan saja, masih di depan Souq Waqif, banyak wisatawan yang langsung berfoto. Selfie, groupie, hingga merekam video untuk status Instagram mereka. Sebab, dari depan saja, suasana pasar tradisional terbesar di Qatar itu sudah terlihat berbeda. Terutama dari segi bangunan. Bangunan pasar masih berciri tradisional khas Timur Tengah.

Tembok diplester tidak rata. Warnanya khas: krem. Satu lagi, tidak pakai genting seperti di Indonesia. Bangunan semimodern juga ada. Terutama restoran. Namun, ada pula restoran yang masih mempertahankan konsep bangunan tradisional.

Baca Juga:  Kolam Ukraina

Salah satunya Damasca One. Pakaian waiters-nya pun masih pakaian tradisional Timur Tengah dengan rompi khasnya. Alunan suara gambus hingga qanun (kecapi) menghibur tamu restoran. Meski Souq Waqif merupakan pasar tradisional terlengkap di Qatar, jangan harap bisa menemukan pecel atau makanan khas Indonesia.

Sebagian besar makanan yang ditawarkan di sana khas Timur Tengah. Terutama yang berbau masakan dari daging domba. "Ada sekitar 40 restoran besar di sini," kata Vesta, warga yang sudah bolak-balik ke Souq Waqif.

Namun, jumlah kiosnya jauh melebihi itu. Sekitar seribu kios. Yang dijual pun beragam. Tentu, mayoritas adalah khas Timur Tengah. Misalnya, cokelat Al Nassma. Sekilas, cokelat itu mirip cokelat pada umumnya. Namun, jika dilihat komposisinya, ada yang berbeda. Ada campuran susu unta. Rasanya sudah tentu berbeda. Kabarnya, cokelat tersebut hanya bisa didapat di Qatar. Salah satu oleh-oleh khas.

"Hanya ada di Qatar," kata Mohammad Siradjudin, salah seorang pedagang. Harga sebungkus sekitar Rp400 ribu.

Cokelat Al Nassma merupakan salah satu yang diburu selain boneka karikatur berbusana Timur Tengah dan kerajinan tangan. "Kalau orang Eropa, paling banyak mencari handicraft," ujar Siradj.

Baca Juga:  Luhut Ditunjuk Pimpin Penanganan Covid-19 di Jawa-Bali, Ini Kata PDIP

Kalau orang Indonesia, kata dia, mereka suka membeli permen, gantungan kunci, dan hiasan kulkas. "Banyak juga orang Indonesia yang mampir ke sini," ungkapnya. Katanya, wajahnya mirip-mirip.

Satu lagi yang banyak dicari dan dijual di sana adalah dallah. Yaitu, teko tradisional, tetapi tampak mewah. Dilapisi warna-warna emas dan silver dengan hiasan batu-batuan permata. Semua jenis barang tersebut dijual dalam blok-blok khusus. Pakaian, serban, sepatu, jam tangan, dan aksesori lain berada dalam satu blok.

Untuk hewan, ada blok sendiri. Burung, kelinci, dan beragam hewan lain juga ada. Bahkan, yang sedikit kontroversial adalah stan khusus yang menjual hewan-hewan yang diawetkan.

Misalnya, ular, tupai, dan ratusan satwa lain. Bahkan, singa pun ada. "Di sini legal, tidak apa-apa," ungkap Siradj.

Namun, pembelinya cukup jarang. Kebanyakan hanya melihat sekilas, ambil gambar hewan yang diawetkan, lalu berjalan mencari spot lain. Sebab, tidak sembarang orang suka mengoleksi benda tersebut.

Sumber : Batampos.co.id/JPG
Editor : Rinaldi

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari